Teman2,
Novel karya2 saya tersedia versi buku cetak dan ebook.Buku cetak READY STOCK, bisa diorder pada saya, WA 08125517788
Untuk ebook, tersedia di aplikasi berikut (unduh aplikasinya di playstore):
> Karya Karsa
> Play Buku
> Lontara* khusus di karya karsa harganya lebih murah
*semua cerita terbaru saya hanya tersedia di Lontara (cara belinya pergi ke profile dan topup saldo lontara, buat temen2 yang gak bisa top up, boleh hub aku di wa 08125517788, nanti aku bantukan topup)
Cerita dilanjutkan di Wattpad sampai TAMAT!
37
Hazel duduk di pinggir kolam ikan yang ada di belakang rumah orangtuanya pada sore harinya. Jemari langsingnya memainkan air kolam sementara senyum simpul membayang di wajah cantiknya.
Kejadian setelah pertandingan futsal tadi bermain di benaknya, dan senyum Hazel melebar. Bunga-bunga indah dan harum semerbak menghiasi hatinya.
"Hazel!!"
Suara teriakan serentak dari beberapa orang membuat lamunan Hazel buyar. Ia sontak menoleh dan tersenyum lebar melihat Mitha, Selvie, Kanaya dan Angel melangkah santai mendekatinya.
"Hei, kok nggak bilang-bilang dulu mau datang?" sambut Hazel sambil berdiri dan mendekati keempat sahabatnya.
"Yah, sesekali kejutan," kata Angel sambil tertawa.
"Gue pikir lo pergi kencan sama si ayank Devan," goda Mitha.
Wajah Hazel merona sementara teman-temannya tertawa renyah, senang bisa menggodanya.
"Jadi ceritanya sekarang udah resmi jadian nih, Zel, sama Devan?" tanya Selvie.
Hazel mengajak teman-temannya menuju bangku yang ada di taman belakang rumah itu.
Mereka duduk mengelilingi sebuah meja bundar.
"Jawab dong, Zel," kejar Kanaya.
Hazel tersenyum malu-malu dengan wajah merona, kemudian menggeleng pelan.
Keempat pasang mata itu memandangnya dengan tatapan heran.
"Belum jadian?" tebak angel.
Hazel mengangguk pelan.
Kemudian Angel, Kanaya dan Selvi memandang Mitha dengan tatapan membunuh.
"Lo bilang Hazel dan Devan jadian, Mith," serang angel.
Mitha menyengir dan mengangkat tangan. "Yah, gue pikir jadian. Gue lihat Devan pegang tangan Hazel tadi, mesra banget," kata Mitha membela diri.
"Mereka pegangan tangan?" Kanaya bertanya histeris.
Mitha mengangguk mengiyakan.
"Wow ...," desah Selvie dan Angel bersamaan.
Wajah Hazel terbakar. Ia tersenyum gugup. "Kalian, ih! Nyebelin."
Mitha dan kawan-kawan tertawa.
"Jadi, pegangan tangan mesra, tapi belum jadian?" tanya Angel.
Wajah Hazel kian merona digoda sedemikian rupa oleh sahabat-sahabatnya.
"Devan nggak nembak lo?" tanya Kanaya.
"Udah."
"Udah nembak?" kejar selvie antusias.
"Iya." Hazel mengangguk pelan.
"Nah ..., terus kok belum jadian? Lo nggak mau terima dia?" kejar angel. "Wah kalo lo nggak mau, kasi gue aja, Zel. Dia ganteng, kapten futsal lagi, nggak malu-maluin."
Hazel merengut, "Enak aja!"
Angel, Mitha, Selvie dan Kanaya tertawa.
"Jadi kalo Devan udah nembak lo buat jadi pacarnya, tapi ternyata kalian belum jadian, jawabannya cuma satu, lo nggak nerima dia, bukannya begitu?" kata Angel.
"Bukan," bantah Hazel cepat.
"Jadi??" tanya Kanaya, Mitha, Angel dan Selvie serentak dengan tak sabar.
Hazel meringis pelan melihat ketidaksabaran sahabat-sahabatnya. Ia pun memutar kembali kejadian setelah pertandingan futsal tadi di benaknya dan menceritakannya.
"Hazel, mau nggak kamu jadi pacar aku? Aku memang bukan anak orang kaya, aku nggak bisa ngajak kamu kencan pakai mobil mewah atau makan di restoran mahal, tapi aku sayang kamu, Hazel dan aku akan jadi cowok yang setia."
"Devan ...," Hazel memandang cowok itu dengan haru. "Aku—"
"Devan!"
Hazel baru saja akan mengangguk dan mengatakan ia bersedia menjadi kekasih cowok itu saat beberapa anggota tim futsal mendatangi mereka.
"Kami semua akan pergi makan-makan. Ayo!" kata salah satunya.
Seluruh semangat Hazel luruh, itu artinya ia tidak berkesempatan menjawab cowok itu. Ah, lagi pula mengapa Devan memintanya menjadi pacarnya pada momen seperti ini? Kenapa bukan saat mereka berkencan? Jadi tidak akan ada gangguan.
Hazel memandang Devan yang juga memandang dirinya. Devan tersenyum tipis pada Hazel kemudian berbalik pada teman-temannya.
"Oke," kata Devan. kemudian cowok itu kembali memandang Hazel. "Ayo, Zel."
Devan menarik tangan Hazel dan mengajaknya pergi. Meski enggan—karena ingin berduaan saja—Hazel tetap mengikuti langkah Devan.
"Ya, begitulah," kata Hazel lemah.
Mitha dan kawan-kawan tertawa.
"Sayang sekali," kata Angel sambil tertawa.
Hazel hanya tersenyum masam dan mengangguk membenarkan.
***
Devan duduk di beranda rumah dengan gitar di pangkuan. Sesekali ia memetik tali senarnya. Sementara itu, Thalita, kakak perempuannya, duduk di kursi tidak jauh darinya.
"Pertandingan kalian tadi bagus," kata Thalita tanpa menoleh ke arah Devan, tatapannya sepenuhnya terarah ke layar ponsel.
Devan melirik kakaknya tanpa menyembunyi keterkejutannya. "Kakak datang nonton?"
Thalita mengalihkan tatapannya pada adiknya. "Pasti dong."
"Aku nggak ngelihat kakak."
"Kakak datangnya telat."
"Oh ..., pantasan."
"Pas pertandingan usai, kakak mau nyamperin kamu, eh kakak lihat kamu sedang pacaran."
Rona gelap samar merambat ke wajah sewarna madu Devan.
"Cewek itu cantik."
"Hazel."
"Apa?"
"Namanya Hazel. Tapi sebenarnya kami belum jadian."
"Nama yang indah. Kenapa belum jadian?" tanya Thalita sambil mengangkat alis. "Nanti diirebut orang, lho."
Devan tertawa kaku, lalu memetik iseng gitarnya. Merasa gusar ketika teringat gangguan saat ia menyatakan cinta tadi. "Yah, tadi aku nembak dia, tapi belum sempat dia jawab, keburu diganggu teman-teman."
Thalita melotot pada adiknya. "Kamu ini ya, Dev. Nggak romantis banget. Nyatain cinta kok di lapangan futsal?"
Devan menggauruk-garuk kepalanya yang gatal. "Kebetulan momennya tepat ...." Lebih tepatnya Devan takut keberaniannya memudar. Saat itu ia terlanjur mengaku pada Mitha kalau Hazel pacarnya, jadi ia pikir dengan momen tersebut lebih baik ia nyatakan perasaannya atau ia takut tak punya keberanian di lain waktu.
"Tepat apanya, itu buktinya keganggu. Ah, dasar nggak romantis!"
Devan meringis. "Jadi aku harus gimana sekarang, Kak?"
***
Evathink
IG: Evathink
KAMU SEDANG MEMBACA
Hazel dan Devan (Tamat)
Teen FictionPart lengkap! FOLLOW UNTUK MEMBACA!! Hazel dan Devan Awalnya Hazel Keinatta hanya memandang Devan Arlando sebelah mata. Meski cowok itu cukup populer di kalangan cewek-cewek di sekolahnya, bagi Hazel, Devan sama sekali tidak istimewa. Akan tetapi wa...