31. Curiga

840 127 20
                                    

Semalam Lia sulit untuk tidur, kepikiran terus sang ayah, suaranya tak henti-henti menggema di kepalanya. Ia benci situasi ini, ia lelah terus menerus kecewa. Ia akan berusaha menerima hidupnya yang telah berubah, meski tak seindah dulu. Memaafkan sang ayah dan merekatkan kembali hubungan yang renggang. Semua sudah terjadi, takkan kembali lagi seperti dulu. Lebih dari dirinya, keluarga korban pasti lebih tersakiti oleh perbuatan ayahnya.

Waktu menunjukan pukul 09.00, ia memiliki rencana untuk memasak. Bahan makanannya sudah ia beli di pedagang sayur keliling saat melintas di depan kosan. Ada tahu putih, brokoli, udang, daging ayam yang sudah dipotong menjadi bagian-bagian kecil, segenap bumbu-bumbu dan juga beras yang ia beli di warung dekat kosan. Ia akan membuat tumis udang brokoli tahu dan ayam goreng. Ada alasan kenapa ia repot-repot harus memasak. Ia ingin sedikit memberi perhatian pada sang ayah dengan mengirimi makanan favoritnya. Tak dipungkiri, sebenci atau sekecewa ia pada sang ayah, ia tetap menyayanginya.

Dulu saat ibunya masih hidup, Lia sering sekali membantu ibunya memasak. Meskipun tak sejago sang ibu, tapi makanannya cukup enak.

Tak hanya untuk sang ayah, ia juga akan membagikan hasil masakannya pada teman satu kosnya dan juga Lino. Laki-laki itu sangat perhatian padanya, kadang ia malu harus menerima perhatian darinya. Membuatnya semakin merasa bersalah telah menyakiti orang sebaik dan setulus dia.

























































































"Seger nih siang-siang minum jus." Kata Haje melihat Hanjis yang tengah membuat jus jambu merah di dapur.

"Jangan ngarep! Gue bikin jus buat Chaery."

"Nyicip dikit boleh kali."

"Kalo lo mau, buat sendiri terus beli buahnya di depan tuh banyak yang jual!"

"Pelit lo ah." Haje pergi meninggalkan Hanjis menuju ruang tengah.

Hanjis membuat jus jambu merah untuk Chaery karena bagus untuk orang yang sedang sakit demam berdarah. Selesai membuat jus, ia pun segera bersiap untuk pergi ke rumah sakit. Rencananya ia akan menjenguk Chaery bersama Sean. Ini akan menjadi kunjungannya yang ketiga. Kemarin sore pun sepulang kuliah ia sempatkan diri menjenguk Chaery. Kondisinya belum membaik, demamnya masih turun-naik.




"Gue curiga, Felix sama Ryujin punya hubungan." Kata Changbin.

"Hubungan gimana maksudnya?" Tanya Haje.

"Udah dua kali ini mereka pulang di waktu yang sama."

"Lah, Ryujin juga pulang?"

"Iya kata adek gue."

"Kayaknya mereka pulang bareng, kemarin gue liat Ryujin naik mobilnya Felix pas mau jenguk Chaery di rumah sakit."

"Kebetulan aja kali terus Ryujin nebeng. Dia-kan emang suka banget nebeng kalo ada kesempatan." Kata Ian, mencoba berpikir positif.

Benarkah ini hanya kebetulan semata? Hatinya berkata lain, ia tidak yakin ini sebuah kebetulan. Apa mungkin Felix orangnya? Orang yang dijodohkan dengan Ryujin.

"Bisa jadi, merekakan deket sekarang, katanya sih udah baikan. Sering kejadiankan, yang tadinya benci malah jadi suka." Kata Haje.

Apa yang dikatakan Haje membuatnya semakin yakin jika Ryujin dan Felix memang sedang menjalin suatu hubungan.

"Coba ya Yeji juga begitu."

"Yeji terussss..." Ian sudah jengah dengan kegalauan Haje. "Katanya mau move on."

"Males move on gue. Lagian mereka cuma pacaran, yang udah nikah aja bisa cerai apalagi yang pacaran, bisa putus."

"Jadi maksudnya lo mau nungguin Yeji putus?"

"Mungkin."

Ian menggeleng-gelengkan kepalanya, ia tak habis pikir dengan teman satu kosnya yang satu ini. Efek negatif dari cinta itu sepertinya bisa membuat orang gila. "Kalo putusnya lama gimana? Kalo pun putus belum tentu mau sama lo."

"Perasaan bisa berubah kapan aja, siapa tau nanti Yeji bisa suka sama gue. Masa dia gak liat gimana perjuangan gue sama kesetiaan gue nungguin dia?" Ucap Haje dengan percaya diri.

Entahlah, ia labil. Kadang terlihat baik-baik saja tapi terkadang ia terlihat begitu mengenaskan. Satu sisi ia ingin melepaskan cintanya untuk Yeji tapi satu sisi ia ingin menggenggam erat perasaan tersebut. Berharap suatu hari Yeji akan melihat ke arahnya.

"Lo ngomong gitu belum aja ketemu yang lain." Kata Changbin. Ia tidak yakin Haje akan terus menunggu Yeji. Temannya yang satu inikan mudah sekali menaruh hati pada seorang wanita.

"Prihatin gue sama lo." Kata Ian.

"Lo belum aja ngerain apa yang gue rasain. Gue yakin lo juga pasti sama kayak gue kalo ketemu sama orang yang bener-bener lo suka."

Mungkin, tapi ia berharap kisah cintanya tidak akan sama seperti temannya ini. "Terus yang sebelum Yeji gak bener-bener suka gitu?"

"Suka juga, tapi kalo Yeji sukanya beda."

"Serah lo deh." Ian memilih meninggalkan ruang tengah. Mumpung hari libur ia akan memanjakan tubuhnya di atas tempat tidur.

"YAN, LO UDAH JENGUK CHAERY BELUM?"

"BELUM, NANTI SORE KAYAKNYA."

"BARENG YA!"

"HM."

"Je." Panggil Sean.

"Hm."

"Cucian lo mau sampe kapan direndem? Menuh-menuhin kamar mandi tau gak?"

"Bentar lagi." Salah satu pekerjaan yang berat untuk Haje lakukan adalah mencuci pakaian. Biasanya ia akan membawa pakaian kotornya ke binatu. Tapi karena kondisi keuangannya sedang menipis terpaksa ia harus mencuci pakaiannya sendiri untuk menghemat pengeluaran hingga mendapat kiriman uang lagi di awal bulan. Akhir-akhir ini ia benar-benar boros dalam membelanjakan uangnya.

"Bang lo tau sesuatukan?"

"Apa?" Baru saja Archan keluar dari kamar mandi, ia langsung ditodong pertanyaan oleh Changbin.

"Felix sama Ryujin, mereka ada sesuatukan?"

Archan mengendikan pundaknya. "Tanya aja ke orangnya." Lalu ia pun pergi menuju ke kamarnya.

Harus gue selidikin ini sih! - Changbin.

Semenjak ia menyatakan perasaannya pada Ryujin, hubungannya dengan Ryujin tak sehangat seperti dulu lagi. Ia merasa Ryujin menghindarinya.

Pastinya, perasaan canggung itu pasti ada saat kita bertemu dengan seseorang yang baru saja kita tolak cintanya, apalagi teman sendiri yang menyatakannya.

Ada yang pernah mengalami?

"Jangan-jangan Felix orang yang dijodohin sama Ryujin? Waktu itukan bang Archan juga pulang, mungkin aja ada acara perjodohan."

"Itu yang gue pikirin."

"Kalo beneran kayak gitu, siap-siap lo bang jadi sadboy!"

"Iya samaan kayak lo, sadboy."

Tbc.

Siapin hati ya Bin dari sekarang! biar gak terlalu sakit nantinya😇









Kayaknya bakal lama deh ini cerita selesainya. Aku gak bisa nulisnya cepet-cepet. Mikirnya lama soalnya.

RASA || SKZ × ITZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang