Chapter 16 : Trusting

1.4K 263 30
                                    

Jika ada yang bertanya siapa wanita yang paling Toneri cintai di dunia, maka pria itu akan menyebutkan nama ibunya--hal yang sangat klasik sebab tidak ingin dicap anak durhaka. Namun, jika ditanya siapa perempuan yang saat ini menempati hatinya, maka Toneri akan menyerukan nama kekasihnya--Hyuga Hinata, tanpa sedikitpun keraguan.

Awal-awal pertemuannya dengan Hinata memang tidak ada yang istimewa, bukan juga seperti cerita picisan. Perjumpaan mereka sebagai sepasang orang asing kala itu membuatnya langsung terpana, jatuh cinta pada pandangan pertama pada Hinata.

Sejak awal, memang dirinyalah yang lebih dulu menaruh rasa, ia tetap gencar mendekatinya meski Hinata terang-terangan menunjukkan ketidaksukaan padanya. Namun entah mengapa, ia menjadi sangat keras kepala hanya karena hal bernama cinta. Kemudian semuanya tetap seperti itu, hingga pada bulan ke-5 pendekatannya, ia berhasil meresmikan hubungan dengan Hinata.

Toneri tidak akan pernah menyesali keputusannya berhubungan dengan Hinata. Selama satu tahun ia berada di samping Hinata sebagai seorang kekasih, perasaan bahagia terus-terusan memenuhi benaknya hanya dengan mendengar suara gadis itu. Demi apapun, ia tidak akan pernah melepaskannya meski Hinata sendiri yang meminta.

Bukan, bukan posesif, ia hanya terlalu mencintai Hinata hingga takut jika suatu saat nanti mereka berpisah.

Semakin kesini, justru perasaannya semakin membludak, hingga menyentuh sebuah titik yang bernama hasrat. Ia adalah seorang pria normal, berdekatan dengan Hinata kerap membuat sesuatu yang terpendam di dalam dirinya terpancing keluar. Ia tidak munafik untuk menyangkal bila dirinya ingin menyentuh Hinata.

Pernah sekali ia berada di posisi yang intim dengan gadis itu. Meski tidak secara langsung, ia telah memberi beberapa tanda jika ingin memasuki tahap yang lebih intim, dan Hinata berhasil menangkap 'kode' darinya detik itu juga. Namun dibandingkan tersenyum, gadis itu menggeleng, lalu mendorongnya menjauh dengan bibir berucap,

"Maaf, aku tidak bisa memberikannya."

Ia tidak marah ataupun geram atas penolakan Hinata, justru merutuki tindakan bodohnya yang nyaris menyakiti gadis itu. Saat itu, ia langsung menarik Hinata ke pelukannya seraya mengucapkan ribuan permintaan maaf. Kekasihnya tidak bersalah, ia saja yang terlalu biadab untuk meminta sesuatu yang tidak sepantasnya ia dapatkan.

"Maafkan aku, aku akan menunggu hingga kita menikah."

Dengan naifnya, ia mengatakan hal itu, namun justru mengingkari ucapannya sendiri dengan menyetubuhi perempuan lain. Bukan sebab dirinya berpaling, namun segala hasratnya terhadap Hinata membuatnya menjadikan tubuh perempuan lain sebagai pelampiasan.

Ia ... hanya tidak ingin merusak Hinata.

Toneri menatap perempuan yang berada dibawah kungkungannya, perempuan yang sebulan terakhir selalu menemani malam-malamnya itu menatapnya dengan tatapan sayu, bibir merahnya pun digigit kuat ketika ia kembali memasukinya.

Pinggulnya bergerak, selaras dengan lisannya yang menggumamkan nama Hinata. Memanggil, memikirkan gadis itu--kekasihnya--dalam bentuk fatamorgana.

"Hinata."

Hinata dan hanya Hinata, pikirannya selalu dipenuhi nama gadis itu entah kapanpun saatnya. Tidak peduli atas seberapa cantik, seberapa sempurna, seberapa puas ia pada perempuan dibawahnya, Hinata-nya tetap merasuki otaknya.

Ia tidak peduli, jika tingkahnya yang seperti ini bak orang gila.

Pelepasan kedua terjadi, perempuan itu terbaring lemas dengan dada naik turun. Sementara Toneri duduk dipinggiran ranjang, sudut matanya melirik ke arah perempuan yang mencoba duduk, namun ia tidak berniat membantu.

My Bastard Roommate [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang