Labyrinth X

1.6K 313 78
                                    


Menurut riset, hubungan antara orangtua dan anak memiliki peran penting dalam pembentukan kepercayaan seorang anak terhadap diri sendiri dan juga orang lain. Hubungan yang baik tentu berpengaruh secara positif terhadap perkembangan sosial, emosional, dan juga kognitif pada anak. Jika orangtua gagal menjalin hubungan yang baik sejak dini, maka sifat yang terbentuk pada seorang anak akan cenderung mengarah pada hal yang negatif, buruknya adalah anak bisa saja meniru sikap tak baik yang dilakukan orangtua mereka.

Jika dilihat dari beberapa kasus kriminal yang terjadi di dunia, kebanyakan ada dua faktor yang mempengaruhi para kriminal melakukan tindak kejahatan, terutama pada kasus kekerasan dan pembunuhan. Hal yang menjadi dasar antara mendapat kekerasan dari orangtua sejak masih muda atau terlalu banyak menonton pornografi. Felix merasakan salah satunya, menjadi korban dari rusaknya hubungan rumah tangga dan berakhir menjadi seorang anak yang hidup dengan keras.

Felix juga pernah merasa bahagia. Dulu, ketika ia masih berada pada usia balita. Seiring bertambahnya usia Felix menjadi saksi ketika kedua orangtuanya saling melempar kata makian. Segalanya berlangsung bertahun-tahun hingga pada saat Felix berada di tingkat akhir sekolah dasar, orangtuanya memutuskan untuk bercerai dan berakibat pada Felix yang diejek teman-temannya karena tak ada satu orangpun yang datang di acara kelulusannya.

Mungkin hanya beberapa kata ejekan namun itu sangat berpengaruh pada kehidupan seorang anak yang mulai tumbuh remaja. Sejak itu Felix jadi lebih banyak diam dan segalanya diperparah ketika ibunya mulai sering memukulnya untuk hal-hal kecil yang dilakukannya. Tak jarang Felix akan menangis ketika kakinya dipukul menggunakan sapu, atau ketika ibunya mencubit lengannya hingga membiru.

Felix masih menahannya karena ia merasa masih beruntung memiliki seorang ibu dan juga tempat untuk tinggal. Sayangnya beberapa saat kemudian ibunya menikah lagi kemudian pergi begitu saja tanpa membawanya ikut serta. Dulu Felix begitu naif dan berpikir bahwa mungkin ibunya akan segera kembali dan mengajaknya tinggal bersama, namun ketika Felix menginjak bangku SMA pemuda manis itu tak mau lagi berharap dan setelahnya mulai berperilaku nakal dengan ikut tawuran pelajar. Felix akan sering terluka namun ia sudah terbiasa mendapat luka sampai ia mati rasa.

Setiap harinya Felix melampiaskan kekecewaan dengan menghajar seseorang hingga salah seorang kenalannya menawarkan benda terlarang untuk ia coba. Awalnya hanya coba-coba namun efeknya luar biasa. Untuk beberapa saat Felix bisa melupakan rasa bencinya kemudian ia bisa merasa bahagia dan setelahnya menangis kencang untuk mengeluarkan rasa sakit di hatinya. Ah sekarang tidak lagi, karena kini seseorang selalu mengawasi kesehariannya. Apakah nantinya ia bisa menaruh kepercayaan pada orang itu?











Changbin mengendarai mobilnya dengan tenang, jalanan yang padat cukup membantu untuk mengisi kesunyian di dalam mobil. Sedari tadi lelaki itu tak berucap, pun dengan Felix yang memang tak minat bicara banyak hal.

"Bagaimana sekolahmu tadi?" Tanya Changbin memecah keheningan setelah pikirannya sudah kembali pada tempatnya.

"Lumayan," jawab Felix dengan tenang membuat Changbin seketika menoleh ke arah pemuda manis itu. Bukankah ini kali pertama Felix menjawab pertanyaannya dengan baik?

"Mau makan apa untuk makan malam?" Tanya Changbin lagi karena antusias mendengar Felix bicara dengan baik padanya.

"Terserah."

Changbin menggaruk tengkuknya. Terserah itu makanan apa? Kenapa jawaban Felix jadi mirip wanita yang sulit untuk ditebak?

"Mau sushi?"

"Tidak suka makanan mentah."

Oh, Changbin baru tau itu. Ia harus mengingatnya mulai sekaramg. Changbin, apakah Felix sepenting itu bagimu?

Three Words 4 [ChangLix] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang