Qiran melangkah perlahan, sebelah tangannya menenteng tas bermerek dan sudah pasti dia tersenyum manis, mencirikan kebahagiaannya di pagi hari yang begitu cerah pada hari senin ini. Biasanya pada hari yang seharusnya sibuk akibat pekerjaannya, sekarang menjadi hari paling berbeda karena sang pria yang mengulurkan tangan padanya telah mengajaknya berkencan.
Walaupun belum saling mengeluarkan suara, Kailash dan Qiran sudah membagikan tawa mereka yang tentu sangat ceria. Entah mengapa hal itu terjadi tapi yang pasti ada perasaan malu dalam diri mereka. Ah akan normal jika keduanya berpenampilan tidak seperti biasanya. Qiran memakai dress berwarna hitam yang dikirimkan oleh Kailash serta tas mewah yang sebetulnya cukup membuat wanita itu terheran-heran, dia berpikir bagaimana bisa Kailash membelikan barang mahal padanya? Tetapi Qiran tetap menerimanya dengan bahagia.
Sementara itu, Kailash terlihat begitu tampan mengenakan kemeja putih dengan dua kancing teratas yang terbuka dibalut oleh jaket kulit berwarna hitam. Selain tampan, pria itu juga sangat menawan ketika satu tangannya berada di saku celana bahannya dan satu tangannya lagi menggandeng tangan wanitanya, Qirani Tanisha. Jangan lupakan sikap gentleman yang melekat pada dirinya khusus untuk wanitanya itu saat dia membukakan pintu mobil, lalu memastikan bahwa sang wanitanya telah duduk nyaman, Kailash memberikan buket bunga mawar merah. Lantas Qiran semakin dibuat bahagia, wanita itu sekilas mencium bibir Kailash.
Sudah menyusul masuk ke dalam mobil dan siap setelah memakai sabuk pengaman juga menyalakan mesinnya, Kailash segera melajukan mobilnya ke tempat yang tentu tidak diketahui oleh Qiran.
Qiran mencium aroma mawar merah yang membuat dirinya tak bisa berhenti tersenyum. Dia memusatkan perhatiannya pada Kailash, mulai bertanya-tanya akan perilaku pria itu yang tiba-tiba sangat romantis.
"Apa yang kau rencanakan? Dan mengapa bisa kau membelikan tas mewah padaku? Apakah karena sekarang kau sudah menjadi penerus MG Group? Kau ingin memamerkannya padaku mulai sekarang, hm?"
Namun Kailash menempatkan jari telunjuknya di bibir tipis yang berpoles lipstik berwarna merah keunguan itu, mengartikan untuk berhenti berbicara. Tetapi dia tetap menjawab rentetan pertanyaan yang diajukan Qiran padanya dengan masih fokus pada jalanan di depannya.
"Aku ingin membuat para wanitaku bahagia, itu rencanaku hari ini. Tas yang kubelikan padamu bukan untuk memamerkan kekuasaan yang sudah menjadi milikku, melainkan caraku memulai mencintaimu secara realistis. Lagi pula kau bahagia mendapatkannya, 'kan? Nona Tanisha??"
Qiran dapat memahami jawaban yang Kailash berikan, tapi dia salah fokus pada kata 'para wanita', apakah Kailash memiliki wanita lain selain dirinya? Dan pikiran itu cukup membuatnya marah! Dia menepis jari telunjuk Kailash yang masih berada di bibirnya. Senyumnya yang berawal manis berubah drastis menjadi datar tak berekspresi. Bahkan ketika dirinya melihat Kailash tertawa, dia menjadi sangat ingin memukul mulut nakal itu yang berhasil menciptakan banyak pikiran di kepalanya.
"Para wanita, apa maksudmu Tuan Mahatma? Ah aku lupa akan namamu yang sesungguhnya, Arthana Manggala?!"
Lucu sekali, meski Kailash melihat Qiran menggunakan sudut matanya, dia tetap dengan jelas melihat kemarahan wanita itu. Baru kali ini dirinya melihat ekspresi marah, kesal, cemburu, dan kecewa pada wajah Qiran yang biasanya ceria serta selalu dan setiap saat mata itu memandangnya penuh cinta yang begitu tulus. Walaupun sesekali wajah cantik itu menyiratkan akan sebuah luka yang berujung trauma, dia juga seringkali harus bersikap perhatian dan menyayangi wanita itu agar bisa kembali tersenyum manis bangkit dari keterpurukannya. Sepanjang waktu Kailash berusaha memaksimalkan segala perilakunya untuk membuat wanita itu bahagia dan dia benci melihatnya menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Want To Let Go { END }
Romance#dont_plagiarisme . Menceritakan tentang seorang wanita bernama Qirani Tanisha yang mempunyai kehidupan tak mudah untuk dijalani. Dia terkenal sebagai sosok yang pekerja keras. Kesehariannya hanya bekerja untuk memajukan perusahaan keluarganya mesk...