Persuasion [M]

3K 61 3
                                    

WARNING 21+!

WARNING 21+!

WARNING 21+!

WARNING 21+!

WARNING 21+!

WARNING UDAH LIMA, JADI TOLONG BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN! JIKA KALIAN MASIH DIBAWAH USIA 21 SILAHKAN HENGKANG DARI CERITA YANG SATU INI! BISA LANGSUNG SKIP KE HALAMAN SELANJUTNYA ATAU BACA CERITA YANG NOT RATED.

SEKALI LAGI, BIJAKLAH MEMILIH BACAAN!

.

The point is that persuasion is often better than compulsion

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

The point is that persuasion is often better than compulsion.

.

Besok akhir pekan keempat... dan Wonwoo bosan di rumah.

Sudah hampir sebulan ini ia tidak keluar untuk sekedar melihat jalan raya. Menjadi penghuni yang berdebu di mansion besar milik kekasihnya, Kim Mingyu. Pria tan itu? Tentu saja pergi mengurus perusahaannya tanpa libur. Bahkan Wonwoo sering bertanya, apakah eksistensinya tinggal di rumah luas itu benar-benar berguna? Rasanya Wonwoo hanya menjadi boneka yang dipajang setiap hari hanya untuk mempercantik pemandangan di rumah.

Tentunya pemandangan untuk sang master.

Petang ini, seperti biasa Wonwoo akan bersantai sembari menyesap teh chamomile yang sudah dibuatkan oleh pelayan. Mendudukkan diri di kursi santai halaman belakang, sambil melihat taman bunga yang sengaja Mingyu buat untuknya. Katanya biar Wonwoo tidak bosan, tapi nyatanya tidak ada yang istimewa jika sebulan penuh hanya memandangi bunga-bunga itu.

Awalnya Wonwoo merasa senang tapi tidak jika terus-menerus seperti ini. Ia butuh hiburan.

"Apa tidak ada yang ingat kalau aku masih hidup ya?"

Wonwoo mendengus kesal sembari menatap layar ponselnya yang kosong, berlumut, atau sudah dihinggapi sarang laba-laba. Tak ada satupun pesan dari teman-teman, sahabat ataupun keluarganya yang hinggap disana. Ia merasa sudah dilupakan setelah Mingyu membawanya ke mansion besar itu.

Hidupnya seperti dibatasi. Padahal ia tau, Mingyu memang orang yang paling possesive di alam semesta ini. Tidak ada yang boleh menyentuh miliknya terutama Wonwoo, satu-satunya yang bisa mengendalikan Mingyu.

Pria rubah itu membanting pelan ponselnya ke atas meja. Berdecak sebal dengan wajah penuh rasa marah yang jika dilihat lebih tampak seperti kucing yang sedang merajuk. Ia menatap lamat-lamat benda pipih berwarna hitam itu. Berharap siapapun bisa membawanya mengunjungi dunia sesungguhnya.

Tidak biasa sebenarnya. Ia juga heran dengan dirinya sendiri yang ingin sekali mengunjungi teman ataupun sahabat yang pastinya sedang berbahagia di luar sana. Padahal bergelung di bawah selimut sambil memakan snack dan menonton film merupakan impiannya sejak kecil. Hidup berkecukupan karena sumber uang yang ia dapat selalu dari sang kekasih. Tentunya sudah sangat membludak di kartu hitam miliknya.

LIVING WITH MEANIE | ONESHOT STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang