Widuri masih sibuk memelototi ponselnya dengan seksama, digerakannya telunjuk kanannya ke atas dan ke bawah. Yang ia perhatikan adalah barisan gambar dan video yang muncul dari nomor-nomor yang tertera di daftar kontaknya. Sudah ada tiga puluh menit ia sibuk mengamati dan mencatat dalam hatinya, apa saja yang dilakukan para sahabat, kerabat hingga tetangga sebelah rumahnya.
"Mas, coba liat nih. Mbak Anna tetangga sebelah lagi masak udang asam manis, kita udah lama juga ya nggak masak itu?"
"Ya kalo mau tinggal masak, apa susahnya?" Seno suaminya masih asyik dengan laptopnya.
"Mas Seno ini, mana bisa beli udang sekarang. Ngirit,mahal banget belanja sekarang." Sungut Widuri.
"Bersyukur Wid, alhamdulillah masih bisa makan tiga kali sehari." Seno melirik istrinya yang manyun di sofa.
Widuri tak menjawab, ia sibuk memerhatikan status-status lainnya di ponsel kesayangannya.
Keesokan harinya ...
Widuri tengah asyik memilih sayuran di tukang sayur keliling langganannya, ia mengambil satu papan tempe dan sebungkus tahu kulit untuk dibuat tahu isi kesukaan suaminya.
"Bu Wid, Bu Anna kemana ya. Sudah tiga hari belakangan nggak belanja sama saya?" tanya si tukang sayur.
"Wah, saya kurang tahu ya Mas. Memang Mbak Anna kan sibuk ngantor, mungkin berangkat lebih pagi." Jawab Widuri sambil melongok ke arah garasi tetangganya.
Mungkin dia belanja di supermarket atau online, setiap hari statusnya makanan enak terus. Kadang lobster panggang, steak rib eye atau soto betawi. Mana mungkin dia belanja di tukang sayur keliling lagi. Batin Widuri sembari masuk ke dapur.
"Mas, Mbak Anna postingannya enak banget. Sop buntut yang terkenal itu, wah kapan ya kita bisa makan itu?"
"Eh, aku cuma kepengen aja loh. Kalo-kalo Mas Seno ada rejeki, aku nggak bilang mau itu sekarang." Lanjut Widuri cepat-cepat.
"Insyaa Allah ya cantik, kalo Mas ada rejeki lebih kita makan di luar seuai selera kamu." Suaminya tersenyum.
"Alhamdulillah, bener ya Mas. Nih tahu isinya, aku buatin spesial buat suamiku yang ganteng." Widuri menyodorkan piring gorengan kesukaan suaminya itu.
***
Hujan deras membuat Widuri tak bisa belanja seperti biasa, ia mencari stok bahan makanan yang ada di kulkas dan lemari persediaan. Dan ia sangat girang ketika menemukan sekaleng sarden serta sebungkus tahu bandung di kulkas.
Tumis sarden dan tahu itu ia taburi daun bawang dan rawit merah segar, aromanya harum membaur ke segala penjuru rumah. Tapi seketika Widuri menyadari porsi masakan kali ini amat banyak bagi mereka berdua, maka Widuri segera mengambil mangkuk dan mengambil sebagian lauk yang ia buat itu.
Kira-kira Mba Anna suka nggak ya, kan dia selalu makan enak dan makanan restoran. Ah biar ajalah, aku kan hanya bermaksud silahturahmi supaya tetanggaku nggak hanya menyum aroma masakanku aja. Widuri meyakinkan hatinya.
Dengan payung dan mangkuk di tangan, Widuri masuk ke pekarangan rumah Anna. Tampak sepi dan Widur berharap pembantu Anna bisa membukakan pintu.
Widuri meletakkan payungnya dan mulai mengetuk pintu, ia sengaja mengintip di kaca agar bisa melihat ke dalam rumah. Ia terbelalak ketika melihat siapa yang membuka pintunya.
"Mbak Anna, Ya Allah kok pucat banget. Mbak sakit?" Widuri memandang cemas sosok yang dikenalnya cantik bagai mayat hidup di depannya.
"Iya, Wid. Masuk?" Widuri mengikuti langkah Anna ke ruang tamu yang tampak sedikit berdebu dan berantakan.
"Bi Min kemana?"
"Pulang kampung, aku berhentikan dia. Perhiasanku ludes dicurinya Wid, katanya dijual buat anaknya sekolah. Sekarang ya gini, aku sendirian dan sakit. Sudah ada seminggu ini tipes, Wid."
"Lah, Mbak. Suamimu nggak dikabarin? Kenapa nggak telepon aku, duh. "
"Suamiku kan masih di lepas pantai, belum bisa berkabar. Anakku juga sedang ujian skripsi."
"Uangku habis juga Wid, kantor belum bisa kasih pinjaman." Lanjut Anna bercerita.
Widuri tertegun dan kehabisan kata-kata, terbayang semua status yang dipampang tiap harinya oleh Anna. Ia teringat kata-kata suaminya tempo hari, betapa mereka harus jauh lebih bersyukur apapun kondisinya.
"Mbak, makan ini dulu ya. Nanti kumasakan yang enak dan sehat supaya Mbak Anna cepet pulih. Kalo ada apa-apa segera ketuk pintu rumah." Widuri tersenyum.
Ternyata tak semua apa yang terlihat indah itu benar indah kenyataannya, Widuri merekam pelajaran hari ini baik-baik.
#30harikonsistenmenulis
#ninsoe
#livezamannow
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVE zaman NOW
General FictionAntologi cerpen yang berisi cerita ringan kehidupan sehari-hari di sekitar penulis. merangkum cerita antar gender, usia dan hubungan sosial yang amat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Selamat menikmati. * Saya mengikuti #30harikonsistenmenul...