Lee Felix, seorang remaja laki-laki berusia 15 tahun yang memiliki sifat tenang dan santai. Perawakannya cukup tinggi bagi anak seusianya namun wajahnya terlihat lebih muda dari teman sebayanya. Felix tinggal bersama neneknya di sebuah desa kecil yang memiliki julukan kampung mangga. Felix bukan asli dari desa, pemuda manis itu diminta tinggal disana untuk menemani neneknya yang tinggal sendirian, lagipula ayah Felix sering bepergian ke luar kota dan ibunya bekerja di luar negeri sehingga tidak ada yang mengasuh pemuda manis itu jika sendirian di kota. Maklum, orangtuanya takut jika anaknya terdampak pergaulan bebas.
Felix pindah ke rumah neneknya sebulan yang lalu dan ia cukup bingung dengan julukan di desa itu, katanya kampung mangga tapi yang Felix lihat disana justru pohon rambutan dimana-mana. Bukankah seharusnya dijuluki kampung rambutan? Begitu pikirnya, tapi neneknya menjelaskan bahwa dulunya pohon mangga ada di setiap pekarangan rumah warga, namun seiring waktu satu-persatu warga mulai menebang pohon mangga mereka dan menggantinya dengan pohon rambutan. Alasannya cukup unik, ada yang sudah bosan memakan mangga bertahun-tahun, ada pula yang pohonnya sudah tua dan warga takut jika pohon itu akan tumbang dan menimpa rumah mereka.
"Di depan rumah kepala desa masih ada pohon mangga yang terlihat tua, apa pak kepala desa tidak takut rumahnya hancur tertimpa pohon, nek? Tanya Felix dengan polosnya saat itu.
"Tadinya sudah mau ditebang, tapi anak kepala desa memarahi orang suruhan ayahnya yang akan menebang pohon itu."
"Lalu mereka takut dengan ancaman anak-anak?"
"Siapa yang tidak takut jika diancam menggunakan golok?" Ucap nenek Felix sembari terkekeh pelan.
Felix mengerutkan keningnya dengan bingung saat itu. Neneknya sedang membahas hal yang mengerikan tapi neneknya justru tertawa seperti itu. Memangnya apa yang lucu? Ya.. Itu adalah pertanyaan terbesar Felix saat itu hingga beberapa hari yang lalu di sore hari selepas maghrib dirinya bertemu dengan si anak kepala desa yang cukup nyentrik.
"Woi awas belakangnya ada s!"
Felix menoleh ke sekeliling dengan terkejut. Tangan mungilnya meremat kantong plastik berisi mie instan yang baru dibelinya di warung. Ia merasa takut ketika di sekelilingnya tidak ada siapapun. Pencahayaan desa yang minim didukung dengan suasana sepi membuat bulu kuduk Felix meremang, pasalnya beberapa anak kecil tetangga rumahnya pernah menceritakan soal kisah horor padanya jadi bukan salahnya kan jika ia jadi penakut begini?
"Di belakangku tidak ada apa-apa!" Bentak Felix mencoba untuk berani dan tidak berpikir macam-macam. Kan katanya hantu akan muncul ketika sedang dipikirkan, jadi Felix akan memikirkan hal lainnya saja.
"Aku bilang awas di belakangnya ada s, kalau di belakangnya l namanya awal, nah kalau di belakangnya truk ada tulisan penak jamanku to?"
(Re: enak jamanku kan?)
Kening Felix berkerut bingung. Tidak mungkin ada hantu yang candaannya garing seperti itu, lalu pemuda manis itu mencoba bergantung pada pendengarannya sebelum kemudian memberanikan diri mendongak ke atas ke arah pohon mangga di depan rumah kepala desa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Words 4 [ChangLix]
FanfictionKumpulan oneshoot, twoshoot, manyshoot ChangLix Even though I look like I don't care, actually my heart is just for you. Three Words, I Love You Started : 2021, January 7th Ended : 2021, September 10th ⚠️BXB AREA⚠️ Cerita dan ide original dari Swe...