Halo, teman2
Untuk kamu2 yang sudah baca sejauh ini, apakah kamu sudah follow/ikuti akun wattpad saya?
Kalau belum, saya sarankan sekarang juga untuk follow/ikuti(caranya pergi ke profile wattpad Evathink, sentuh "ikuti/follow").Jika kamu tidak mengikuti, kamu akan ketinggalan banyak informasi, karena hanya yang mengikuti yang bisa menerima pesan profile dari saya. Seperti ketika saya memberi tahu tentang promosi BACA GRATIS karya2 saya di Lontara App pada mei 2021, hanya yg sudah mengikuti saya yang mendapat pesan ini
Jadi jangan lupa FOLLOW/IKUTI saya agar tidak ketinggalan informasi.
Terima kasih^^
36
Hari demi hari berlalu. Hazel dan Devan semakin dekat. Keduanya sering menghabiskan waktu bersama, entah itu saat jam istirahat di sekolah, atau pun akhir pekan. Hazel juga tak pernah absen saat Devan latihan futsal. Mitha juga kini turut dekat dengan Devan, dan Hazel senang mendapat dukungan dari sahabat-sahabatnya untuk hubungan barunya dengan Devan.
Namun keduanya belum resmi berpacaran. Devan belum meminta Hazel menjadi pacarnya, meski tanda-tanda ketertarikan cowok itu pada Hazel terlihat jelas. Bahkan seluruh sekolah pun sudah menganggap benar kalau gosip keduanya berpacaran adalah benar. Baik Hazel mau pun Devan, sama-sama tidak menyangkalnya.
Hazel bertanya-tanya, haruskan ia lebih dulu yang meminta Devan menjadi pacarnya? Zaman memang sudah berubah, wanita tak harus malu mengutarakan perasaan lebih dulu, Tapi Hazel tak punya nyali melakukan itu, jadi ia memilih menunggu. Menunggu Devan mengatakan mencintainya dan memintanya menjadi kekasih cowok itu.
Hazel sendiri sangat sadar akan perasaannya pada Devan. Ia tidak tahu kapan tepatnya dimulai, tapi ia telah jatuh cinta pada Devan. Perasaan yang jelas berbeda dengan yang ia rasakan pada Kevin.
Pada Devan, Hazel selalu merasakan rindu yang menggebu-gebu. Selalu merasa senang dan gembira saat berada di dekat cowok itu. Merasa nyaman. Berbeda dengan saat bersama Kevin, Hazel selalu was-was, takut membuat cowok panas baran itu kesal.
Hazel menatap pantulan dirinya di cermin dan tersenyum tipis. Penampilannya sudah sempurna. Jins pensil berwarna biru lembut dipadu dengan blus berwarna putih, tampak membalut anggun tubuh langsingnya.
Setelah memastikan riasan wajahnya juga sempurna, Hazel meraih tas tangan dan jaketnya, kemudian berderap keluar dari kamar.
Sore ini ia akan menonton Devan latihan futsal. Hazel pikir sungguh konyol ia berdandan secantik mungkin hanya untuk menonton Devan latihan. Akan tetapi Hazel tahu sebenarnya yang sangat ia inginkan adalah terlihat cantik di depan Devan.
"Devan," sapa Hazel pada Devan yang sedang duduk menunggunya di teras rumah. Cowok tampan itu sudah mengenakan pakaian futsal.
"Hai, Hazel," balas Devan dengan senyum lebar.
Setelah mengobrol sekejap, keduanya pun berpamitan pada ibu Hazel kemudian meninggalkan rumah.
***
"Cape?" tanya Hazel sambil mengulurkan handuk kecil.
Devan menerima handuk tersebut dan segera mengelap wajah dan lehernya yang basah oleh keringat. Latihan futsal baru saja selesai. "Sedikit," jawab Devan sambil mengulas senyum manis.
Hazel mengulurkan segelas air mineral kemasan pada Devan. "Semoga besok semuanya berjalan lancar."
Devan mengangguk dan menerima air mineral tersebut dan meneguknya hingga tandas. "Ngomong-ngomong nanti malam aku nggak bisa ngajak kamu jalan, Zel. Aku harus cepat istirahat untuk besok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hazel dan Devan (Tamat)
Teen FictionPart lengkap! FOLLOW UNTUK MEMBACA!! Hazel dan Devan Awalnya Hazel Keinatta hanya memandang Devan Arlando sebelah mata. Meski cowok itu cukup populer di kalangan cewek-cewek di sekolahnya, bagi Hazel, Devan sama sekali tidak istimewa. Akan tetapi wa...