LIVING WITH MEANIE | ONESHOT STORIES

First Sight

Pria berkacamata itu mendominasi intensi dari pria yang melihatnya dari balik kaca perpustakaan. Di tengah-tengah lapangan antara kerumunan mahasiswa tahun pertama, mata itu tak ada habisnya memperhatikan seniornya yang tengah membaca buku dengan serius bahkan gerutan di dahinya membuatnya tersenyum karena lucu.

Mingyu menatap pria yang sekarang membolak-balikkan buku itu, dengan wajah berseri. Hal tersebut terlalu ketara sehingga Seokmin teman satu jurusannya menatapnya curiga.

"Hei, kau melihat apa sih dari tadi?" tanya Seokmin penasaran sambil menguruti pandangan Mingyu yang berakhir di kaca perpustakaan yang menampilkan sesosok pria yang dimaksud Mingyu.

"Dia sangat manis, Seokmin. Aku rasa aku sudah jatuh cinta." Mingyu menatap sendu sambil meraba dadanya yang terasa berdegup kencang.

"Hei, kau taukan percintaanmu itu tidak pernah lancar bahkan 1 bulanpun tidak." Ucap Seokmin mengejek, sedangkan Mingyu hanya tersenyum lugu menanggapi tanpa melepas maniknya dari titik hidupnya.

"Aku yakin dia orang yang tepat."

Setelah kegiatan kepengurusan organisasi tahun pertama yang melelahkan, Mingyu menapaki apartemennya dengan perasaan gusar. Dia dimarahi lagi oleh senior Jihoon – yang memiliki postur lebih rendah darinya – karena melihat dirinya tidak fokus selama brifing. Mingyu kesal bukan main, bukan hanya ocehan tidak jelas dari Jihoon tapi setelah itu dia tidak melihat pria berkacamata itu lagi di balik kaca perpustakaan.

Dia kehilangan pria itu dan perasaannya sedih. Cukup berlebihan memang jika dibilang dirinya sangat sedih. Tapi itu yang terukir di wajahnya saat ini. Mingyu menekan password apartemennya dan masuk ke dalam sambil menutup pintunya kasar. Tubuhnya meluncur ke bawah dan kepalanya bersandar di balik pintu.

"Kenapa dia bisa membuatku seperti ini. Padahal kenal saja tidak." Mingyu menutup kedua maniknya merasakan deru detak jantungnya ketika bayangan pria itu masuk di sel-sel otaknya. Pria yang membuatnya mabuk sebulan ini setelah menjadi mahasiswa baru. Dia yakin bahwa pria itu adalah seniornya dan satu jurusan dengannya. Tapi dia merasa tidak ada harapan dengan pria itu karena melihat interaksinya dengan wanita sangat ketara. Mingyu seorang homoseksual dan dia sangat suka pria manis seperti orang itu, makanya dia sangat berharap bahwa cintanya kali ini bisa terbalas.

Suara sayup terdengar dari luar apartemennya. Seperti dua orang sedang berbicara dan membawa barang yang banyak karena suara kardus-kardus yang tertumpuk – sangat ketara. Salah satunya sangat ia kenal, seperti suara seniornya Jihoon.

"Wonwoo-ya, kau yakin bisa membereskannya sendiri?" tanya suara itu dan dibalas oleh lawan bicaranya.

"Iya bisa, terimakasih sudah membantuku pindahan." Ucap suara itu membalas. Setelah itu suara mereka hening, yang diyakini bahwa suara yang mirip Jihoon sudah pergi dari sana.

"Hah, tetangga baru ya. Haruskan aku menyapa?" Mingyu menggeleng menolak ucapannya, dia bangkit lalu beranjak ke dapur karena perutnya sudah bergejolak meminta makanan.

Mingyu meraih gelas dan menuangkan air untuk menghilangkan dahaganya. Dia tidak punya makanan lebih bulan ini karena uangnya sudah habis untuk peralatan organisasi pecinta alam. Mingyu duduk sambil menatap gelas kosong di hadapannya, lalu menelungkupkan kepalanya diantara lengan. Sebenarnya dia sangat penasaran siapa tetangga barunya itu, tapi karena terlalu lelah akhirnya dia terlelap di atas meja makan.

Beberapa jam kemudian Mingyu bangun dengan nyeri di tengkuknya, dan menyadari bahwa dia terlelap di atas meja makan. Dia tersadar akibat bel apartemennya yang terus berbunyi menandakan seseorang ingin bertamu. Mingyu bangkit sambil sesekali mengusap tengkuknya karena nyeri dan langsung membuka pintu setibanya tanpa melihat intercom terlebih dahulu.