19. Akhirnya...

1.1K 145 15
                                    

"LIA!"

Merasa namanya dipanggil, Lia pun menghentikan langkah kakinya. Bukannya menoleh ke sumber suara, ia malah diam mematung. Bukan tanpa alasan, tapi orang yang memanggil namanya itu membuatnya ragu untuk menoleh. Ia sangat mengenal suaranya. Tapi Ia berharap pendengarannya yang bermasalah, bukan seseorang yang muncul dipikirannya saat ini.

"Lia."

Orang itu memanggilnya lagi. Tak sekeras tadi, pelan namun terasa dekat. ia yakin sang pemanggil berada tepat di belakangnya. Meski ragu, ia tetap menoleh. Rasanya salah jika ia mengabaikan panggilan tersebut.

Tepat, sesuai dugaannya. Orang yang memanggilnya itu seseorang yang membuatnya tertegun di perpustakaan. Lino. Laki-laki itu berada satu meter dari tempatnya berdiri.

"Hai." Sapanya sembari tersenyum tipis. Hanya kata itu satu-satunya yang muncul di otaknya. Rasanya terdengar basi, harusnya ia lakukan beberapa hari yang lalu saat pertama kali bertemu Lia.

"Hai." Balas Lia sedikit ragu. Ia juga tidak tahu harus meresponnya bagaimana. Tidak menyangka Lino akan menyapanya.

"Kamu mau pulang?"

"Iya."

"Mau pulang bareng?"

Lia tidak salah dengarkan? Lino mengajaknya pulang bareng.

"Bo-boleh." Biasanya Lia akan menolak jika ada yang menawarinya pulang bareng. Meskipun itu datang dari anak kos stray kids. Alasannya tidak enak karena belum dekat. Tapi ini Lino, entah kenapa ia tidak bisa menolaknya.

Lino tersenyum samar.



















































































Tak ada percakapan diantara keduanya di sepanjang perjalanan. Sebenarnya Lino ingin mengajak Lia ke tempat makan, tapi ia urung melakukannya. Begini saja membuatnya sangat gugup, mungkin lain waktu saat hubungan mereka kembali dekat ia akan mengajaknya. Setidaknya ia ingin menunjukan pada Lia jika ia peduli dengan keberadaannya. Entahlah, ia ingin seperti itu.

















































































"GAISSEU...BANG LINO PULANG BARENG CEWEK." Seru Hanjis heboh. Harusnya bukan sesuatu yang aneh tapi jika Lino yang melakukannya terasa janggal bagi teman-temannya.

Lino terkenal dingin jika berhubungan dengan kaum hawa. Bisa dihitung jari kaum hawa yang beruntung duduk di jok belakang sepeda motor Lino.

Meskipun begitu Lino memiliki seorang teman perempuan yang cukup dekat dengannya.

"Biasa aja kali heboh bener lo." Kata Lino.

"Kalo lo gak biasa bang. Pasti ada alasannya."

"Ya iyalah ada ada alasannya. Tadi dia nunggu angkot tapi gak lewat-lewat. Yaudah gue tawarin aja tumpangan."

"Kok tau gak lewat-lewat? Diperhatiin pasti?" Goda Archan.

"Apaan, gue liat lo nawarin Lia pulang bareng." Bantah Sean yang tiba-tiba datang. Kebetulan ia melihat aksi Lino di parkiran kampus.

Kalau sudah begini Lino sudah tidak bisa mengelak, lebih baik ia segera ke kamarnya menghindari teman-temannya. "Terserah lo deh!"

"CIEEEE.....ADA YANG JATUH CINTA." Teriak Hanjis terlalu cepat menyimpulkan. Tapi pernyataan Sean semakin menguatkan dugaannya. Jelas itu bukan gaya Lino.

RASA || SKZ × ITZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang