Mango? Mango! VI

1.2K 257 101
                                    


Selama 15 tahun hidupnya Changbin tidak pernah bermusuhan dengan siapapun, jikapun bertengkar dengan seorang teman itu hanya berlangsung beberapa jam tetapi sekarang dirinya dan Felix sudah tidak saling bicara selama dua hari. Ini merupakan kali pertama Changbin saling diam dengan temannya. Sebenarnya tidak bisa disebut saling diam mengingat dirinya sudah berusaha mendekati Felix, sayangnya pemuda manis itu terus menghindar membuat Changbin tidak bisa menanyakan kesalahan apa yang sudah ia perbuat.

Dua hari lamanya Felix mendiamkan Changbin dan pemuda manis itu akan berpura-pura tidak melihatnya ketika mereka berpapasan di jalan. Seperti pagi tadi, Felix membonceng seorang tetangga yang bekerja sebagai tukang ojek untuk pergi ke balai desa, itu juga Changbin diberi tau oleh seorang temannya. Padahal Changbin memiliki waktu senggang dan ia akan dengan senang hati mengantar dan menemani Felix ke balai desa, tapi pemuda manis itu kini benar-benar menjauh darinya.

Changbin sudah tidak tahan lagi. Ia tidak bisa bermusuhan terlalu lama dengan seorang teman jadi siang ini ia sudah bertekad untuk pergi ke rumah Felix dan menanyakan permasalahannya. Semua harus jelas agar tidak terjadi kesalah pahaman di antara mereka.

"Felix!"

Changbin berteriak memanggil dari depan rumah Felix. Beberapa saat pemuda jtu menunggu sebelum kemudian ia kembali berteriak untuk memanggil temannya.

"Felix!"

Nenek Felix keluar dari rumah dan wanita itu tersenyum ketika mengetahui bahwa Changbin berdiri di depan rumahnya.

"Felix sedang di kamarnya, masuk saja Changbin," ucap nenek Felix dengan ramah.

Changbin mengangguk semangat kemudian pemuda itu segera masuk menuju kamar Felix yang sangat ia hafal letaknya. Pintu kamar Felix tidak ditutup sehingga Changbin dapat melihat pemuda manis itu tengah membereskan baju untuk ditata di dalam sebuah tas. Tunggu, apa Felix mau pergi?

"Felix," panggil Changbin dengan pelan membuat Felix terkejut mendengarnya.

Felix terlihat panik namun kemudian pemuda manis itu berusaha tenang dan kembali menyibukkan diri dengan kegiatannya. Changbin yang melihat Felix mengabaikannya hanya bisa menghela nafas sebelum kemudian masuk dan mendudukkan diri di ranjang pemuda manis itu.

"Kau masih marah padaku?" Tanya Changbin langsung ke inti karena sudah tidak sabar.

Gerakan tangan Felix terhenti. Ia merasa bersalah karena sudah mengabaikan Changbin dan membuat pemuda itu berpikir bahwa dia yang salah, padahal akar permasalahan disini adalah rasa malu Felix soal kejadian tempo hari.

"Aku tidak marah padamu," ucap Felix dengan pelan.

"Lalu kenapa kau mengabaikanku? Apakah ada kata-kataku yang membuatmu tersinggung?"

Felix hanya menggeleng membuat Changbin semakin bingung.

"Lalu apa Fel? Ayo kita bahas permasalahan ini agar tidak terjadi salah paham. Jujur saja aku tidak nyaman jika harus saling diam dengan temanku."

Felix meremat baju yang dipegangnya kemudian pemuda manis itu memberanikan diri menatap langsung ke dalam mata Changbin.

"Aku.. Aku hanya malu soal kejadian di ayunan sore itu. Aku tidak bermaksud untuk melakukan sesuatu yang tidak sopan, aku merasa bersalah itu kenapa aku berusaha menghindar agar hubungan kita tidak canggung."

"Dengan kau menghindar justru membuat segalanya menjadi canggung. Lagipula kau tidak melakukan kesalahan apapun saat itu, memangnya ada orang yang menginginkan kelilipan? Itu kan salah angin yang menerbangkan debu, kenapa jadi kau yang minta maaf?"

Felix terdiam, apa Changbin tidak sadar jika saat itu Felix hampir menciumnya? Apa pikiran Changbin sesederhana itu sehingga dirinya tidak merasa aneh dengan sikap Felix?

Three Words 4 [ChangLix] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang