Epilog ; A Regret (2)

3.5K 278 13
                                    

Welcome to epilog
.
.
.
.
.

'Hari ini aku bahagia. Bisakah esoknya aku bahagia lagi?'

Jimin tersenyum begitu mengingat perkataan Jungkook saat mereka menuju ke rumah mereka.

Berlatar di atap sekolah, Jimin kembali bernostalgia tentang dirinya dan Jungkook. Jimin tak menyangka, hari itu hari terakhir dia dan Jungkook bersama. Padahal itu hari pertama ia bertemu dengan Donghyun, menghabiskan waktu bermain basket di taman dan juga membeli es krim.

"Kenapa seperti ini?" Gumam Jimin.

"Aku masih belum membahagiakanmu Jungkook"

"Sudah lebih 1 bulan dan aku masih belum terbiasa, aku masih menganggap dirimu masih bersamaku Jungkook"

Lagi, air matanya menetes. Entah berapa banyak yang telah ia keluarkan sejak kematian Jungkook. Seberapa banyak, Jimin mengingat Jungkook, sebanyak itu lah air matanya keluar.

Jimin menunduk melihat sesuatu yang ia pegang di tangannya.

Gantungan kunci kelinci dan juga anak ayam. Gantungan kunci miliknya dan Jungkook.

Jimin mengelus pelan bagian telinga gantungan kelinci itu. Senyuman tipis terukir di bibirnya.

"Hanya ini yang selalu membuatku teringat denganmu. Kau persis seperti kelinci ini"

Jimin membolak-balik gantungan kelinci itu dan ia baru menyadari di belakang gantungan itu ada resleting kecil.  Penasaran, Jimin membuka resleting itu setelah menghapus jejak air matanya.

Begitu terbuka, ada kertas kecil di dalamnya. Dahinya mengerut, apa Jungkook yang menaruh nya? Pikir Jimin.

Jimin mengambil kertas itu dan membacanya. Seketika, dadanya merasa sesak, rasa bersalah yang telah ia kubur kembali lagi, air matanya lolos kembali disertai isakan yang memilukan. Tangan yang memegang kertas itu bergetar dan tanpa sengaja terjatuh di dekat sepatunya, membuat kita dapat melihat isi dari kertas itu;

Aku ingin bahagia

****

'kakak macam apa mereka itu?'

'mereka bahkan tak mengakui keberadaan adiknya'

'padahal Jungkook termasuk anak yang berprestasi juga manis, bisa-bisanya mereka mensia-siakan Jungkook'

'otak saja yang pintar tapi minim rasa persaudaraan'

'lebih baik sepertiku, nilai pas-pasan tapi masih menganggap adik bungsu ku'

Koridor sekolah yang awalnya biasa menjadi panas dengan semua perkataan itu. Sedangkan objek yang menjadi target mereka, menyumpal telinga dengan earphone. Namun, ia masih dapat mendengar bisikan-bisikan yang tertuju padanya. Pintar sekali menipu orang-orang, tak ada musik yang di dengar semua hanya pengalihan agar ia bisa mendengar apa saja yang orang-orang ucapkan padanya.

Selama sebulan ini, dirinya selalu menyiapkan mental yang kuat dari rumah agar tak tumbang mendengar perkataan mereka yang menyakiti hatinya. Tapi, semua yang mereka katakan itu benar, kakak macam apa dia yang tega pada adiknya?

"Kim Taehyung!"

Mendengar ada yang memanggil namanya, Taehyung menoleh ke belakang dan melepas salah satu earphone nya. Seketika koridor itu tenang dan mata mereka tertuju pada seseorang yang memanggilnya.

I'M OK, ALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang