My Teacher My Idol

9 4 0
                                    

Shaka hanya memandang ciut ke arah Dinda yang menangis meraung di hadapan para guru. Terlebih gadis itu sekarang berada dalam tatapan Pak Ray, wali kelas yang terkenal paling killer sekalipun dia memiliki tampang bak aktor-aktor korea yang bersliweran di laptop mamanya setiap malam.

"Shaka, kamu sadar yang kamu lakukan pada Dinda itu ada akibatnya?" pertanyaan Pak Ray yang lembut sekaligus memuakkan membuyarkan lamunan Shaka.

"Tapi yang saya lakukan juga ada penyebabnya, Pak." Bela Shaka.

"Baik, bisa kamu jelaskan?"

"Proyek tugas biologi itu harus dikerjain berdua, Pak. Dinda adalah partner saya di kelompok yang dibentuk Bu Inge, dia mau enaknya aja. Tau siiih, dia jijik banget sama kodok, cacing tapi masa saya harus sendirian cari itu semua. " tutur Shaka jengkel.

"Lalu harus kamu lempar semua hewan itu ke pangkuan Dinda?"

"Awalnya nggak sengaja kok, Pak. Tapi saya jadi seneng aja liat dia kegelian," Shaka menggigit bibirnya menahan senyum.

Pak Ray geleng-geleng kepala dengan kelakuan dua remaja di hadapannya ini. Shaka dan Dinda sejak kelas satu sudah menjadi musuh bebuyutan menurut cerita para guru.

"Dia bohong, Pak. Dia sengaja!" teriak Dinda histeris.

"Eh Din—" sanggah Shaka kehilangan kata-kata.

"Sudah ... sudah ... kalian berdua akan saya kasih sanksi. Bikin ribut kelas sampai teman-teman kalian kehilangan jam pelajaran fisika hari ini." Pak Ray menyerahkan dua buah sapu lidi kepada kedua siswanya.

Shaka dan Dinda berpandangan dan melongo melihat sapu lidi itu. menyapu halaman sekolah jelas bukan yang mereka inginkan saat ini, apalagi musim kemarau seperti ini akan membuat daun-daun kering bertambah banyak di halaman.

"Kan – kan bukan saya yang cari masalah, Pak. Shaka aja yang nyapu." Rajuk Dinda. Matanya menatap gurunya yang ganteng bagai aktor Seo In Guk itu.

"Gak bisa gitu dong, kamu duluan Din—"

"Sekali lagi berdebat siapa yang salah, hukuman akan bertambah ke toilet sekolah," Pak Ray berkata tenang.

Dinda dan Shaka dengan cepat meraih sapu lidi itu dan segera keluar dari ruang guru, beberapa detik kemudian Dinda muncul di pintu ruang guru.

"Berapa lama, Pak?" ia masih menatap wajah Pak Ray yang tampak ganteng walau dari samping.

"Sampai bersih, biar Pak Gun bisa istirahat selama kalian gantikan tugasnya." Pak Ray tak menoleh sedikitpun ke arah Dinda.

***

Menjelang jam dua siang, halaman itu telah bersih dari dedaunan kering, Shaka duduk di bawah pohon mangga dan bersandar di batangnya. Sementara Dinda memilih duduk di tumpukan batu di sisi lapangan basket tak jauh dari Shaka.

Mata Dinda menyapu seluruh halaman dan berhenti di sosok yang muncul bersama Pak Ray, matanya membesar dan seperti menemukan sebuah harta karun.

"Mamaaaa!" Dinda melempar sapu itu dan langsung menghambur ke arah wanita yang berjalan ke arahnya.

"Ya ampun, anak Mama sampai lepek gini. Capek ya Nak nyapu halaman?" tanya Mama Dinda khawatir.

"Capeek, Pak Ray rese tuh Ma. Mama nggak bisa ya laporin dia atau viralin pake video gitu, biar jadi pelajaran." Sungut Dinda kesal.

Wanita itu menelisik wajah putrinya yang berpeluh dan menatap kesal ke arah gurunya yang senyam senyum. Pak Ray melambaikan tangan memanggil Shaka untuk mendekat.

"Ma, jangan diam aja dong anak Mama diginiin. Protes dong ke KepSek atau videoin aku Ma." Keluh Dinda lagi, anak manja yang kini hanya bisa merajuk.

"Siang Tante," sapa Shaka ramah.

"Siang, Shaka. Makasih yaa, dengan gini Tante bisa lihat Dinda pegang sapu." Jawab Mama Dinda yang jelas membuat gadis itu melongo.

"Ma!"

"Pak Ray, terima kasih. Saya lega anak saya normal, bisa pegang sapu. Di rumah boro-boro, yang ada panggil si bibi terus."

"Ya ampun, Mamaaaa!" teriak Dinda kesal.

Pak Ray hanya mengangguk-angguk dan tersenyum, ia menyuruh Shaka segera pulang. Dinda langsung berlari ke kelas dan mengemasi tas sekolahnya.

"Rugiiiiii! Kenapa harus naksir guru reseh kaya gitu. Mulai sekarang gue nggak mau suka sama Pak Ray!" Dinda menangis kesal di depan kelas yang sepi.

----------------

#30harikonsistenmenulis

#ninsoe

#livezamannow

LIVE zaman NOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang