5

2K 213 2
                                    

5

Selesai makan malam, setelah bercengkerama dengan orangtua dan kedua adiknya yang masih duduk di bangku SMP dan SD, Hazel kembali ke kamar.

Ia duduk di meja belajar, membuka tas sekolah dan mengeluarkan selembar kertas berwarna biru.

Senyummu secerah matahari pagi.

Sinar matamu menyihirku ....

Hazel membaca sekali lagi bait puisi itu. Selama ini ia sering mendapat pujian dan kata-kata manis, tapi aneh, hatinya tak berbunga-bunga seperti membaca kata-kata yang tergores di kertas biru itu.

Tanpa sadar, Hazel membawa kertas tersebut ke hidungnya. Wangi parfum samar terhidu oleh indra penciumannya.

Kening Hazel sedikit berkerut saat ia bekerja keras mengingat di mana pernah mencium wangi parfum seperti itu.

Lelah mengingat-ngingat tapi tak kunjung menemukan jawaban, akhirnya Hazel menyerah. Ia meraih binder indah di atas meja, kemudian memasukkan kertas biru tersebut ke dalamnya. Ada puluhan kertas biru lainnya di binder tersebut. Puisi yang indah dengan tulisan tangan yang sama, sudah pasti pengirimnya orang yang sama.

Hazel sangat penasaran siapa yang mengiriminya puisi? Hazel menebak pengirimnya pasti seorang cowok yang romantis. Tapi siapa?

Otak Hazel berputar mengingat-ingat siapa di antara teman-temannya yang pintar menulis puisi. Ia ingat pernah sekilas membaca beberapa puisi di mading, tapi sayangnya ia tidak mengingat dengan baik nama penulisnya.

Tak kunjung mendapat gambaran siapa gerangan si pengirim, akhirnya Hazel meningggalkan meja belajar dan naik ke ranjang. Ia meraih boneka beruang besar berwarna pink hadiah dari Kevin.

Hazel berbaring sambil memeluk boneka dengan mata nyalang menatap langit-langit kamar.

Pikirannya melayang-layang pada kejadian hari ini di sekolah. Lalu senyum samar menghias bibirnya tatkala teringat betapa lucunya kejadian saat mata pelajaran bahasa Indonesia tadi.

Devan Arlando ....

Tanpa sadar Hazel mendesah nama biang kerok kehebohan di kelas tadi.

Bayangan wajah Devan muncul di langit-langit kamar. Sikap tak acuhnya yang unik, wajahnya yang tampan ....

Hazel mengedipkan mata terkejut.

Mengapa hari ini penilaiannya pada Devan berubah? Mengapa cowok yang selama ini ia anggap biasa-biasa saja dan pandang sebelah mata, tiba-tiba berubah tampan?

Tapi ....

Hazel teringat lekukan indah bibir Devan ..., tulang pipinya yang tegas ..., rahang kukuh ....

Hazel menghela napas panjang.

Devan memang tidak jelek.

Cowok itu cukup tampan.

Hazel memejamkan mata. Namun yang terbayang di benaknya justru wajah Devan.

Hazel mengerang jengkel. Ia bergolek gelisah di atas ranjang.

Mengapa wajah cowok itu bermain di benaknya? Hazel belum pernah merasa seperti ini sebelumnya.

Frustrasi tak mampu menyingkirkan Devan dari benaknya, Hazel meraih ponsel dan mengirim pesan pada Mitha dan Kevin. Berharap pikirannya teralihkan.

***

Evathink
IG : evathink
15 mei 2020

Hazel dan Devan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang