20
Saat bel istirahat jam pertama berdering nyaring, Devan bersama Ucup bersiap meninggalkan kursi mereka tatkala sesosok dengan wajah polos tanpa bedak datang ke meja mereka. Kaca mata tebal bertengger setia di atas hidungnya.
"Hai, Tata cantik," sapa Ucup sableng.
Wajah tata merona, dan Devan ingin menjitak kepala sahabatnya itu. Sepertinya patah hati membuat Ucup menjadi gila. Bahkan tata si kutu buku pun ia gombal.
"Devan ...," sapa tata pelan dengan malu-malu. Rona merah masih menghias pipinya yang sedikit tembam.
"Hai, Ta," sapa Devan ringan.
"Devan nanti sore ada waktu?" tanya Tata pelan dan gugup.
"Kenapa, Ta?" tanya Ucup ingin tahu.
Tata melirik sekilas pada Ucup, kemudian kembali memandang Devan. "Bisa nggak nanti sore temani aku ke toko buku?"
Devan meringis. Ia tahu tata menyukainya. Selama ini ia sudah berusaha menunjukkan bahwa ia tidak tertarik pada cewek itu. akan tetapi sepertinya tata yang pemalu kini melangkah sedikit lebih maju. Ia mengajak Devan kencan.
"Nanti sore aku latihan futsal, Ta. Maaf, ya," jawab Devan sopan.
"Kalau besok?" kejar Tata.
"Besok dia juga latihan, Ta," tukas Ucup. "Udah, sama gue aja. Nanti sore gue jemput, ya. Jam berapa?"
Untuk kali pertama Devan merasa beruntung memiliki Ucup sebagai sahabat sekaligus teman sebangku. Ia memandang Ucup dengan rasa terima kasih.
"Eh itu, aku—"
"Gak perlu sungkan.gue jemput pokoknya. Jam empat, oke?" kejar Ucup.
Tata melirik Devan yang saat itu memasang wajah datar.
Akhirnya Tata mengangguk samar dan dengan lesu kembali ke kursinya.
"Ah, akhirnya!! Bentar lagi gue punya pacar! Huh! Bakal gue tunjukin ke Tania, kalau cewek bukan cuma dia aja," kata Ucup sengit.
Devan melirik Ucup dengan kening berkerut. Seringai geli melengkung di bibirnya. "Ah, ya. Lo hebat, Cup."
"Ya udah, yuk ke kantin, hari ini gue traktir!" ajak Ucup.
Devan tertawa kecil, lalu keduanya beranjak meninggalkan kelas. Masih sempat ia melririk Hazel yang ternyata juga sedang memandang ke arah dirinya.
Devan tersenyum tipis pada Hazel yang dibalas dengan senyum manis oleh cewek itu. Devan serasa terbang di awang-awang.
***
Ekor mata Hazel mengikuti Devan dan Ucup yang melangkah keluar kelas. Dada Hazel masih berdebar indah oleh senyum tipis Devan yang ditujukan padanya sesaat tadi.
Sebenarnya Hazel ingin bersama Devan ke kantin, tapi ia yakin hal tersebut akan memancing pertanyaan Mitha. Hazel belum siap mengungkapkan pada sahabatnya itu kalau diam-diam ia mulai dekat dengan Devan.
"Eh, Zel, entar sore Kevin latihan basket, ya?" tanya Mitha sambil menyimpan buku ke dalam tas.
"Iya. Temanin gue nonton Kevin latihan, dong," jawab Hazel tanpa semangat.
"Aduh, sorry, Zel. Nanti sore Niko juga latihan, gue udah janji mau nonton dia latihan," kata Mitha dengan nada menyesal.
Hazel menatap Mitha dengan wajah cemberut. "Yeah, nggak seru dong gue sendirian."
"Gue mau aja sih nemanin lo, tapi gue udah terlanjur janji sama Niko."
Hazel menghela napas panjang. "Ya udah, nggak apa-apa. Ke kantin, yuk."
"Yuk."
Namun baru saja mereka tiba di ambang pintu kelas, sesosok tampan muncul dengan senyum menawan.
"Hazel," sapa Dion Abian.
Mitha tersenyum misterius pada Hazel. "Gue duluan ya, Zel." Tanpa menunggu jawaban Hazel, Mitha berlalu. Masih sempat ia mengedipkan sebelah mata, menggoda Hazel.
Hazel memandang gemas kepergian Mitha. Apa coba maksud cewek itu? Mitha jelas tahu Dion menyukai Hazel, dan sahabatnya itu dengan kurang ajar sengaja mendorong mereka berduaan. Jika Kevin melihat ia mengobrol dengan Dion, bisa dipastikan akan terjadi pertumpahan darah.
"Gimana kabarmu?" tanya Dion dengan mata tak lepas menatap Hazel.
"Baik," jawab Hazel datar.
"Udah lama nggak ketemu kamu."
Hazel mengangguk tanpa tahu harus berkomentar apa.
"Aku kangen kamu, Zel."
Hazel menahan ringisan mendengar pengakuan itu.
"Zel ...," panggil Dion saat melihat Hazel hanya diam.
"Ya?"
"Nanti sore ada waktu? Kita pergi makan mieso, yuk."
Hazel memandang cowok di depannya dengan perasaan kasihan sekaligus kagum, Dion jelas sudah diperingatkan oleh Kevin untuk tidak dekat-dekat dirinya, tapi cowok itu nekat.
Hazel menggeleng samar. "Aduh, Dion, maaf, ya. Nanti sore rencananya aku nonton Kevin latihan."
"Oh ...."
"Ngomong-ngomong aku ke kantin dulu, ya, nanti keburu masuk."
Setelah mengucapkan itu, Hazel berlalu tanpa, menunggu tanggapan dion.
***
Evathink
Ig : evathink
KAMU SEDANG MEMBACA
Hazel dan Devan (Tamat)
Teen FictionPart lengkap! FOLLOW UNTUK MEMBACA!! Hazel dan Devan Awalnya Hazel Keinatta hanya memandang Devan Arlando sebelah mata. Meski cowok itu cukup populer di kalangan cewek-cewek di sekolahnya, bagi Hazel, Devan sama sekali tidak istimewa. Akan tetapi wa...