Menghempaskan dokumen di tangannya, Abhi juga melepaskan kacamata yang dia pakai. Tanpa kata dia menunjukkan pintu keluar pertanda menolak kedatangan orang yang sudah sekian lama dia benci. Namun orang itu dengan anggun duduk di sofa. Bahkan dia menyuruh Akbar untuk membuatkan minuman. Orang itu tentu saja Iriss.
"Perjalananmu rupanya lancar padahal aku selalu berdoa kau mendapatkan kesialan." Abhi mengeluarkan suaranya begitu sarkas.
"Tentu saja aku harus datang menemuimu dengan kondisi yang sehat, kau putraku yang begitu aku sayangi. Sudah lama aku tak melihatmu, bukankah seharusnya kau memeluk ibumu ini?" berdiri dari duduknya. Iriss merentangkan tangannya.
Namun Abhi memilih mengambil dokumen yang tadi sedang dia periksa tak berminat menanggapi wanita yang mengaku menyayanginya. Tetapi dia mendongak dan bertanya, "Apa yang membawamu kemari? Artha? Kau merencanakan apa dengannya?!"
Iriss tersenyum, dia mendekati Abhi hingga saat ini dia berdiri tepat di belakang Abhi. Mengusap lembut rambutnya dan berakhir menepuk-nepuk bahu Abhi berkali-kali. Perlahan dia mendekatkan bibirnya ke telinga Abhi dan berbisik, "Dia tak mirip denganmu. Bahkan jika disandingkan dengan ayahmu, dia tak akan terlihat seperti adikmu. Pantas kau kesulitan menemukannya dan membiarkan Akbar mengkhianatimu."
"Biarkan saja dan berikan apa pun yang dia inginkan asalkan kau jangan menggangguku!" Abhi mengabaikan Iriss.
"Dengar Abhi, aku masih menyayangimu. Jangan membuatku ingin merusak semua keinginanmu!" Iriss mencengkram bahu Abhi.
Alih-alih menanggapi, Abhi memilih untuk menelepon seseorang dan tentu saja Iriss menyadarinya. Dia merebut gagang teleponnya dan melemparkannya. Kali ini membuat Abhi berdiri karena terkejut bahkan dia berlanjut memijat kepalanya yang tiba-tiba pusing.
"Aku mengerti atas kekhawatiranmu, namun dengan memberikan saham kepada Artha tidak akan membuatmu miskin. Lagi pula jika kau membantu mengungkapkan keberadaan Artha pada media dan memperlakukannya dengan baik akan membuatmu terlihat seperti ibu tiri yang berhati malaikat, jadi jangan berusaha membuatku bertindak sesuai kemauanmu!" Abhi secara tenang memberikan pengertian.
"Apa yang kau rencanakan hah?!" tampaknya Iriss tidak puas.
Abhi sudah bosan menghadapi tabiat buruk ibu tirinya tapi dia tak bisa berbuat banyak untuk menentang Iriss. Maka yang Abhi lakukan hanya mengangguk dan berusaha sebisanya tersenyum meyakinkan bahwa yang akan dia lakukan adalah pilihan yang tepat.
Wanita yang sudah sedikit beruban itu pun akhirnya melangkah mundur dari Abhi, akan tetapi dia menatap Abhi begitu tajam dan membentak, "Kau tak bisa membunuhku Abhi! Akbar berada di pihakku jadi mulai sekarang carilah orang lain yang bisa kau percayai. Jangan berbuat apa pun yang bisa merugikanku, kau mengerti, Nak?!"
Lagi dan lagi Abhi hanya mengangguk, dia tak mengucapakan sepatah kata pun. Membiarkan ibu tirinya pergi begitu saja. Tapi dia tak memberikan komentar ketika Akbar menghampirinya dan saat itu juga Abhi memegangi dadanya yang terasa sakit. Dia juga tidak lagi menyembunyikan keterkejutannya atas kedatangan Iriss yang membuatnya berkeringat dingin dan napasnya terputus-putus.
Akbar dengan sigap menghubungi dokter yang biasa menangani Abhi namun baru saja panggilannya terhubung, Abhi menepis ponsel yang Akbar gunakan hingga benda pipih itu terjatuh dan tentu saja rusak.
"Kau tak meminum obatnya?!" Akbar bertanya. Dia panik bukan karena ponselnya hancur melainkan reaksi tubuh Abhi ketika sakit lebih parah dari biasanya.
"Pe-rr-per-gii!" dengan tergagap-gagap Abhi memerintahkan Akbar untuk meninggalkannya.
Tetapi Akbar tak menurutinya, dia mengambil segelas air dan obat. Lalu dia segera menyodorkannya pada Abhi. Lantas Abhi pun mau meminum obatnya. Beberapa menit kemudian kondisi Abhi mulai mendingan meski pastinya tak akan berakhir sembuh total apalagi Akbar sudah was-was bahwa Abhi akan mengamuk lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Want To Let Go { END }
Romance#dont_plagiarisme . Menceritakan tentang seorang wanita bernama Qirani Tanisha yang mempunyai kehidupan tak mudah untuk dijalani. Dia terkenal sebagai sosok yang pekerja keras. Kesehariannya hanya bekerja untuk memajukan perusahaan keluarganya mesk...