40

1.1K 117 2
                                    

Teman2,
Novel karya2 saya tersedia versi buku cetak dan ebook.

Buku cetak READY STOCK, bisa diorder pada saya, WA 08125517788

Untuk ebook, tersedia di aplikasi berikut (unduh aplikasinya di playstore):

> Karya Karsa
> Play Buku
> Lontara

* khusus di karya karsa harganya lebih murah

*semua cerita terbaru saya hanya tersedia di Lontara (cara belinya pergi ke profile dan topup saldo lontara, buat temen2 yang gak bisa top up, boleh hub aku di wa 08125517788, nanti aku bantukan topup)

Cerita dilanjutkan di Wattpad sampai TAMAT!

Dua bulan kemudian...

Sabtu siang itu murid-murid SMA Bintang Nusantara keluar dari kelas masing-masing dengan wajah ceria dan lega. Ujian semester akhirnya berakhir. Semua bisa menikmati masa-masa santai setelah belajar dengan keras untuk menghadapi ujian, meski belum tahu akan nasib nilai mereka, tapi setidaknya ada rasa lega tak perlu memeras otak dan merasa tegang lagi.

Hazel keluar dari kelas berbarengan dengan Devan dan Mitha, dari arah kelas IPA, tampak Niko berjalan menghampiri mereka, tepat di belakang Niko, Kanaya, Selvie dan Angel berjalan santai.

"Akhirnya selesai!!" teriak Angel senang saat sudah berada di dekat Mitha dan Hazel.

Hazel tersenyum.

"Jadi kita ke mana?" tanya Mitha yang sudah berdiri berdampingan dengan Niko.

"Gimana kalo kita makan-makan terus ke Ocarina Park? Butuh refershing nih," saran Kanaya.

Semua mengangguk setuju. Jadilah siang itu mereka ramai-ramai pergi makan-makan, berlanjut ke tempat wisata terkenal di Batam, Ocarina Park.

***

Keesokan harinya, selesai makan siang, Hazel sudah bersiap-siap dengan pakaian rapi. Hari ini, Bu Rita mengajak mereka semua menikmati hari libur dengan bertemu dengan salah satu pengarang novel best seller yang akan mengadakan meet & greet di toko buku yang ada di sebuah pusat perbelanjaan.

Pengarang itu tentu saja bukan sembarang pengarang, melainkan D. A. Ferdinand. Hazel sangat bersemangat untuk mengetahui siapa cowok yang telah menulis cerita romantis itu.

Tentu saja setelah kini berpacaran dengan Devan, Hazel tidak pernah lagi mengkhayalkan bisa berpacaran dengan D. A. Ferdinand. Toh ia sangat menyayangi Devan.

Tepat saat Hazel memakai sepatunya, bel pintu berbunyi.

Tampak Selvie, Mitha Kanaya dan Angel berdiri di beranda saat ia membuka pintu.

Tak lama kemudian setelah berpamitan pada orangtuanya, Hazel pun bergabung di mobil Angel.

"Niko gimana, Mith? Nggak ikutan?" tanya Hazel.

"Nanti ketemuan di mal aja katanya."

Hazel mengangguk. Devan juga bilang mereka bertemu di mal saja dan cowok itu ada kejutan untuknya.

Hazel tidak sabar bertemu Devan. Selain sangat merindukan cowok itu—meski baru berpisah tak sampai 24 jam—Hazel juga tak sabar mengetahui apa kejutan Devan untuknya. Yang jelas Hazel yakin pasti kejutan yang sangat istimewa. Hazel sendiri juga membawa kejutan istimewa untuk pacarnya itu.

Hampir tiga puluh menit kemudian, Hazel dan teman-teman sudah berada di depan toko buku yang dimaksud.

"Hazel!"

Hazel menghentikan langkahnya dan menoleh pada arah suara.

Tampak Bu Rita yang mengenakan pakaian santai berjalan ke arahnya dengan anggun. Di sisinya tampak pak Albert, guru olahraga SMA Bintang Nusantara.

"Bu Rita," Hazel tersenyum menyapa guru bahasa Indonesia itu. Teman-teman Hazel melakukan hal yang sama.

"Ayo," ajak Bu Rita sambil mengandeng Hazel memasuki toko buku.

Acara belum mulai. Tampak begitu ramai pengunjung berkerumun di area meet and greet. Kursi-kursi yang disediakan, penuh semua hingga banyak yang berdiri. Ramainya yang berkerumun membuat Hazel dan teman-teman sulit untuk melihat sang penulis. Rasa penasaran Hazel meningkat.

Bu Rita, Hazel, dan teman-teman mencari sela. Mereka akhirnya berhasil mendapat posisi di bagian kiri depan, agak di samping.

Seketika suara kesiap lolos dari bibir mereka.

"Devan ...?" desah Hazel tak percaya dengan mata melebar. Ternyata D. A. Ferdinand adalah Devan Arlando.

Devan tersenyum lebar pada Hazel, kemudian cowok itu mengangguk samar pada Bu Rita.

***

Bu Rita terkejut. Sangat terkejut. Napasnya memburu dengan cepat dan matanya melebar menatap anak didiknya yang tampak tampan dan gagah berdiri di depannya.

Devan Arlando ....

D. A. Ferdinand ....

Bu Rita sama sekali tidak menyangka Devan-lah D. A. Ferdinand yang menulis cerber di mading sekolah. Ini sebuah kejutan. Bagaimana mungkin murid yang membenci pelajaran bahasa Indonesia tapi bisa menulis dengan baik dan bukunya kini best seller pula.

Ah, tapi seharusnya ia tidak berpersangka buruk pada Devan lewat sikap tak acuh anak itu saat pelajaran bahasa Indonesia, aku Bu Rita menyesal. Selain karena guru-guru lain sudah mengatakan Devan anak yang baik dan cerdas, tadi malam saat memeriksa kertas ujian kelas XI IPS 2, ia juga mendapat kejutan. Ternyata Devan tidak sebodoh yang anak itu tunjukkan di depan kelas.

Devan menjawab soal ujian dengan sangat bagus dan tepat. Selama ini sebenarnya Devan sudah menunjukkan kecerdasaannya saat ulangan, tapi Bu Rita pikir itu karena anak itu menyontek entah dari siapa, karena Ucup yang duduk di sampingnya jelas tidak memiliki kecerdasan itu. Akan tetapi pengawasan yang ketat saat ujian sangatlah tidak memungkinkan untuk mencontek, jadi bisa dipastikan yang tertera di kertas ujian itu adalah hasil buah pikiran Devan.

"Devan ...," desah Bu Rita takjub. Serta merta seluruh pandangan buruknya pada Devan menguap tak berbekas.

Devan mengedipkan sebelah matanya dengan jenaka pada Bu Rita.

***

Hazel terpaku. Dugaannya ketika mendengar suara

Ia sama sekali tidak menyangka Devan-lah D. A. Ferdinand.

"Hazel," sapa Devan dengan senyum menawan.

Hazel berusaha menggerakkan bibirnya yang terasa kaku untuk tersneyum.

"Devan ..., kamu D. A. Ferdinand ...."

Meski kenyataan itu sudah diperjelas oleh Bu Rita beberapa saat lalu, hazel tak mampu menahan diri mengucapkannya lewat bibirnya.

Devan mengangguk dan tersenyum. "Ya. Aku D. A. Ferdinand, Zel," jawab Devan lembut, matanya terpaku pada hazel seolah di sana tidak ada siapapun selain cewek itu.

"Ini kejutan yang kamu maksud ...."

Devan tertawa kecil dan mengangguk.

Lalu permbicaraan itu terputus karena fans-fans Devan, juga sebagain besar murid SMA Bintang Nusantara kembali mengurumi cowok itu. Minta tanda tangan, bahkan foto bersama.

***

Evathink
IG/Dreame/Innovel: Evathink

Hazel dan Devan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang