Pecal Lele

9 4 2
                                    


Lalapan berupa kol, daun kemangi dan mentimun itu begitu segar ditata berdampingan dengan sambel terasi yang dikucuri perasan jeruk limau. Seekor lele berukuran cukup besar digoreng hingga berwarna keemasan, uap panasnya masih mengepul bersaing dengan setangkup nasi di piring sebelahnya.

Jono baru saja akan menyuapkan cabikan lele goreng yang menggugah selera itu ketika Parjo, rekan kosnya datang bersama sang ibu kos, Bu Singgih.

"Wah, makan besar kamu Jon." Sapa Parjo.

"Alhamdulillah, mari makan Bu, Jo." Jawabnya semringah.

"Beli di mana pecel lelenya Jon?" Bu Singgih menelan ludah menatap Lele goreng yang aromanya sudah menguar hingga ruang tamu sejak tadi.

"Di depan bengkel Kejora, Bu. Baru buka sekitar sebulan, kata orang-orang pecel lelenya enak."

"Trus beneran enak?" tanya Parjo penasaran.

Jono tak menjawab melainkan mengcungkan dua jempol tanganya, setelah itu kembali mencocol mentimun pada sambel yang berwarna merah segar itu.

"Bengkel Kejora? Sebentar, aku kaya pernah dengar sesuatu." Kata Bu Singgih dengan wajah serius.

Kontan Jono melirik ke arah induk semangnya itu dengan dahi berkerut.

"Apa itu, Bu?" Parjo penasaran.

"Kata beberapa tetangga, dia itu laris sekali kan?"

"Betul" Jono mengangguk.

"Kata beberapa tetangga, sambelnya punya cita rasa yang unik kan?"

"Betul," Jono kembali menjawab.

"Kata beberapa tetangga, ada sesuatu Jon ...hiiiy" Bu Singgih tampak mengangkat bahunya.

Jono dan Parjo saling pandang dan beralih memandang Bu Singgih bersamaan.

"Dia piara pocong! Kata beberapa tetangga, ada yang pernah liat saat beli agak malam ke situ ...pocongnya berdiri di samping penjualnya. Dan ketika ada pesanan, pocongnya yang ngulek sambel Jon. Makanya sambelnya enak." Bu Singgih dengan mimik ketakutan bercerita.

"Pokoknya begitu deh, makanya dia laris. Karena pakai begituan." Lanjut Bu Singgih.

Sejurus kemudian Bu Singgih pamit pergi karena ponselnya telah berdering ke sekian kali. Selepas BU Singgih pergi, Parjo memandang pecel lele di piring Jono yang tersisa sedikit, bergantian pada wajah rekan kosnya itu.

"Kamu percaya, Jon?"

"Nggak." Jono menggeleng.

Jono menghabiskan makanannya lalu bangkit ke arah lemari makan, ia mengambil satu bungkusan yang beraroma sama seperti tadi. Sebungkus pecel lele lainnya diberikan pada Parjo dengan tersenyum.

"Kamu mau ngerasain sambel hasil ulekan pocong, nggak?"

Parjo segera menyambar bungkusan itu dan membukanya, bergegas mencuci tangan lalu segera melahap potongan lele di depannya.

"Bismillah ..."

"Walaaaah, Jon! Ini mah pasti buatan Cak Ramli kan, rasanya sudah pasti beda dan bengkel kejora itu memang cabang barunya." Parjo asyik mengunyah.

"Kasihan ya pocongnya disalahin, udah tali kafannya lupa dilepas, keluyuran kesana kemari masih juga disuruh ngulek." Jono melirik Parjo lalu mereka tergelak bersama.

------------

#30harikonsistenmenulis

#ninsoe

#livezamannow

LIVE zaman NOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang