Pagi ini, Kailash terbangun dengan melengguh merasakan sesuatu yang dingin di atas kepalanya. Meski dia sudah meninggalkan dunia mimpinya, dia masih menutup mata tetapi tangannya bergerak mencari sosok yang menemaninya sepanjang malam. Namun tangannya yang kekar itu hanya meraba-raba tempat kosong yang ada di sampingnya. Lantas dia membuka mata dan terkejut karena sosok yang dicarinya secara sekilas mengecup bibirnya.
"Selamat pagi, bagaimana tidurmu?" Qiran bertanya sembari mengambil kain kecil yang dia pakai untuk mengompres Kailash.
Kailash memasang wajah masam, dia menarik tangan dan pinggang Qiran agar wanitanya itu berbaring di atas tubuhnya. Lalu dia memeluk Qiran erat, mengendus-endus layaknya kucing— menikmati aroma tubuh Qiran yang membuatnya tenang.
Dia menjawab pertanyaan Qiran, "Aku merindukanmu. Selama aku tidur yang aku inginkan adalah bangun dan memelukmu."
Qiran mendongak, "Aneh. Apa yang terjadi padamu?"
"Karena kau tak ada dalam mimpiku. Aku terus mencarimu dalam mimpiku namun aku tak menemukannya, apa kau tak bisa merasakan penderitaan ini?"
Tertawa, Qiran menertawakan Kailash yang begitu aneh. Dia meraih leher Kailash dan mengecupnya, "Tapi aku ada untukmu sepanjang malam, aku ada di sampingmu dan aku juga merawatmu dengan baik. Lantas mengapa kau menjadikan mimpi tanpaku sebagai penderitaan?"
Kailash menggeleng, "Entahlah. Kau sudah membuatku menggilaimu, kau membuatku ingin terus bersamamu dan salahmu yang membuatku semakin mencintaimu."
"Aku mengerti, jadi kumohon Kai! Percayalah padaku agar kejadian malam kemarin tak terjadi lagi. Kau menerima semua kekuranganku, bahkan kau tak peduli dengan semua masa laluku. Jadi tolong! Biarkan aku mengenalmu sepenuhnya, ceritakan apa pun yang kau rasakan! Dan kumohon... sertakan aku dalam urusanmu!" Qiran mengatakannya dengan tegas. Matanya yang sudah berkaca-kaca berusaha tetap menatap manik hitam Kailash.
Kailash menyeka tetesan bening yang membasahi pipi Qiran, "Maafkan aku karena membuatmu terguncang. Aku berjanji tak akan melakukannya lagi. Aku akan mengusahakan kau untuk selalu di sampingku. Jadi sekarang biarkan aku bangun untuk bersiap."
"Kau akan menghadiri konferensi pers? Aku akan menemanimu!" Qiran beranjak bangun begitu pula Kailash.
"Gunakan pakaian indahmu dan berdandan dengan cantik," jawab Kailash.
Namun ketika dirinya sudah siap begitu juga Qiran, Kailash menyesal berkata seperti itu karena Qiran benar-benar menuruti perkataannya. Tetapi Kailash tersenyum menggandeng Qiran, dia membawa Qiran keluar. Menghampiri orang yang sudah menunggu mereka berdua.
"Aku tidak telat, 'kan?"
Akbar menghela napas panjang, walaupun dirinya tidak menunggu lama dia merasa lelah. Dia membukakan pintu mobil untuk Qiran tapi tidak untuk Kailash dan itu cukup membuat seorang Kailash tertawa renyah, segera masuk ke dalam mobil menyusul Qiran dan Akbar. Kemudian mobil yang dikendarai oleh Akbar pun melaju.
Saat sampai Kailash sangat gugup meski dirinya mampu menutupinya. Apalagi ketika nyonya Iriss dan Abhi menghampirinya. Dia pun takut jika saja Abhi tak menepati ucapannya. Kailash berharap semoga Abhi bisa memaafkannya dan mengambil keputusan yang terbaik agar konferensi pers yang sebentar lagi akan dimulai tak menimbulkan masalah.
"Apa pun itu aku tak ingin Abhi dirugikan jadi kau jangan terlalu berharap lebih karena yang kulakukan saat ini pun demi Abhi, " ujar Iriss.
Kailash tak merespon namun Abhi mengisyaratkan untuk mengikutinya, dia pun dengan terpaksa melepaskan genggaman tangannya pada Qiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Want To Let Go { END }
Romance#dont_plagiarisme . Menceritakan tentang seorang wanita bernama Qirani Tanisha yang mempunyai kehidupan tak mudah untuk dijalani. Dia terkenal sebagai sosok yang pekerja keras. Kesehariannya hanya bekerja untuk memajukan perusahaan keluarganya mesk...