Rely On Me VII

3.5K 340 71
                                    


"Turunkan aku!"

Felix memekik tertahan ketika Changbin tiba-tiba menggendongnya ala pengantin namun lelaki itu seakan tak mendengar dan tetap berjalan santai memasuki rumahnya.

"Aku bisa jalan sendiri!"

"Diamlah, jahitanmu bisa terbuka jika kau masih terus bergerak."

Felix memukul dada Changbin cukup kencang setelahnya pemuda manis itu menutup wajah dengan kedua tangannya ketika mereka berpapasan dengan beberapa anak buah Changbin yang sedang berada di rumah besar milik lelaki itu. Felix benar-benar malu, tapi Changbin tak mempedulikannya dan tetap menggendongnya hingga masuk ke sebuah kamar yang pernah mereka tempati dulu. Iya, kamar dimana mereka melakukan pergumulan panas untuk pertama kalinya.

Changbin menurunkan tubuh Felix ke atas ranjang dengan hati-hati kemudian lelaki itu tiba-tiba saja mendekatkan wajah hingga hidung mereka bersentuhan. Felix mengerutkan keningnya dengan bingung sedangkan Changbin hanya diam pada posisinya sebelum kemudian mencuri sebuah kecupan dari bibir yang lebih muda.

"Kenapa kau menggendongku? Yang sakit kan perutku, sedangkan kakiku masih bisa berjalan dengan baik."

"Apa salahnya memanjakan putraku sendiri?" Tanya Changbin dengan santai membuat Felix terdiam seketika.

"Maksudku putra paman Lee, kalau aku adalah calon suamimu. Benar kan?"

Felix memutar bola mata malas sebelum kemudian menatap Changbin dengan tatapan mengintrogasi.

"Apa maksudmu paman Lee?"

"Apa?"

"Bukankah kau baru saja menyebut ayahku paman?"

Changbin mengangguk santai kemudian lelaki itu membaringkan diri di samping Felix dengan menghadap ke arah pemuda manis itu.

"Tidak mungkin aku memanggil ayahmu bibi kan?"

Felix memukul pelan lengan Changbin. Ia tidak mengerti kenapa Changbin bisa sangat menyebalkan seperti ini, padahal selama di rumah sakit kemarin lelaki itu benar-benar sangat lembut dan memperlakukannya dengan penuh kasih. Ia jadi curiga Changbin memiliki kepribadian ganda atau semacamnya.

"Felix."

"Hm?"

Felix menoleh ke arah Changbin dan pandangan mereka bertemu dengan tatapan yang serius. Keduanya larut dalam keheningan seakan sedang saling membaca pikiran lewat tatapan. Changbin tersenyum tipis dan hal itu membuat Felix segera memalingkan wajahnya dengan pipi yang merona.

"Aku belum mengatakan apa-apa saja pipimu sudah memerah, bagaimana nanti jika aku melamarmu? Bisa-bisa hidungmu mengeluarkan darah," ucap Changbin sok mendramatisir.

"Diamlah, kau pak tua yang banyak bicara."

"Ah aku cukup trauma dengan darah," ucap Changbin tiba-tiba membuat Felix menoleh dengan raut wajah penasaran.

"Kenapa?"

"Bagaimana perasaanmu ketika seseorang yang kau sayang menyakiti dirinya sendiri tepat di depan matamu? Lalu kau masih harus membawanya menuju rumah sakit dengan darah yang terus mengalir dan harapan bahwa orang itu bisa diselamatkan. Bagaimana menurutmu ketika kau melihat secara langsung orang yang kau sayang tengah sekarat dan berada dalam keadaan yang sangat memprihatinkan? Apa kau pikir seseorang bisa dengan mudah melupakan itu semua? Aku mengalaminya sendiri dan aku merasakan takut terhebat dalam hidupku," ucap Changbin dengan pelan sembari menatap ke dalam mata Felix.

"Aku sangat takut jika aku harus kehilanganmu," lanjut lelaki itu.

Changbin mengusap sayang tangan Felix. Ia sangat ingin memeluk pemuda manis itu namun ia tak ingin membuat Felix merasa sakit karena lukanya belum sembuh sepenuhnya.

Three Words 4 [ChangLix] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang