"Kau akan membawaku ke mana? Ini bukan jalan menuju apartemenku atau pun rumahmu."
Qiran sudah tertidur sebelumnya namun dia lama-lama merasa pegal jika tidur di mobil. Dia juga merasa bahwa perjalanan yang dilaluinya bersama Kailash terasa lebih lama. Dia lumayan panik setelah menyadari bahwa Kailash mengendarai mobilnya ke jalan yang tidak dia kenali. Hanya saja Qiran bisa menyimpulkan Kailash tidak akan membawanya pulang.
"Kita perlu menemukan udara segar dan ketenangan. Jadi kau tidur saja, nanti kau tahu sendiri setelah sampai."
Qiran menggeleng. Dia membenarkan posisi duduknya. Tak mungkin dia membiarkan Kailash mengendarai mobil dalam keadaan hening selain mendengarkan musik dan Qiran yakin sebenarnya Kailash tidak menyukainya. Jadi lebih baik Qiran tetap terjaga untuk menemaninya.
"Kita akan masuk tol? Kalau begitu berhenti di rest area terdekat. Aku ingin membelikan kopi untukmu."
"Tidak perlu, lagi pula aku tak menginginkannya."
Qiran merasa heran. Biasanya Kailash memerlukan kopi jika mengendarai dalam waktu yang lama. Namun sekarang pria itu terlihat segar dan sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda mengantuk.
"Oh ayolah! Jangan membuatku mati penasaran, sebenarnya kau akan membawaku ke mana??" pada akhirnya Qiran merasa jengkel.
"Kubilang kita perlu udara segar dan ketenangan. Jadi aku akan membawamu ke pantai. Esok nanti kau bisa melihat fajar. Jadi tidurlah! Di sana kita akan begadang dengan minum bersama. Aku sudah membeli bir kesukaanmu." Kailash dengan berat hati menjawab rasa penasaran Qiran. Padahal niatnya dia akan membiarkan Qiran mengetahuinya sendiri.
Kailash dapat melihat senyum gembira yang terbit di wajah Qiran. Rasanya senyum itu menular kepadanya.
"Kau senang??"
"Tentu saja, kau selalu saja mengerti apa yang aku inginkan dan aku perlukan! Sudah lama aku tak melihat fajar di pantai karena biasanya aku mabuk-mabukan di pantai yang langitnya gelap." Qiran menjawab pertanyaan Kailash dengan gembira.
"Itulah mengapa kau sebaiknya beristirahat saja karena perjalanan ini akan sangat panjang. Namun aku berjanji kau akan merasa nyaman jika bersandar pada bahuku." Kailash menarik tubuh Qiran untuk bersandar di bahunya. Untung saja mobil yang dikendarainya mempunyai sistem autopilot jadi dia pun bisa melakukan pergerakan lumayan bebas.
"Lalu bagaimana denganmu? Kau pasti lelah mengurusiku dan kau juga lumayan kerepotan karena bekerja dengan Rizhan. Dia itu otoriter."
"Tidak perlu khawatir padaku. Aku baik-baik saja. Lagi pula kau baru keluar dari rumah sakit meskipun itu karena pingsan namun dokter mengatakan kau butuh istirahat yang cukup. Jadi fokus saja pada dirimu sendiri." Kailash mengatakannya seraya memberikan tumbler yang berisi susu.
Qiran menerimanya, dia meminum susunya beberapa tegukan. Lalu menawarkannya pada Kailash, namun dia menggeleng dan menyuruh Qiran untuk menghabiskannya. Lantas Qiran menurutinya karena di malam hari dia sudah sering meminum susu sebelum tidur. Mungkin sudah menjadi kebiasaan.
"Aku seringkali merasa tak nyaman karena kau selalu saja mementingkan aku, sedangkan dirimu sendiri selalu terabaikan. Jadi mulai sekarang jangan menolak setiap perhatian yang aku berikan padamu, Kai! Aku ingin hubungan kita berjalan adil," tutur Qiran. Bahkan sekarang saja dia merasa tak nyaman karena jantungnya berdetak kencang akibat sentuhan-sentuhan yang Kailash berikan belum terbiasa untuknya.
"Tenang saja. Aku juga tidak mungkin menelantarkan diriku sendiri karena aku harus baik-baik saja untukmu. Kau tak perlu mengkhawatirkan aku, sungguh aku baik-baik saja." Kailash menjawab sesudah memberikan satu kecupan di bibir Qiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Want To Let Go { END }
Romance#dont_plagiarisme . Menceritakan tentang seorang wanita bernama Qirani Tanisha yang mempunyai kehidupan tak mudah untuk dijalani. Dia terkenal sebagai sosok yang pekerja keras. Kesehariannya hanya bekerja untuk memajukan perusahaan keluarganya mesk...