Changbin berjalan memasuki rumahnya dengan tatapan yang terlihat kesal. Alisnya menukik tajam dengan bibir yang terkatup rapat menahan amarah yang sedari tadi ditahannya. Seharian Felix benar-benar mengabaikannya, bahkan pemuda manis itu berani menutup cctv di beberapa titik membuatnya tidak bisa memantau pergerakan suami manisnya itu.Changbin melempar asal tas kerjanya ke sofa yang ada di ruang tengah. Dasi yang sebelumnya terpasang rapi sudah tak lagi terlihat di lehernya dan kancing kemejanya sudah terbuka seakan ia sudah bersiap meluapkan amarahnya. Kaki lelaki itu berjalan lurus menuju kamar dan kemarahannya semakin bertambah ketika melihat Felix sedang melakukan panggilan suara dengan entah siapa di sebrang sana sedangkan panggilannya terus ditolak pemuda manis itu.
Changbin masuk dan dengan cepat merebut ponsel Felix dan mematikan panggilan pemuda manis itu tanpa mengucapkan apa-apa. Felix cukup takut melihat suaminya sekarang tapi ia juga tidak berniat meminta maaf atau semacamnya.
"Apa?"
Hanya satu kata. Benar-benar satu kata yang keluar dari mulut Felix membuat amarah Changbin meningkat dan dengan segera lelaki itu menindih suami manisnya dan menarik paksa celana yang Felix kenakan dengan sangat kasar.
"Pelan saja!" Ucap Felix sembari berusaha mendorong bahu Changbin agar menjauh darinya.
"AKHH KAK!"
Setitik air mata jatuh dari mata Felix ketika Changbin langsung menghujamkan kejantanannya dengan sangat kuat dan bergerak acak dengan penuh amarah. Felix tidak bisa mendesah, yang ia lakukan hanya merintih sakit dan meminta maaf pada suaminya agar lelaki itu berhenti melakukannya dengan kasar. Mereka sering melakukannya tapi baru kali ini Changbin benar-benar bermain dsngan sangat kasar yang justru membuat Felix merasa kesakitan.
"Kak.. Hiks aku mohon ini sakit."
Felix memukul bahu Changbin namun lelaki itu masih terus bergerak dengan tak tentu sampai akhirnya ia mencapai puncaknya. Changbin menatap Felix yang sedang menangis kemudian lelaki itu menjatuhkan diri di samping suami manisnya dan memeluknya dengan erat sembari mengusap punggung pemuda manis itu.
"Sakit kak," ucap Felix lagi sambil meremat kemeja Changbin untuk menyalurkan rasa ngilu yang ia rasakan di bagian bawah tubuhnya.
"Kenapa kau membuatku marah hari ini?" Ucap Changbin yang masih terdengar kesal di telinga Felix yang masih menangis.
"Aku.. Ingin bebas," ucap Felix dengan lirih yang hanya ditanggapi Changbin dengan diamnya.
"Setidaknya biarkan aku bebas tanpa cctv ataupun pengawasan 24 jam penuh. Aku juga ingin main bersama teman-teman, ingin menginap bersama mereka di suatu tempat tanpa dilarang. Aku tidak akan lari kak, aku hanya ingin sedikit kebebasan."
"Kau ingin bebas?"
Felix mengangguk pelan dan setelahnya pelukan Changbin terlepas dan lelaki itu bangun dari ranjang membuat Felix menatapnya dengan berharap.
"Ceraikan aku lebih dulu kalau begitu," ucap Changbin dengan dingin dan setelahnya keluar dari kamar meninggalkan Felix yang semakin keras menangis.
Bisa dibilang Felix belum sepenuhnya dewasa. Pemuda manis itu masih dalam tahap peralihan dari remaja membuat sifat labilnya masih ada. Felix mencintai Changbin dan ia juga selalu menikmati perlakuan suaminya itu padanya, tapi ia juga tak memungkiri jika dalam hatinya terbesit rasa iri pada kehidupan teman-temannya yang masih bisa hidup dengan bebas. Atau seorang temannya yang juga sudah menikah memiliki kehidupan yang jauh berbeda darinya. Temannya itu terlihat bahagia dan masih bisa berlibur bersama teman tanpa adanya larangan suami seperti yang ia dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Words 4 [ChangLix]
FanfictionKumpulan oneshoot, twoshoot, manyshoot ChangLix Even though I look like I don't care, actually my heart is just for you. Three Words, I Love You Started : 2021, January 7th Ended : 2021, September 10th ⚠️BXB AREA⚠️ Cerita dan ide original dari Swe...