22. Vitamin C

743 108 0
                                    

Kailash mengerjapkan mata, dia menggeliat dan segera mengambil posisi duduk dengan menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang. Meraih segelas air minum yang ada di nakas tepat di sampingnya. Setelah menghabiskan air minumnya, dia beranjak membuka gorden, menutup matanya menggunakan tangan saat cahaya matahari menyorot dan membuat matanya silau.

Melangkah kembali ke kasur, dia duduk di sana dan berusaha mengingat apa pun yang terjadi tadi malam meskipun pastinya itu akan sangat sulit. Terbukti langsung dengan pergerakannya yang memegangi kepalanya yang ternyata sakitnya tidak bisa ditahan lagi. Bersamaan dadanya yang berdenyut nyeri juga napasnya yang terasa sesak.

Bergerak gusar mencari keberadaan jasnya yang di sana ada sesuatu yang akan membuatnya lebih baik. Namun gerakannya yang terbilang begitu tergesa-gesa terhenti kala seseorang memeluknya dari belakang. Kailash tak perlu bertanya siapa yang ada di belakangnya karena dia bisa melihatnya dari pantulan cermin yang ada di depannya. Lantas dia berbalik dan membalas memeluk wanitanya—Qiran.

"Apa yang sedang kau cari?" tanya Qiran melepaskan pelukannya.

"Bukan apa-apa. Apa kau sudah mandi? Kalau belum, segeralah mandi! Kita harus pulang," jawab Kailash sepenuhnya dusta.

Qiran mencekal pergelangan tangan Kailash. Dia menyimpan sesuatu yang sepertinya Kailash cari di telapak tangannya. Secara spontan Kailash melepaskan tangan Qiran yang memegangi pergelangan tangannya dan menyimpan benda berbentuk tabung ukuran kecil itu ke dalam saku celananya. Benda yang berisi pil obat miliknya.

"Obat apa itu?"

"Ini hanya vitamin. Mengapa kau berekspresi yang terlihat sangat tidak mengenakan begitu??"

Qiran tidak menyukai jawaban Kailash, dia menarik Kailash untuk duduk di sofa. Menggenggam tangan pria itu dengan erat. Pandangan matanya tak teralihkan dan fokus ke satu titik, yaitu Kailash Mahatma.

"Dengar, aku tidak akan mengungkit semua yang kau lakukan tadi malam. Bahkan aku berharap kau bisa melupakan semuanya, aku ingin kau tidak mengingatnya sama sekali! Tapi aku akan mendesakmu tentang obat yang kau miliki. Obat apa? Mengapa begitu banyak??"

"Kubilang ini hanya vitamin, bahkan rasanya tak pahit karena ini vitamin C yang sangat baik untuk tubuhku jadi aku memiliki banyak agar aku tetap mempunyai pertahanan imun tubuh yang kuat. Jangan berpikir yang aneh-aneh, oke?" Kailash berusaha memberikan pengertian yang baik. Meski kali ini gagal.

"Kalau begitu biarkan aku untuk meminumnya juga, aku membutuhkan vitamin agar tubuhku sama kuatnya denganmu! Kemarikan cepat!" tegas Qiran.

Kailash tersenyum samar. Dia menarik pinggang Qiran dan membawa wanitanya ini untuk duduk di atas pangkuannya. Tanpa aba-aba, dia mencium bibir pink natural yang pasti akan menjadi candunya. Awalnya memang hanya ciuman lembut yang begitu tulus. Namun berlanjut lebih lama ketika Qiran membalasnya. Bahkan Kailash terpaksa melepaskannya saat dia merasakan nyeri di dadanya lagi. Itu membuat Qiran khawatir dan menangkup kedua pipi Kailash, menatapnya fokus berusaha menemukan sesuatu di mata Kailash. Entah sebuah kejujuran yang benar-benar sesuai dengan perkataan Kailash atau hanya kebohongan dengan cara berusaha baik-baik saja.

Kailash takut jika Qiran mengetahui bahwa saat ini dirinya sedang berbohong. Dia menarik tengkuk Qiran dan kembali menyatukan bibir mereka. Berusaha mengalihkan perhatian Qiran dengan cara yang benar-benar meresahkan. Pada akhirnya dia yang sengsara berusaha menahan diri untuk tidak menginginkan sesuatu yang lebih saat Qiran mengusap lehernya dengan gerakan naik turun. Memalukan jika dia yang pertama kali menghentikan ciumannya. Namun sepertinya dia harus melakukannya sekarang.

Never Want To Let Go { END }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang