22

1.1K 139 9
                                    

Met baca^^

Btw
Versi tamat + EKSTRA PART(berupa EPILOG) cerita ini tersedia versi cetak dan ebook.

Versi cetak, ready stock, bisa order di saya, WA 08125517788

Versi ebook tersedia di GOOGLE PLAY BUKU.

____________________________________

Note : cerita akan dilanjutkan di wattpad sampai TAMAT
____________________________________





Teman2,
Untuk kamu yang ingin beli ebook, ada banyak cara :

* GOPAY
Download dulu aplikasi gojek, isi saldo gopay. Nanti metode pembayaran ini akan otomatis muncul.

* Gpay (google pay)
Beli voucher google play di shopee atau yang lainnya. Lalu masukkan kode yang didapat ke menu "tukarkan kode"

*Pulsa

*alfamart or indomaret

22

Jumat pagi itu Hazel berjalan setengah berlari menuju gedung sekolahnya. Tidak jauh dari mading sekolah, ia berhenti dengan napas yang sedikit terengah. Tampak sudah banyak murid cewek berkerumun di dekat sana.

Hari ini Hazel bangun kesiangan hingga tidak bisa datang lebih awal ke sekolah. Tadi malam ia lupa menyetel alarm.

Dengan muka cemberut, Hazel melangkah ke kelasnya. Terpaksa ia membaca cerber karya D. A. Ferdinand itu saat jam istirahat nanti.

Tapi alangkah terkejutnya Hazel saat tiba di dekat mejanya, ia mendapati satu lembar amplop berwarna cokelat.

Dada Hazel berdebar riang. Jantungnya berdetak lebih cepat. Dengan penuh semangat Hazel meraih amplop tersebut dan membukanya. Ia langsung menjerit gembira begitu melihat isi yang seperti ia duga.

Salinan cerber Caramu Mencintaiku, 5 halaman A4.

"Ada apa sih, Zel?" tanya Mitha dengan kening berkerut.

Hazel duduk di tempat duduknya, ia menunjukkan salinan cerber tersebut pada sahabatnya.

"Cerber Caramu Mencintaiku?"

Hazel mengangguk dengan senyum mengembang di wajah.

"Kok aneh, ya, Zel."

"Aneh gimana?"

"Kok lo dapat salinannya?" tanya Mitha heran.

Hazel juga heran. "Gue juga nggak tau."

"Mungkin penulisnya kenal lo, dan doi ..., naksir lo, Zel?"

Hazel memandang Mitha dengan alis terangkat, lalu tertawa geli. "Lo ada-ada aja, Mith."

"Ya, kalo dilihat dari nama penulisnya, kayaknya dia cowok, kan?"

"Hmm ...," Hazel juga berpikir demikian. "Tapi siapa, ya?"

Mitha mengangkat bahu. "Kamu nggak pengen cari tau?"

Hazel menggeleng. "Percuma. Yang tau siapa D. A. Ferdinand itu cuma anak-anak pengelola madin, dan mereka nggak mau ngebocorin identitas si penulis."

Bel yang berdering nyaring membuyarkan obrolan keduanya. Hazel menyimpan salinan cerber itu ke dalam tas, lalu bersiap mengikuti mata pelajaran pertama.

Masih sempat matanya melirik ke meja seberang, dan ia lega hari ni Devan tidak bolos.

***

Seluruh kelas tertawa terbahak-bahak. Devan hanya berdiri tak acuh di dekat papan tulis. Kejadian seperti ini sudah terulang belasan kali.

"Devan! kapan kamu bisa serius??" geram Bu Rita.

Devan melirik sekilas ke arah guru bahasa Indonesia itu. Wajah cantik Bu Rita tampak memerah dibalur amarah.

Suara cekikikan masih terdengar di sana-sini.

"Jawab!!" bentak Bu Rita marah.

Devan bergeming. Apa yang harus ia jawab? Ia bukannya tidak mau serius, ia hanya merasa benar-benar bosan mengikuti pelajaran yang satu ini. Cara Bu Rita mengajar juga membuatnya frustrasi, seolah mereka semua anak TK, bukan SMA.

Seluruh kelas seketika menghening. Aura kemarahan Bu Rita terasa mengental di sekitar Devan.

"Sekarang, kamu berdiri di luar kelas!" perintah Bu Rita dengan nada bengis.

Devan melirik sekilas pada Hazel, dan dadanya menghangat melihat tatapan cemas cewek itu.

Tanpa bersuara ia meninggalkan kelas, kemudian berdiri di depan kelas dengan rahang terkatup rapat.

Detik demi detik bergulir lambat. Devan merasa makin jenuh, belum lagi kakinya pegal karena terlalu lama berdiri.

Devan menghela napas lega saat akhirnya bel tanda istirahat berdering. Ia segera masuk kembali ke kelas. Saat bersisian dengan Bu Rita di ambang pintu, wajah bu guru cantik itu cemberut. Amarah jelas masih berkobar-kobar di mata indahnya.

Tanpa bersuara, Devan masuk ke dalam kelas menuju bangkunya, sementara di saat yang sama teman-teman sekelasnya berhamburan keluar, termasuk Ucup.

***

Evathink
Ig : evathink

Hazel dan Devan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang