26

1.2K 138 3
                                    

26

Seperti biasa, Devan bersama teman-temannya menikmati malam Minggu dengan berkumpul di beranda rumah orangtuanya. Malam ini mereka makan nasi goreng yang dipesan dari tukang nasi goreng keliling yang kebetulan lewat di depan rumah.

Makan-makan malam ini tidak dibayar dengan patungan, melainkan ditraktir oleh Ucup. Konon, untuk merayakan resminya hubungan cinta penuh kasihnya dengan Tata.

Dua hari lalu seisi kelas dihebohkan dengan berita Tata dan Ucup resmi berpacaran. Berita itu bukan hanya Ucup sebarkan dengan hati riang ke seisi kelas, bahkan ke seisi sekolah, dan Tata tampaknya sama sekali tidak keberatan dengan tingkah lebay—berlebihan—pacarnya itu.

Akan tetapi, berita itu sama sekali tidak menggemparkan seluruh penghuni sekolah—terutama murid cewek. Alasannya jelas, Ucup tidak ganteng dan tidak populer.

Namun, Ucup adalah Ucup. Ia sangat percaya diri. Ucup bahkan dengan hati puas berkata pada Devan bahwa kini Tania bisa lihat kalau masih banyak cewek lain yang jauh lebih cantik darinya.

Ah, cinta itu memang buta. Bukan Devan merendahkan Tata, tapi jika dilihat dengan kasat mata, maka semua orang pun bisa melihat kalau Tania jauh lebih cantik dari si kutu buku Tata. Namun mungkin yang Ucup maksud adalah kecantikan keperibadian alias inner beauty. Lagi pula katanya cantik itu relatif.

"Nasi gorengnya enak ya, Yank?" tanya Ucup pada Tata yang duduk di sampingnya di teras rumah Devan.

Devan, Belavia, dan Jessy saling lirik dengan sorot geli.

Tata, si anggota baru dalam acara kumpul malam Minggu di rumah Devan, mengangguk kecil. "Iya, Yank, enak."

Devan yang mendengar itu hampir mengerang. Tidak. Jangan salah paham. Ia bukannya cemburu karena si Tata yang tadinya naksir dirinya kini berpindah hati ke Ucup, tapi Devan hanya tak habis pikir bagaimana si kutu buku yang pemalu bisa berubah lebay setelah berpacaran dengan Ucup? Apakah penyakit lebay itu bisa menular? Devan meringis ngeri.

"Jadi, Ta, apa yang bikin kamu suka sama Ucup?" tanya Belavia tiba-tiba.

Tata yang sedang makan, tersedak. Ia melirik ke Ucup dan Devan bergantian, kemudian meringis.

"Jelaslah karena gue ganteng dan baik," jawab Ucup percaya diri. "Benarkan, Yank?" Ucup memandang tata penuh cinta.

Devan serasa akan muntah saat itu juga. Mungkin bukan hanya dirinya, Belavia dan Jessy sepertinya juga merasakan hal yang sama.

"Ya, benar, Yank" sahut tata pelan.

Devan pikir malam Minggu kali ini menjadi malam Minggu paling mengerikan yang pernah ia lewati. Akan tetapi, apa pun itu, Devan bersyukur Ucup berpacaran dengan Tata.

***

Hazel bersama keempat sahabatnya dengan tawa ceria menikmati malam Minggu di mal Nagoya Hill. Keempatnya dengan hati riang menyantap hidangan makan malam yang lezat, kemudian berbelanja.

Saat mereka keluar dari salah satu toko pakaian yang ada di mal, perhatian Hazel terfokus pada dua sosok yang sedang berjalan berduaan tidak jauh dari mereka. Posisi keduanya membelakangi Hazel dan kawan-kawannya.

"Itu seperti Kevin, ya," kata Mitha.

Rupanya Mitha pun melihat arah pandangan Hazel.

Perkataan Mitha itu menarik perhatian Selvie, Kanaya dan Angel. "Mana? Mana?" Ketiganya sibuk celingak-celinguk.

"Itu, di sana." Mitha menunjuk ke arah sesosok cowok tinggi gagah yang bergandengan tangan dengan cewek langsing bersepatu hak tinggi.

Hazel hanya memandang tanpa bersuara dengan dada yang berdebar tidak nyaman.

"Ah, ya, benar. Itu kayaknya Kevin, deh," kata Angel.

"Lo sama Kevin udah putus, Zel? Kok kami nggak tau?" tanya Kanaya.

Hazel yang sejak tadi terdiam, menarik napas dalam-dalam lalu menghelanya pelan. "Kami nggak putus," ucap Hazel lemah.

"Apa?? Berarti Kevin selingkuh?" seru Mitha, Selvie, Kanaya dan Angel hampir bersamaan.

Hazel bergerak-gerak gelisah mendapat serbuan pertanyaan itu. "Gue rasa itu bukan, Kevin. Dia sedang ada acara keluarga."

Semuanya terdiam. Tiba-tiba Mitha menarik tangan Hazel, "Ayo, kejar mereka. Kita pastikan."

Kelimanya pun berjalan cepat menyusul dua sosok tadi. Setelah lumayan jauh berjalan, mereka berhenti.

"Mereka ke mana, ya?" keluh Mitha sambil mengedarkan pandangan ke sekitar.

"Mungkin Hazel benar, itu bukan Kevin," kata Selvie.

Semuanya diam tak berkomentar.

"Coba lo telepon, Zel," saran Kanaya.

Hazel menurut. Ia mengambil ponselnya dari dalam tas kemudian menghubungi Kevin.

Panggilan pertama, Kevin tidak menjawab.

"Nggak dijawab?" tanya angel.

Hazel menggeleng.

"Coba lagi," kata Mitha.

Hazel kembali menghubungi Kevin, dan seketika ia merasa lega saat Kevin menyambut panggilannya.

Hazel berbicara tak lebih dari semenit dengan Kevin, ia hanya mengonfirmasi keberadaan cowok itu.

"Gimana?" tanya Mitha, Kanaya, Angel dan Selvie nyaris bersamaan.

"Aku rasa yang tadi itu bukan Kevin. Dia bilang dia lagi di rumah tantenya sama orangtuanya," kata Hazel.

"Oh ...." Mitha dan teman-teman berguman bersamaan.

"Nah, berarti benar itu bukan Kevin," kata Selvie. "Ya udah, ayo, katanya mau nonton."

Akhirnya kelimanya melanjutkan acara mereka. Hanya saja, entah mengapa, jauh di dalam hati Hazel, ia sedikit ragu dengan jawaban Kevin tadi.

***

Evathink

Hazel dan Devan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang