"Kapan pengumumannya dikirim, sialan?!"
Hinata menatap layar ponselnya dengan geram, menunggu notifikasi yang dinantikannya sejak semalam. Menurut pemberitahuan dari perusahaan tempatnya magang kemarin, hari ini adalah hari diumumkannya pemagang yang menjadi staf tetap. Pengumuman dilakukan lewat e-mail, oleh sebab itu ia tidak berhenti memelototi ponselnya sejak setengah jam lalu.
"Hinata, aku tidak mau memungut matamu yang sebentar lagi copot." Sakura mencubit dan memelintir lengan sahabatnya hingga terdengar suara teriakan yang nyaring. "Berhenti memelototi ponselmu!"
"Astaga, Saki! Pengumumannya akan dikirim beberapa menit lagi dan kau memintaku berhenti?" Ia mengelus lengannya yang terasa nyeri, tenaga Sakura memang tidak main-main.
Kedua orang itu--Hinata dan Sakura adalah sahabat yang menjadi pemagang ditempat yang sama. Mereka menjalani masa magang selama dua minggu disebuah perusahaan besar, perusahaan terkenal yang menjadi incaran banyak pemagang. Gaji yang ditawarkan memiliki nominal yang besar, oleh karena itu mereka juga menjadi pemagang ditempat tersebut.
Hinata membenarkan posisinya yang semula berbaring telungkup menjadi duduk. Ranjang berseprei putih gading itu berdecit pelan saat Sakura juga ikut duduk disebelahnya. Tak berselang lama, dering notifikasi membuat mereka sama-sama terlonjak ditempat. Mereka saling bertatapan, kemudian bergegas membaca pengumuman dari ponselnya masing-masing.
Hinata membungkam mulut saat membaca pernyataan bahwa dirinya dinyatakan diterima. Kepalanya menoleh pada Sakura, gadis berambut merah muda itu menerjang tubuhnya sebelum ia sempat berkata kata.
"Aku diterima!" pekik keduanya serempak lalu melepas pelukan, lantas kembali membaca lanjutan pengumuman dan membelalakkan mata saat baris ke-tiga pengumuman tersebut telah terbaca.
"Kita disediakan satu apartemen khusus untuk tempat tinggal selama menjadi staf? Agar tidak terlambat datang ke perusahaan?" Hinata berdecak kagum, kepalanya menggeleng takjub berulang kali.
"Satu apartemen untuk dua orang staf, itu yang tertulis disini. Tunggu dulu, roommate kita diberitahu besok pagi tepat saat kita pindah?" Manik hijaunya membaca pengumuman itu sekali lagi. "Tapi nomor apartemennya sudah diberitahu. Aku lantai 5 nomor 150, bagaimana denganmu?"
Hinata mengerutkan kening, jika sudah seperti ini maka Sakura bukanlah teman seapartemennya. Nomor kamar gadis itu berbeda dengannya, meski mereka berada di lantai yang sama.
"Lantai 5 nomor 155, kita tidak tinggal bersama." Ia menghela napas seraya tersenyum, yang terpenting ia dan Sakura sudah diterima menjadi staf tetap. "Tapi, teman seapartemen kita perempuan, bukan?"
Sakura bergumam pelan, lagi-lagi mata hijaunya menyapu deretan kalimat di ponsel. "Ya, menurut pengumumannya begitu. Staf laki-laki berpasangan dengan laki-laki, begitupun sebaliknya. Lagipula, bukankah akan jadi 'berbahaya' jika teman seapartemen kita laki-laki?"
Gadis berambut biru kelam itu tertawa ringan, tentu tahu arti perkataan Sakura. "Hm, aku penasaran siapa roommate-ku. Oh, semoga saja dia berkepribadian baik dan mandiri."
Semoga saja.
•••••
Hinata menyeret kopernya di koridor gedung apartemen Hanaki lantai 5. Selepas berpisah dengan Sakura beberapa detik lalu, ia bergegas mencari nomor apartemennya seorang diri. Kedua kakinya berhenti melangkah ketika sudah berada di depan pintu dengan nomor 155, jari-jemarinya mengetik password yang sudah diberitahukan pihak perusahaan lalu membuka pintu.
Sebagian kepalanya menyembul dari belakang pintu, mengintip apakah roommate-nya sudah tiba lebih dulu dibanding dirinya. Namun ketika ia tidak melihat satupun tanda kehidupan didalam sana, sepasang kaki jenjangnya berjalan masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bastard Roommate [END]
FanfictionDemi Tuhan, Hinata sama sekali tidak menyangka bahwa roommate-nya adalah seorang pria pirang blesteran--setengah Jepang setengah bajingan. Hari-harinya yang tenang mulai terusik, terlebih ketika Naruto meringsek masuk secara paksa kedalam kehidupann...