Prinsipnya untuk produktif dan tidak membuang waktu secara percuma telah lenyap ketika Qiran baru sadar belum pergi lagi ke pantai. Jadi waktu cutinya hari ini dia gunakan untuk menghabiskan waktu di pantai. Menunggu hingga sore berharap mendapatkan momen terbaik ketika senja. Lagi pula saat ini dia bukan cuti melainkan menghindari masalah. Dia harus menenangkan diri sesuai perkataan ayahnya tadi karena besok dia belum tentu bisa tersenyum.
Bersama sepuluh kaleng bir dan juga kripik kentang, Qiran berencana membuat tubuhnya tidak memikirkan pekerjaan maupun masalah. Dia hanya ingin menikmati bisikan alam bersama melodi yang telah diputar dari ponselnya. Qiran juga membawa buku diary untuk menuliskan berbagai perasaannya belakang ini. Menurutnya tempat terbaik mencurahkan isi hati hanya buku diary. Tak akan ada yang membacanya. Tidak ada yang mengetahui bahwa dia selalu curhat pada benda ini.
Matanya yang semula jernih mulai sayu karena pengaruh bir. Kesadarannya pun semakin redup. Sebentar lagi Qiran pasti akan melakukan hal gila. Entah pada dirinya sendiri atau orang lain. Pastinya Qiran tidak ingin itu terjadi, jadi dia sudah menyiapkan ikatan tali dan segera mengikat kedua tangannya. Sehingga yang dia bisa hanya menikmati alam dan celotehan tak jelas terus keluar dari mulutnya.
"Padahal aku baru menghabiskan enam kaleng tapi kenapa aku sudah mabur seperti ini," gumamnya menunduk.
Ponselnya berdering pertanda adanya telepon, Qiran tidak bisa mengambilnya tapi dia bisa mengangkat panggilan teleponnya menggunakan jari telunjuk. Tentu dia bisa mendengar suara dari sebrang sana setelah mengaktifkan speaker.
"Ha-halo, halo!! Siapa??"
"Di mana kau?!"
"Entahlah aku di mana, siapa ini?"
Efek bir yang diminum Qiran sudah semakin bereaksi. Dia memang tidak kuat minum tapi selalu menantang diri dengan menghabiskan minuman keras yang dibelinya secara ilegal di klub malam.
"Aku akan segera ke sana. Dengar, tunggu aku dan jangan beranjak dari tempat dudukmu itu! Meskipun hanya sejengkal saja atau aku akan mendiamkanmu selama satu minggu!!"
Qiran tertawa, dia juga bertepuk tangan tapi berlanjut dengan ringisan karena baru sadar dia sudah mengikatkan tali dengan kuat di pergelangan tangannya. Baginya peringatan yang Kailash berikan sangat lucu. Namun dia merengek memanggil pria itu kala panggilan teleponnya sudah diputuskan.
"Aku ngantuk, ngantuk!!" racau Qiran merebahkan tubuhnya. Dia memang sudah menghamparkan syal yang biasa dia gunakan saat di pantai. Namun tentu syal kecilnya tidak mencukupi kapasitas tubuhnya sehingga Qiran tiduran di atas pasir.
Untungnya objek yang Qiran pilih jauh dari jangkauan penglihatan orang lain. Dia berada di bagian pantai yang tidak ramai jadi mau berbuat gila apa pun, Qiran tidak akan mendapatkan masalah selain tubuhnya yang bisa sakit dan mungkin terseret ombak.
Namun satu manusia yang selalu ada untuk Qiran tidak akan pernah membiarkan terluka sedikitpun. Dia berlarian menghampiri Qiran, memindahkan kepala Qiran ke pangkuannya. Takut ada serangga yang akan menggigitnya. Apalagi di bagian wajah yang mampu membuat Qiran mengamuk. Qiran memang selalu memedulikan penampilannya dari ujung kepala hingga kaki terutama wajah.
Kailash menghela napas panjang melihat delapan kaleng bir yang sudah kosong. Pantas saja Qiran terlihat kacau. Dia menyesal pergi menggantikan Qiran ke kantor karena ada masalah yang harus segera ditangani tanpa harus Qiran yang melakukannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Never Want To Let Go { END }
Romance#dont_plagiarisme . Menceritakan tentang seorang wanita bernama Qirani Tanisha yang mempunyai kehidupan tak mudah untuk dijalani. Dia terkenal sebagai sosok yang pekerja keras. Kesehariannya hanya bekerja untuk memajukan perusahaan keluarganya mesk...