Adrenaline III

4.1K 371 156
                                    


"Kau mau buang-buang uang lagi? Apa kau tidak jera dengan ayahmu yang memblokir kartu kreditmu?"

Jisung mengikuti Felix yang sedang memilih baju di sebuah butik ternama. Barang-barang disana tentu cukup mahal namun pemuda manis itu sudah membawa dua baju dan masih terus memilih baju lainnya.

"Ambil satu yang kau suka, aku akan membayarnya," ucap Felix tanpa mau repot menatap ke arah sahabatnya.

Jisung mengerutkan keningnya tidak suka kemudian pemuda itu segera menarik Felix ke arah kasir sebelum pemuda manis itu semakin melakukan pemborosan.

"Kau tidak mau beli juga?"

"Tidak, lain kali saja."

Felix mengangguk kemudian mereka berdua keluar dari butik dengan ekspresi puas yang terlihat jelas di wajah Felix. Pemuda manis itu ingin mengajak Jisung masuk ke toko lain namun panggilan dari ayahnya membuat Felix mengurungkan niatnya.

"Halo ayah?"

"Kau dimana? Segera pulang, kita harus menikmati pesta barbeque bersama."

Felix merengut tidak suka. Bukannya ia tidak mau berpesta dengan keluarganya, tapi ia masih belum puas berbelanja, bahkan ia baru saja mulai.

"Bukankah acaranya nanti malam? Aku akan pulang satu jam lagi."

"Sekarang Felix, bantu ayah menenangkan ibumu yang daritadi mengomel."

"Apa ayah baru saja mengajakku untuk ikut menjadi sasaran omelan ibu?"

Terdengar tawa dari ayah Felix di sebrang sana disusul dengan jawaban jenaka dari lelaki itu.

"Tentu saja, ayah harus berbagi dengan putra ayah kan? Segera pulang atau kartu kreditmu tidak akan pernah ayah kembalikan," ucap ayah Felix yang kemudian segera memutus panggilan sebelum Felix sempat melayangkan protes.

"Kenapa, Fel?" Tanya Jisung ketikq dilihatnya Felix berdecak dengan raut wajah kesal.

"Ayahku mau berbagi omelan, ayo Ji pulang," ucap Felix yang kemudian menyeret kakinya dengan tidak semangat membuat Jisung kebingungan.








Felix berdiri di depan panggangan barbeque dengan wajah yang tertekuk. Acara pesta barbeque yang diadakan ayahnya di taman belakang rumah mereka benar-benar membosankan karena disana hanya dihadiri beberapa teman dekat ayahnya yang sudah pasti pembicaraan mereka tidak akan cocok dengannya yang beda generasi. Sudah begitu dirinya ditugaskan untuk membakar beberapa daging dan juga sosis bersama bibi Lim sedangkan ayahnya asik mengobrol bersama teman-temannya. Felix rela melakukannya karena ayahnya menjanjikan akan mengembalikan kartu kreditnya, kalau tidak sih ia pasti sudah kabur tidur di kamarnya.

"Bibi akan membuat saus lagi, den Felix sendiri dulu tidak apa-apa?" Tanya bibi Lim sembari menepuk pelan pundak Felix yang terlihat sangat bosan.

"Iya Bi tidak apa-apa, tolong sekalian buatkan aku jus jeruk ya Bi," ucap Felix yang segera diangguki oleh asisten rumah tangganya.

Selepas kepergian bibi Lim, Felix kembali fokus dengan daging yang sedang ia panggang hingga pemuda manis itu hampir memekik ketika sebuah tangan meremat pantatnya dengan tiba-tiba.

"Minta sosisnya lagi boleh?" Tanya orang itu yang kini menyodorkan sebuah piring kosong pada Felix.

"Om membuatku terkejut," ucap Felix dengan kesal membuat Changbin tertawa pelan.

"Makanya jangan cemberut begitu, jelek. Lebih baik bergabung dengan kami di meja, duduk di sampingku lebih tepatnya."

Felix hanya berdecak kemudian segera memindahkan beberapa sosis yang sudah matang ke piring yang Changbin bawa.

Three Words 4 [ChangLix] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang