Rely On Me VIII

2.5K 312 86
                                    


Kenyataan tak selalu indah. Terkadang mengetahui kenyataan justru lebih sakit dibandingkan luka fisik yang menganga. Felix tak pernah menyangka jika ia harus menemukan sebuah kenyataan paling menyakitkan di sepanjang hidupnya. Ia baru saja terluka di bagian perutnya, namun ternyata ada rasa sakit lain yang melebihi sakit pada fisiknya. Sebuah kenyataan bahwa seseorang yang selama ini ia percayai sebagai mamanya merupakan orang yang berniat membunuhnya, dan juga.... Telah berhasil membunuh papanya.

Felix duduk di sebuah bangku kayu di dalam ruangan bercat putih bersama beberapa orang lainnya. Seseorang berpakaian hakim baru saja meninggalkan tempatnya setelah sebelumnya mengetukkan palu dengan bacaan tuntutan terhadap seorang wanita yang duduk di tengah ruangan. Felix duduk di tempatnya sembari menatap dingin ke arah si wanita yang berjalan ke arahnya ditemani dua polisi wanita di sampingnya.

"Maaf," lirih si wanita ketika kakinya sampai di depan Felix yang masih menatapnya.

"Sudah aku maafkan, lagipula apa gunanya menyimpan dendam pada seseorang yang sebentar lagi akan meregang nyawa," ucap Felix dengan dingin sebelum kemudian bangun dan melangkah pergi meninggalkan ruang sidang.

Changbin yang sedari tadi setia menemani Felix segera berdiri dari duduknya kemudian lelaki itu menghampiri si wanita yang kini tengah menatapnya dengan penuh amarah.

"Terima kasih dan selamat tinggal nyonya," ucap Changbin dengan tersenyum miring sebelum kemudian berlari kecil menyusul Felix yang sudah keluar ruangan.

Changbin menyamakan langkah dengan Felix kemudian lelaki itu membuka percakapan dengan si pemuda manis yang terlihat lelah setelah menghadiri persidangan mama– ah bukan, seorang wanita yang mengaku-aku sebagai mamanya.

"Tega sekali meninggalkan aku di belakang."

"Aku memberimu waktu untuk meminta cerai dari istrimu," ucap Felix dengan ketus yang justru ditanggapi kekehan pelan dari yang lebih tua.

"Mana rela aku menceraikan istriku," ucap Changbin dengan santai membuat Felix seketika menoleh untuk menatap tajam ke arah Changbin.

"Apa maksudmu?"

Aura Felix berubah. Tadinya pemuda manis itu terlihat dingin namun sekarang menjadi berapi-api seakan siap menerkam siapapun yang mengganggunya. Tapi itu tak berpengaruh bagi Changbin yang justru menikmati setiap kemarahan yang Felix tunjukkan.

"Memangnya kau mau aku ceraikan?"

"Aku bukan istrimu!"

Felix mendengus malas kemudian pemuda manis itu berbalik dan berjalan cepat meninggalkan Changbin. Ia sudah lelah bicara dengan lelaki itu.

"Sebentar lagi juga jadi istriku, Fel!" Ucap Changbin sembari berlari menyusul Felix dan kembali menyamakan langkah mereka.

"Aku laki-laki!"

"Pakai rok juga cocok, pasti kelihatan cantik. Apalagi jika tidak mengenakan pakaian dalam."

Felix menghela nafas lelah kemudian pemuda manis itu mencoba bicara baik-baik pada Changbin yang menurutnya semakin menyebalkan.

"Tidak bisakah kau mengurangi sikap mesummu sedikit saja?"

"Aku sudah membeli dark chocolate banyak tadi. Kau menyukainya kan? Aku juga sudah menyimpan persediaan banyak susu cokelat, jadi kita tidak perlu khawatir akan kekurangan gairah bercinta," ucap Changbin dengan bangga tanpa menanggapi ucapan Felix sebelumnya.

"Diam atau aku akan memotong burungmu!"

"Lalu kau mau mendesah dengan apa jika burungku tidak ada?"

Three Words 4 [ChangLix] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang