Lani membuka pintu butiknya lebar-lebar pagi ini, karena pagi ini adalah hari sabtu. Biasanya pengunjung butik tasnya bermunculan lebih banyak di akhir minggu, baik dari dalam kota ataupun luar kota. Rumah Lani yang tepat di di pinggir jalan besar adalah lahan strategis untuk membuka usaha.
Tas-tas yang baru saja sampai dari sentra kerajinan disusun Lani dan karyawannya dengan apik di etalase serta rak-rak kayu yang sengaja dipajang dengan cantik. Hari ini tak hanya tas, tetapi gaun rumahan yang adem dan bermotif batik juga memenuhi gantungan di bagian pakaian.
"Laniii, selamat pagi." Suara nyaring itu terdengar pukul sembilan pagi dan nyaris membuat jantung Lani loncat entah kemana.
"Eh, Mbak Rosa. Selamat pagi, habis dapat lotere ya Mbak kok seru bener keliatannya?" sapa Lani tersenyum.
"Kamu tuh ya paling bisa, lihat nih anting baruku. Bagus yaa, bagus kaan... ini rancangan Dinda Salma yang mantan artis itu loh." Rosa memajukan wajahnya ke hadapan Lani.
"Mmm..masih artis kok dia Mbak, tapi lagi offair kerjanya."
"Halah sok tahu kamu. Eh ini tas baru yaa?" Rosa menghambur ke rak kayu paling depan dari butik.
Lani hanya mengikuti dengan langkah santai, sembari memberi isyarat pada karyawannya untuk melanjutkan pekerjaan mereka.
Rosa berpindah dari rak satu ke rak yang lain, meraih satu demi satu tas kulit yang tampak mengkilap karena baru. Matanya berbinar ceria mencari-cari ke sana dan kemari.
"Yang ini berapa, Lan?" sebuah tas bahu berukuran besar dipegang Rosa.
"Itu satu juta lima ratus lima puluh ribu, Mbak."
"Kontan?"
"Iya dong, kan barang butik." Lani mengedipkan mata.
Kontan Rosa memanyunkan bibirnya dan beranjak ke rak lainnya, kali ini sebuah tas berukuran lebih kecil berada di tangannya.
"Itu satu juta tiga ratus delapan puluh ribu, Mbak. Resletingnya juga rapi jahitannya, nggak kaleng-kaleng."
"Harga temen berapa?"
"Mmm...itu model yang cukup hits. Aku belum bisa kasih diskon, kasihan para perajinnya."
"Kemahalan Lani, dua ratus ribu ya? Harga temen."
Lani melongo kaget dan cepat menghela napas menghampiri Rosa.
"Mbak, ini tuh buatan perajin. Dan ini kualitas ekspor loh, karena aku sering kirim ke Australia atau Jepang." Lani membela diri.
Beberapa pengunjung tampak memasuki butik dan Lani berpamitan sopan pada Rosa untuk menyapa mereka. Di dalam hatinya ia tidak merasa rugi jika Rosa batal berbelanja di butiknya, jadi ia segera berlalu.
"Kualitas ekspor kok dihargai dua ratus ribu. Nggak tahu mode temennya Bu Lani ya?" bisik salah seorang karyawannya. Yang diamini oleh kawannya yang lain.
Beberapa saat kemudian Rosa masih berputar-putar di butik milik Lani dengan langkahnya yang angkuh. Tiba-tiba pundaknya ditepuk amat kencang dari belakang, ketika ia menoleh wajah Rosa tiba-tiba menjadi kaget bercampur bingung.
"Rosa, kamu kemana aja sih. Udah dua minggu loh aku cari kamu ke rumah nggak pernah dibukain pintu, eeeh nggak tahunya belanja kesini?" Wanita dengan gaun cantik bunga-bunga dan bertubuh sedikit gemuk, rambutnya digelung anggun ke atas tampak memasang raut wajah sebal ke arah Rosa.
"Mbak Susaaan, apa kabar? Kok lama nggak keliatan, mau cari apa nih?" sapa Lani yang mendengar suara Susan yang keras tadi.
"Lani, dia belanja di sini?" tunjuk Susan pada Rosa.
"Belum, baru pilih-pilih." Lani ramah menjawab.
"Halah! Sok punya duit. Lah itu, tas Kremes yang dia pegang itu, belum dibayar sudah dua minggu. padahal harganya hanya seratus delapan puluh ribu, bareng sama daster-daster dari Bali tempo hari yang kamu borong itu, Lani." Cecar Susan dengan geram.
Lani menatap wajah Rosa yang ciut dengan kalimat-kalimat Susan, dalam hatinya ia iba sekaligus gemas. Karena bukan sekali ini Rosa berkeliling selama dua jam dan berakhir minta 'Harga Teman'. Kali ini Rosa mendapat harga teman yang sesungguhnya.
____________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVE zaman NOW
General FictionAntologi cerpen yang berisi cerita ringan kehidupan sehari-hari di sekitar penulis. merangkum cerita antar gender, usia dan hubungan sosial yang amat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Selamat menikmati. * Saya mengikuti #30harikonsistenmenul...