Chapter 25 : Unexpected

1.5K 275 46
                                    

Naruto menyesap minuman beralkohol di dalam gelas kaca miliknya, lalu menggoyang-goyangkannya di udara hingga air berwarna merah transparan itu nyaris terjatuh ke lantai.

Sejujurnya, Naruto tidak suka berada disini, di tengah-tengah pesta pernikahan kolega kerjanya. Andai saja perusahaan milik Inuzuka Kiba tidak menjalin hubungan kerja dengan perusahaannya, ia tidak akan sudi menginjakkan kakinya ditempat ramai seperti ini. Terlalu berisik, penuh, dan memuakkan.

"Anda tidak boleh mabuk, Pak."

Nasehat itu membuatnya menoleh, kemudian mendapati Shikamaru menggenggam gelas dengan isi serupa. "Kadar alkoholnya rendah, Shika." Ia menimpali, lalu kembali meminum minumannya secara perlahan.

Hanya Shikamaru saja temannya berbincang di tempat seramai ini. Memang pada awalnya ada beberapa orang yang mendekatinya dengan ramah tamah, berbincang selayaknya orang yang baru bertemu, namun akhirnya justru membahas masalah pekerjaan. Mereka mendekatinya hanya agar mendapat sponsor dan sokongan. Naruto tentu menolak dengan halus, kemudian memilih menjauh hingga tak ada seorangpun yang tertarik berbincang dengannya lagi. Kecuali Shikamaru dan beberapa wanita, tentu saja.

"Mereka memperhatikanmu sejak tadi." Shikamaru melirik tiga wanita yang memakai setelan rapi, mereka tidak sedetikpun berkedip ketika menatap atasannya. "Pergilah kesana."

Naruto mengernyit. "Kau memintaku menjadi simpanan nenek tua?"

"Mereka berusia 30-an, buk--"

"Tipeku yang lebih muda, sialan."

"Seperti Hyuga Hinata?"

"Tentu sa--keparat!"

Shikamaru sontak tertawa pelan ketika berhasil mengerjai atasannya yang bak tirani. Sesuai praduganya dulu, Naruto memang memiliki perasaan pada Hyuga Hinata, tapi terlalu menjaga harga diri untuk mengaku. Pria itu sungguh kekanakan hanya untuk mengakui bahwa dirinya jatuh cinta.

Naruto menenggak minumannya hingga tandas, rasa malunya melenyapkan sikapnya yang elegan. Shikamaru benar-benar bajingan karena mengerjainya seperti ini!  "Aku tidak menyukai Hinata!" bisiknya setengah mendesis, ia mengerutkan kening ketika mendengar asistennya kembali melambungkan tawa. "Kau harus memeriksakan otakmu ke ahli reparasi, Shika!"

"Terserahmu saja. Semakin kau menyangkal, semakin terlihat jika kau menyu--"

"Akhir tahun nanti kau tidak cuti."

"Saya meralat, anda tidak menyukainya siapapun, Pak."

Naruto menatap bawahannya dengan tatapan mengintimidasi, sementara Shikamaru berdiri tegap layaknya tentara yang sedang apel pagi.

Mereka benar-benar bos dan asisten yang harmonis.

"Lupakan, kapan acara ini selesai?" Ia menatap arlojinya, jarum pendek menunjukkan pukul setengah delapan. Berarti baru setengah jam sejak ia datang, namun entah mengapa rasanya sudah berabad-abad hingga ia merasa begitu bosan.

"Dua jam lagi, Pak."

"Aku ingin pulang."

Ranjang, kopi hangat, dan Hinata adalah tiga hal yang sangat ia inginkan detik ini. Padahal baru terlewat sehari sejak ia berpisah dengan Hinata, tapi ia sudah sangat merindukannya. Ya ... meskipun ia tahu gadis itu sedang berbahagia di apartemen karena ia tidak bisa mengganggunya.

Naruto mengembuskan napas lembut, ingat bahwa besok dirinya mesti menghadiri acara keluarga--sesuatu yang tiga kali lipat lebih memuakkan daripada acara pernikahan seperti ini. Bukannya ia anak durhaka yang enggan menemui orang tuanya, hanya saja nanti orang rumah pasti akan memberondongnya dengan rentetan pertanyaan. Contohnya seperti,

My Bastard Roommate [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang