Mango? Mango! III

1.3K 266 80
                                    


Changbin dan Felix mendongak menatap pohon mangga yang menjulang tinggi karena usianya. Angin yang berembus pelan menggoyangkan rambut kedua remaja itu. Felix menghela nafas pelan sebelum kemudian mengalihkan perhatian pada Changbin yang sedang berkacak pinggang di sampingnya.

"Aku tidak berani," ucap Felix dengan jujur.

"Tenang saja, sebagai pelatih profesional aku akan menjamin keamananmu."

"Aku tidak merasa aman."

"Apa anak kota begini? Belum mencoba saja sudah menyerah, kau harus belajar dari para pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan. Meski harus mempertaruhkan nyawa, mereka tetap–"

"Aku bukan pahlawan, lagipula sekarang sudah merdeka," sahut Felix memotong ucapan Changbin yang mulai bergaya seakan ingin berorasi.

"Juga, tidak lucu jika aku mempertaruhkan nyawa demi belajar memanjat pohon kan? Tidak apa-apa aku tidak bisa memanjat dan tidak dianggap warga sini, aku lebih baik berjalan kaki ke balai desa walaupun jauh dari rumah."

Felix sudah menyerah. Iya sih dirinya belum mencoba tapi tetap saja ia tidak mau terluka karena memanjat pohon. Felix masih muda, masih punya masa depan yang panjang, kan tidak lucu jika dirinya harus mati muda hanya karena pohon mangga depan rumah kepala desa.

Changbin menggaruk belakang kepalanya melihat Felix yang kini berjalan menjauh darinya. Pemuda manis itu kemudian duduk di teras rumah Changbin dan menyandarkan punggungnya di pilar rumah itu. Changbin menyusul dan memposisikan dirinya duduk bersila menghadap Felix.

"Fel, kau serius tidak mau belajar memanjat pohon?"

"Tidak mau."

"Yah.. Padahal aku mau mengajakmu menonton video Blackpink," ucap Changbin dengan nada kecewa.

Felix memilih tidak menanggapi dan pemuda manis itu justru memejamkan mata karena merasa nyaman dengan tiupan angin yang menerpa wajahnya. Changbin juga diam dan pemuda itu malah asik memperhatikan wajah Felix. Tidak ada yang tau pasti apa yang ada di pikiran keduanya namun tiba-tiba saja Felix membuka mata ketika Changbin menyentuh bulu matanya.

"Ada apa?"

Felix lebih dulu membuka suara, meski ia lumayan terkejut mendapati wajah Changbin berada dekat dengannya namun ia masih bisa tenang menanggapi pemuda itu.

"Bulu matamu cantik," puji Changbin dengan tulus sembari memundurkan wajahnya.

Felix hanya diam sebelum kemudian pemuda manis itu menyentuh bulu matanya sendiri karena penasaran. Ia tidak pernah memperhatikan bagian tubuhnya itu, orang lain juga tidak pernah membahasnya jadi ia cukup terkejut ketika Changbin memuji bulu matanya seperti tadi. Iya, hanya Changbin yang benar-benar memperhatikan wajahnya seperti itu.

"Changbin."

Dua pemuda itu menoleh dan mendapati seorang ibu-ibu mendekat ke arah mereka dengan tangan yang membawa ketela yang terlihat seperti baru dicabut.

"Eh Bu Asri, ada apa bu?" Sapa Changbin dengan ramah.

"Ibu ada tidak?"

"Tadi ada di kebun belakang, Bu Asri langsung kesana saja."

Wanita yang dipanggil bu Asri tadi mengangguk kemudian segera berjalan ke arah kebun belakang rumah Changbin melalui samping rumah pemuda itu. Changbin kembali memusatkan perhatian pada Felix kemudian pemuda itu mencolek lengan Felix hingga pemuda manis itu kembali menatapnya.

"Apa?"

"Mau kelapa muda?"








"Changbin hati-hati!"

Three Words 4 [ChangLix] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang