Chapter 2: Mistake

2.8K 357 21
                                    

Naruto masih berdiri diambang pintu dengan bertelanjang dada, tidak bergerak maupun berpindah tempat semenjak gadis di depannya meneriakkan sesuatu yang membuatnya terkejut.

"Roommate-ku seorang perempuan?" tanyanya, hampir mengulang perkataan gadis itu dengan kalimat yang sama. "Tapi, bukankah dua staf yang tinggal bersama harus satu gender?"

Apa ada kesalahan dari perusahaan?

Hinata berdiri dari duduknya setelah bisa menyeimbangkan tubuh. Perkataan pria itu membuatnya mengernyitkan kening, menerka-nerka apakah pria di depannya sungguh roommate-nya atau hanya sekadar orang iseng. Namun saat menyadari pria itu tampak terlarut seolah memikirkan sesuatu, Hinata tidak memiliki pilihan lain selain percaya.

"Kau pemagang yang diterima?" tanyanya, pria itu mengangguk singkat. "Tapi, roommate-ku seharusnya perempuan, bukan laki-laki."

"Jika ingin protes, proteslah pada perusahaan, jangan kepadaku."

Gadis bermarga Hyuga itu menatap bengis pada pria yang melewatinya begitu saja, tidak meminta maaf walau telah berkata demikian. Ia hanya mengeluh, bukan memprotes padanya!

"Hei, lain kali jangan mengintipku lagi."

"Aku tidak mengintip!"

•••••

Hinata langsung melayangkan protes ke EIX Corp melalui e-mail detik itu juga, namun perusahaan itu tidak memberinya jawaban yang memuaskan. Dibandingkan memberikan solusi maupun jalan tengah dari permasalahan ini, dirinya justru dibuat kesal dengan respon yang diberikan.

Silahkan mengundurkan diri jika tidak bisa menerima keputusan kami.

"Sial!" umpatnya keras-keras lalu membanting ponselnya ke atas ranjang, melampiaskan kekesalannya tanpa berniat merusak benda eletronik tersebut. "Dan kami harus tinggal bersama?!"

Sebenarnya, bukan masalah besar jika ia dan pria itu tinggal dibawah atap yang sama. Asalkan saling menjaga batasan, terlebih mereka tidak saling kenal dan tidak memiliki hubungan lain selain kolega di perusahaan yang sama, itu bukanlah hal yang patut diributkan.

Meski dunia sudah kacau dengan adanya hubungan seksual di luar konteks pernikahan entah apapun itu sebabnya—entah sebab cinta, nafsu, maupun kecelakaan semata, yang jelas Hinata akan membuat batasan sehingga tidak akan terjadi hal seperti itu. Jika pria itu sungguh roommate-nya, ia bisa menjamin jika hal itu tidak akan terjadi.

Hanya saja, pria itu sangat menyebalkan untuk menjadi teman seapartemen. Sikapnya yang angkuh, arogan, serta menjengkelkan, jelas saja membuatnya tidak nyaman. Apalagi dipertemuan pertamanya tadi, pria asing itu menuduhnya mengintip dengan sangat tidak etis. Namun dengan sikapnya itu, ia bisa sedikit lega lantaran pria itu sepertinya tidak menyukai kehadirannya. Jadi dengan ini, interaksi mereka juga semakin sedikit, bukan?

Tapi tetap saja, pria dan perempuan dewasa yang tinggal bersama itu 'berbahaya'.

Suara ketukan di pintu mengalihkan pemikiran liarnya. Dengan langkah gontai, ia membuka pintu hingga eksistensi pria tadi didapatinya dengan jelas tepat di depan wajahnya. "Ada apa?" tanyanya dengan nada ketus, menunjukkan ketidaksukaannya dengan terang-terangan.

Sementara Naruto mengembuskan napas lembut, tubuhnya berbalik lalu berjalan pelan. "Kita harus bicara, Nona."

•••

Gadis dengan rambut berwarna hitam-latau lebih tepatnya berwarna biru gelap itu terus-terusan mengalihkan pandangan ketika ia mencoba membuat kontak mata. Seolah sedang menghindarinya, atau mungkin benar-benar tidak menyukai fakta bahwa ia adalah roommate-nya. Namun ia tidak peduli, toh ia juga tidak menyukai kehadiran seorang perempuan disisinya.

My Bastard Roommate [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang