Mango? Mango! II

1.5K 295 128
                                    

"Felix sudah makan?"

"Sudah makan banyak tadi," jawab Felix sembari mengeratkan jaketnya.

Di hadapan Felix ada ponsel pintar miliknya yang diletakkan di atas meja dengan layarnya yang menampilkan wajah ibu Felix. Kini pemuda manis itu sedang berada di balai desa agar bisa melakukan panggilan video dengan ibunya, tidak jauh darinya ada Changbin yang sedang heboh mengusir nyamuk yang terus menyerangnya.

Balai desa terletak lumayan jauh dari rumah nenek Felix sehingga Changbin yang merasa kasihan berinisiatif mengantar pemuda manis itu dengan motornya. Sebenarnya Changbin sudah menawari Felix untuk naik ke atas pohon mangga kesayangannya tapi pemuda manis itu menolak, seram lah malam-malam di atas pohon begitu, mana Felix tidak bisa memanjat pohon kan.

Felix masih mengobrol bersama ibunya hingga sekitar 30 menit kemudian pemuda manis itu mengakhiri panggilannya dan menemukan jika Changbin sudah tidak ada di dekatnya. Panik? Oh tentu saja.

"Changbin?"

Felix menatap sekeliling yang sepi. Angin yang berembus pelan ditambah suara jangkrik di sekitar membuat Felix ketakutan. Ini pertama kalinya ia pergi keluar rumah semalam ini dan Changbin yang sudah berjanji menemaninya justru menghilang entah kemana.

"Changbin! Kau dimana?"

Felix makin panik ketika tiba-tiba terdengar suara petir. Bulan yang sebelumnya nampak terang mulai gelap tertutupi awan sehingga keadaan menjadi semakin gelap dan menyeramkan.

"Changbin!"

Felix masih mencoba memanggil. Ia tidak berani jika harus pergi sendiri, takut-takut malah bertemu hantu nanti jadi ia memilih untuk tetap diam di tempatnya. Ia mencoba berpikir positif, mungkin Changbin pergi ke toilet pikirnya.

Suara petir kembali terdengar membuat Felix berjongkok menempel pada dinding sembari menutup telinganya agar tidak mendengar suara-suara aneh. Beberapa menit Felix masih terus menunggu namun Changbin tak kunjung muncul hingga tiba-tiba Felix mendengar suara dengkuran dari ujung balai desa.

"Tuhan lindungilah aku," bisik Felix merapalkan doa sembari memberanikan diri mendekat ke arah sumber suara.

Felix tak bisa berkata-kata. Di ujung balai desa, tepatnya di bawah sebuah meja ada Changbin yang sedang tidur pulas dengan dengkuran keras yang menyertainya. Jaket hitam dengan resletingnya yang berwarna pink Changbin jadikan sebagai selimutnya. Iya, Changbin tidur seakan sedang berada di rumahnya. Benar-benar unik.

"Changbin bangun!"

Felix berjongkok di samping meja sembari menggoyangkan pundak Changbin. Langit yang mendung dan angin yang berembus makin kencang menandakan akan segera hujan, jadi mereka harus segera pulang agar tidak kehujanan.

"Changbin bangun dong!"

Felix makin menggoyangkan tubuh Changbin, bahkan sesekali menepuk pipinya agak keras agar pemuda itu segera bangun. Jujur, Changbin tidur seperti orang mati jadi Felix harus mengeluarkan tenaga ekstra sampai akhirnya pemuda itu membuka mata.

"Hoaamm sudah selesai, Fel?"

"Sudah, ayo segera pulang sepertinya sebentar lagi akan hujan."

Changbin bangun dari berbaringnya kemudian pemuda itu memakai jaketnta dan segera mengajak Felix untuk keluar dari balai desa yang sangat sepi. Biasanya disana ramai ketika akhir pekan, tapi ketika hari biasa seperti ini memang jarang ada warga yang pergi kesana, apalagi sekarang anak-anak desa sedang heboh membicarkan wewe gombel.

"Maaf ya Bin sudah merepotkan," ucap Felix di boncengan motor Changbin ketika mereka dalam perjalanan pulang.

"Santai saja, aku juga sebenarnya mau minta bayaran untuk jasaku ini."

Three Words 4 [ChangLix] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang