Chapter 9: Maniac

1.7K 259 21
                                    

Sasuke menyandarkan punggung telanjangnya pada kepala ranjang. Selepas mandi beberapa menit yang lalu, ia memutuskan untuk membiarkan tubuh bagian atasnya telanjang sebab udara rumahnya terasa cukup gerah. Air conditioner di kamarnya mengalami kerusakan dan ia belum sempat memanggil ahli reparasi untuk memperbaikinya.

"Hyuga," ucapnya lalu memejamkan mata. "Hinata, Hyuga Hinata."

Tergila-gila mungkin adalah kata yang cocok untuknya sekarang. Diusianya yang ke-dua puluh lima tahun, ia belum bisa menentukan pilihan hatinya untuk menetap pada satu tempat. Semua perempuan yang 'digilainya' hingga saat ini masih belum mampu membuatnya terpikat selain mengenai urusan ranjang. Dan entah mengapa saat melihat Hinata tempo hari, ia ingin memiliki gadis itu, setidaknya untuk satu malam. Atau jika bisa, ia ingin memilikinya selamanya.

"Cantik, kompeten, sempurna."

Jika ada yang berpikir bahwa ia gila, maka hal itu benar adanya. Ia tak akan menyangkal bila dirinya dibuat gila oleh paras Hinata. Ibaratkan saja bahwa saat ini dirinya adalah remaja yang sedang kasmaran karena datangnya siswi baru. Siswi baru yang cantik, siswi baru yang tampak sempurna dalam pandangan mata.

"Sial, sikapku sangat menjijikkan," makinya lirih saat sadar betapa menjijikkan tingkahnya yang menyerupai lelaki remaja.

Matanya yang semula menatap kaki panjangnya yang ditumbuhi bulu halus, kini beralih pada ponselnya yang bercahaya diatas nakas. Tangannya segera meraih benda pipih tersebut untuk mengecek notifikasi, dan nama Naruto tertera dengan jelas di layar.

Jangan mencoba mendekatinya, Sasuke. Dia milik orang lain.

"Keparat ini, setelah memintaku melakukan segala hal, kini melarangku?" monolognya, ia mengetikkan jarinya di keyboard.

Persetan

Send.

Tak berselang lama, ponsel yang berada di genggamannya kembali bergetar. Ia membuka pesan tersebut dengan tatapan datar, kemudian nyaris tertawa ketika sudah membaca keseluruhan isi pesan.

Meski dia hanya roommate-ku sekalipun, jangan menyentuhnya dengan tanganmu yang kotor, keparat

"Hanya roommate?" Ia mulai ragu jika sahabatnya itu hanya menganggap Hinata sebatas roommate belaka. "Sekarang pukul 10 malam, belum terlalu larut untuk tidur. Apa dia sedang mengigau hingga melarangku?"

Sasuke menggelengkan kepala seiring tangannya yang kembali mengetik. Naruto memang sering melarangnya melakukan hal ini-berkencan semalaman penuh dengan banyak perempuan, namun tidak pernah sekalipun ia mendengarkannya. Ia mengaku, ia memang keras kepala untuk mendengarkan bahkan bila hanya sekali.

Dan sekarang, ia tidak akan berbaik hati dengan melepas perempuan sesempurna Hinata begitu saja.

Tidurlah kembali, berhenti mengigau

Send

Ia mematikan ponselnya ketika terdengar suara ketukan di pintu. Belum sempat ia mempersilahkan masuk, namun tamunya telah masuk lebih dulu. Ia menyeringai tipis, kemudian beranjak turun sembari merentangkan tangan lebar-lebar.

Pria itu mendekap lembut perempuan yang menerjang tubuhnya. Kepalanya merendah, menelusup ke ceruk leher perempuan itu dan menciumi kulitnya yang halus.

"S-sasuke--"

"Diam," bisiknya, lalu menggigit pelan cuping telinga perempuan itu. "Kau sudah mengunci pintunya?"

My Bastard Roommate [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang