39. Azalea

468 75 0
                                    

Suara derap kaki yang terburu-buru menggema di lantai teratas menuju aula rapat perusahaan. Di dalam sana sudah banyak orang yang kebanyakan pemegang saham dan sebagiannya lagi para pemimpin dari semua divisi. Mereka semua tiba-tiba mendapatkan informasi untuk berkumpul dengan agenda rapat yang tidak jelas tujuannya. Namun mereka semua mana mungkin bisa mengabaikan panggilan dari sang pemimpin perusahaan meskipun statusnya masih baru bahkan beberapa dari mereka belum bisa mempercayai pemimpin barunya itu.

Kursi yang mejanya tersimpan papan nama direktur utama MG Group, yaitu Arthana Manggala—sudah diduduki oleh pemiliknya itu. Tanpa basa-basi dia mengaktifkan mikrofon di depannya sebelum akhirnya mengeluarkan suaranya, terdengar sangat sopan tapi berisi penekanan, "Selamat siang. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas kesediaanya untuk menghadiri pertemuan ini. Saya tidak ingin banyak berbasa-basi oleh sebab itu, saya ingin mengetahui siapa saja yang keberatan dengan pengalihan kekuasaan beserta kepemimpinan yang saya pegang saat ini."

"Saya mempersilakan anda semua untuk mengangkat tangannya apabila tidak setuju jika ke depannya perusahaan kita ini dipimpin olehku."

Suasana yang awalnya cukup berisik karena sebagian dari peserta rapat membicarakan orang yang sekarang ini menunggu respon dari pembahasan yang dilakukannya, terlihat diam tak melakukan pergerakan sedikit pun apalagi memberikan pendapat. Lantas Arthana yang dahulunya Kailash memerintahkan seseorang untuk menyalakan proyektor interaktif agar semua peserta rapat bisa menyaksikan sesuatu yang cukup sensitif namun bisa meyakinkan mereka semua dalam mengambil sebuah keputusan.

Saat layar proyektor itu menampilkan seseorang yang tentunya tidak asing bagi semuanya, mereka terkejut sekaligus merasa dikhianati karena orang yang sangat dihormati oleh mereka semua rupanya bekerja dengan cara yang kotor, melakukan pemerasan serta menggelapkan dana perusahaan sehingga perusahaan mengalami kerugian besar.

"Jika kalian sudah melihat berita pelakunya yang sudah ditangkap oleh pihak berwajib, jadi terserah kalian akan mendukungku maupun tidak karena pemimpin kalian tidak bisa lagi melakukannya," ucap Kailash setelah mematikan layar proyektornya.

"Abhipraya Manggala meninggal akibat sakit jantung saat ditahan di kantor polisi karena terlibat dalam kasus kriminal, dia menembakkan peluru pada adiknya sendiri serta membuat pengguna narkoba mengonsumsi obat terlarang tersebut dengan jumlah yang cukup besar hingga membuatnya overdosis dan berakhir meninggal dunia." Kailash membungkam semua orang dengan fakta yang menjadi perbincangan di perusahaannya.

"Dan terakhir Iriss Manggala, kalian sudah melihat pengkhiatannya pada perusahaan? Apa sekarang masih menginginkannya untuk memimpin perusahaan?"

Kailash mengangkat tangannya, "Saya mempersilahkan kalian semua yang setuju kepemimpinan baru yang akan dilakukan olehku sebagai putra bungsu dari Agrion Manggala. Angkat tangannya."

Kali ini Kailash tersenyum puas setelah melihat semua orang di ruangan ini mengangkat tangannya dan dia kembali mengeluarkan suara untuk terakhir kalinya, "Satu minggu yang lalu aku mengadakan pernikahan dengan putri dari LJ Group, Qirani Tanisha yang dahulu menjadi direktur operasional di perusahaan tersebut. Mohon maaf karena tidak semua orang mendapatkan undangan. Tapi aku berharap do'a terbaik dari kalian semua."

"Sekian yang bisa saya sampaikan, terima kasih."

Kailash hendak keluar dari ruangan itu tapi seorang pria yang umurnya diperkirakan tak jauh dengannya, mempertanyakan sesuatu padanya. Kailash melirik Akbar sekilas yang memang mendampinginya.

"Tuan Reggie Natheo dia menjabat sebagai direktur keuangan," bisik Akbar mengerti dengan tatapan Kailash.

"Apa anda hanya mengadakan rapat dadakan untuk hal ini saja, tuan? Bukankah seharusnya rapat diadakan untuk pembahasan resmi dan sesuai dengan kepentingan yang ada."

Never Want To Let Go { END }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang