Dia menggenggam erat tangannya, tersenyum dan mengangguk yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja. Bahkan dia juga mampu memeluk tubuhnya sendiri. Qiran sudah terbiasa begini. Dia akan menggenggam tangan dan memeluk tubuhnya sendiri. Namun kali ini beda, dia bisa merasakan kehangatan dari tubuh milik orang lain yang selalu siap sedia untuk selalu ada setiap saat di sampingnya.
Meski hatinya resah karena Qiran selalu saja membuat Kailash kerepotan dalam berbagai hal ketika mengurusinya. Mungkin bagi Kailash sudah menjadi kewajiban dan itu berefek cukup menyusahkan juga meresahkan jika Qiran terus mendapatkan perhatian yang berlebihan.
Setelah selesai melakukan pertemuan dengan Rayyan, tepatnya perdebatan yang menimbulkan luka baru, entah siapa yang mengalaminya tapi yang pasti keduanya tidak akan baik-baik saja. Qiran kembali ke kantor lumayan terlambat dan dia menenangkan diri di parkiran basemen. Tapi itu tidak terjadi dengan durasi waktu lama akibat Kailash yang tiba-tiba datang dan masuk ke dalam mobilnya.
Pria itu mengatakan bahwa dia tidak pernah mengalihkan pandangannya dari aplikasi GPS agar dia mengetahui setiap pergerakan yang dilakukan oleh Qiran. Awalnya Qiran marah karena Kailash terlalu berlebihan dan bisa dikatakan tak sopan. Namun Qiran mengerti bagaimana kekhawatiran yang dimiliki pria itu.
"Aku baik-baik saja, sudahlah! Lepaskan aku sekarang Kai! Bahaya jika ada karyawan yang melihat kita seperti ini."
Kailash menggeleng dan menolak, "Kau masih gemetaran. Ini karena kau selalu memaksakan diri, bahkan aku yakin saat ini kau menahan air matamu."
Qiran kekeh ingin lepas dari pelukan Kailash, "Ayolah! Sebentar lagi aku harus rapat dan aku perlu mempersiapkan sesuatu. Jadi jangan lagi membuang waktu, sungguh aku sangat baik-baik saja."
Kailash menyerah. Dia melepaskan Qiran dari pelukannya dan keluar terlebih dahulu. Melihatnya, Qiran tersenyum. Dia menyusul Kailash melangkahkan kaki ke tangga darurat yang disediakan khusus untuk Qiran saja.
"Seharusnya kau naik lift saja." Qiran berada tepat di belakang Kailash, sebelum berjalan di tangga dia melepaskan high heelsnya.
"Lalu bagaimana denganmu?" tanya Kailash berbalik. Untung saja Qiran belum melangkah maju, jika tidak dia akan menabrak Kailash.
"Kau pasti tahu bahwa aku tidak bisa."
"Nah aku pun begitu. Terkecuali jika kau mau dalam pelukanku."
Kailash mengulurkan tangannya, Qiran menerima dan mereka berjalan berdampingan. Memang hanya sekedar genggaman yang tidak erat namun itu sudah sangat membuat keduanya tidak lelah menaiki tangga dari basemen ke lantai delapan.
"Mungkin ayahmu perlu menyediakan perosotan agar kau mudah turun dan tidak perlu lagi jatuh di tangga karena berlari," ucap Kailash sebelum membuka pintu ke lantai yang dituju.
"Lalu bagaimana caraku naik ke atas? Tetap saja aku lelah." Qiran membalas sembari memakai kembali high heelsnya.
"Kalau begitu mintalah untuk membuatkan ruangan milikmu di dekat lobi."
"Kai, sungguh apa kau lupa? Aku sudah bekerja di sini selama enam tahun dan aku sudah terbiasa naik turun tangga. Mengapa kau baru mempersalahkannya sekarang? Padahal kau sudah menyaksikan aku begini selama lima tahun."
Ketika Qiran akan membuka pintunya, Kailash menahan. Dia menggeser tubuhnya tepat di belakang pintu, menghalanginya agar Qiran tidak menghindari dari obrolan yang diciptakannya ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/267479692-288-k397744.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Want To Let Go { END }
Romance#dont_plagiarisme . Menceritakan tentang seorang wanita bernama Qirani Tanisha yang mempunyai kehidupan tak mudah untuk dijalani. Dia terkenal sebagai sosok yang pekerja keras. Kesehariannya hanya bekerja untuk memajukan perusahaan keluarganya mesk...