34. Donuts

505 90 0
                                    

Kailash mendapatkan apa yang diinginkannya sekarang ini, dia merebahkan tubuhnya di sofa panjang dengan paha Qiran yang menjadi bantal kepalanya. Jangan lupakan rambutnya yang hitam legam diusap lembut oleh wanitanya yang sedang menonton film. Sebelum mereka bersantai seperti saat ini, keduanya sudah memakan makanan yang cukup banyak. Meski sebenarnya Qiran masih sibuk dengan donatnya yang belum habis.

"Kau menikmati filmnya?"

"Tentu saja, sudah lama aku tidak menonton film meskipun bukan di bioskop tetapi aku tetap senang." Qiran menjawab seraya memandangi wajah Kailash. Dia bisa melakukannya karena pria itu menutup matanya.

Namun siapa sangka jika Kailash bisa merasakan kalau Qiran sedang menatapinya, "Apa aku tampan? Sudahkah puas memandangi wajahku?"

Qiran kesal karena perbuatannya diketahui oleh Kailash, dia melepaskan tangannya yang ada di atas kepala pria itu. Mulutnya kembali mengunyah donat yang tersisa dengan pandangan mata yang fokus hanya untuk film walaupun dalam hati tak puas. Dia sebenarnya tak sungguh menonton film karena yang dia lakukan hanya memperhatikan seluruh inci wajah Kailash.

"Kau mengatakan ingin tidur, seharusnya kau sudah tertidur nyenyak sedari tadi. Tanganku sampai pegal mengusap rambutmu."

Kailash membuka matanya sebentar, dia meraih tangan Qiran yang dikeluhkan pegal. Matanya kembali terpejam dengan terus mencium semua bagian tangan wanita itu, bahkan dia memberikan ciuman lima kali bergantian dengan setiap jari wanita itu. Ketika di bagian jari kelingkingnya, Kailash menahan jari itu di bibirnya.

"Aku tidak ingin tidur karena dalam mimpiku, aku tidak menemukanmu sementara aku merindukanmu," ucapnya kemudian membuka mata, "Jari kelingkingmu lebih kecil dibandingkan bibirku."

Qiran menarik tangannya dari pegangan pria itu, dia lebih tertarik pada kalimat terakhir yang Kailash ucapkan. Meski tadinya dia kesal lebih tepatnya gengsi untuk mengakui bahwa dirinya sangat mengagumi ketampanan yang Kailash miliki. Dia antusias menempelkan jari kelingkingnya di bibir Kailash, penasaran akan ucapan pria itu benar atau tidaknya dan nyatanya yang Kailash ucapkan memang benar. Jarinya lebih kecil dibandingkan dengan bibir tebal yang dimiliki Kailash.

Dia berlanjut mengangkat tangannya ke atas, memperhatikan tangannya yang tentu saja akan sangat kecil jika bersebelahan dengan tangan Kailash.

"Tapi meskipun jari-jariku kecil, kedua tanganku ini indah, 'kan?" tanyanya melirik Kailash yang juga memandanginya.

"Semuanya, semua yang ada pada dirimu tampak indah. Jadi biarkan aku memegangnya, mengaguminya dan memilikinya dengan sepenuhnya."

"Lalu... ap-apaa yang paling kau sukai, dari-ku??" Qiran bertanya dengan suara yang terbata, dia memundurkan tubuhnya hingga berhenti di ujung sofa. Alarm dalam dirinya spontan memberikan peringatan ketika Kailash beranjak bangun, matanya menatap dengan tatapan yang tak berarti.

Meskipun begitu Qiran bisa memahami arti dari senyuman pria itu, sebuah senyum yang terpatri setelah matanya melirik sekilas bibirnya. Seakan mengerti dengan apa yang akan terjadi di detik berikutnya. Qiran dengan cepat mengambil sepotong donat milik Kailash yang tak pria itu habiskan. Tanpa pikir panjang dia langsung memakan donat itu, sengaja dengan membiarkan coklatnya mengotori bibirnya

"Manis?"

"Hm?? Apa maksudmu?" Qiran kebingungan oleh pertanyaan spontan yang Kailash berikan.

Never Want To Let Go { END }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang