36. Bloody Proposal

458 78 0
                                    

Qiran tidak tahu di mana dia berada sekarang, matanya tertutupi oleh kain hitam. Tangan dan kakinya terikat, dia tidak bisa bergerak sedikitpun. Tubuhnya terbaring di atas kasur. Meski indra penglihatannya hanya mampu melihat kegelapan, dirinya bisa menyimpulkan bahwa saat ini dia ada di dalam kamar, tentu saja bukan kamar miliknya. Entah siapa yang membawanya kemari namun sudah pasti ada yang menculiknya. Dalam hati dia mengumpat dan memohon berkali-kali semoga ada seseorang yang segera menyelamatkannya, siapapun itu. Tapi satu nama yang dicintainya adalah harapan utamanya, Kailash Mahatma.

Jangan lupakan, Qiran juga mengkhawatirkan kondisi Raysha karena tak mungkin orang yang melakukan kejahatan ini hanya menyeret dirinya saja. Dia tak bisa mengingat begitu jelas apa yang sebenarnya terjadi sebelum dirinya berada di tempat asing ini. Namun dia ingat ketika akan masuk ke dalam rumahnya tepatnya setelah Kailash pulang, Qiran ditarik secara paksa oleh Rayyan dan mulutnya dibekap oleh sebuah kain yang pasti sudah mengandung obat tidur. Bahkan Qiran juga mendengar teriakan Raysha dan semuanya gelap, kemudian kembali sadar dalam kondisi yang masih gelap. Pastinya Rayyan yang dilihatnya bukan Rayyan, melainkan Refan.

"Sweetie, kau sudah bangun rupanya? Ah aku merindukanmu sungguh. Kau ingat ketika aku pingsan? Wajahmu yang terakhir kali aku lihat, aku senang dan semakin menginginkanmu."

Qiran merinding seketika saat mendengar sebuah suara yang tiba-tiba hadir dan suara pintu tertutup. Walaupun kakinya seperti terikat ke tiang kasur, dia bisa menjauhkan tubuhnya dari pergerakan sang pemilik suara yang membuatnya ketakutan. Ingin sekali menangis, mengapa harapannya akan sebuah suara yang selalu lembut menambah rasa kecintaannya pada sang pemilik suara itu hanyut digantikan oleh ketakutan akibat suara mengintimidasi dari seorang pria bernama Abhipraya Manggala.

"Me-ngapa?? Kau melakukan ini! Di mana putriku? Ku.. mohon! Jangan sakiti dia, kumohon Abhi." Qiran memohon dengan susah payah, tenggorokannya tercekat. Pasokan oksigen di sekitarnya seolah-olah terbatas membuatnya rakus bernapas.

"JANGAN MENYENTUHKU!!"

Sementara itu, Abhi tertawa. Bahkan dirinya belum sampai menyentuh dagu wanita yang sudah menjadi tawanannya. Namun wanita yang terbaring ketakutan itu sudah berteriak histeris.

"Tenang saja, putrimu aman bersama pamannya. Aku memberikan banyak bunga pada putri cantikmu itu tapi kudengar dia alergi serbuk sari, apakah benar? Ah padahal aku ingin menjadi ayah yang baik seperti harapan adikku."

Sontak Qiran menjerit, dia berusaha melepaskan ikatan di tangannya, "KAU GILA BAJINGAN?? BRENGSEK LEPASKAN AKU SIALAN!!! JANGAN MENYAKITI PUTRIKU!!"

"Aku tidak menyakitinya tapi aku ingin membuatnya mengetahui ada sesuatu yang begitu cantik tapi bisa menghasilkan luka. Seperti dirimu sayang, kau sangat cantik tapi melukai hatiku? Bagaimana caraku mengobatinya, hm?"

"Ak-aku... mohon padamu, Abhi.. jangan sakiti putriku! Apa yang sebenarnya kau inginkan?? Kumohon padamu..."

"Ah sial, aku tak suka kau mudah sekali menangis. Aku sudah tertarik padamu sejak kecerobohanmu hari itu, aku berusaha membuat kerja sama dan berteman denganmu namun kau menolaknya juga bersikap angkuh. Jadi aku sedikit bingung harus melakukan apa selain menjadi kekasihmu? Tapi sial adikku yang, ah bukan adikku, dia hanya anak malang yang tidak punya siapapun. Dia mencintaimu dan tak ingin berbagi padaku." Abhi berkata, nadanya penuh penekanan dan selalu disertai intimidasi. Tubuhnya bergerak mendekati wanita yang begitu membuatnya terobsesi, mencengkram pipinya dan kembali berkata berusaha memanipulasi Qiran.

"Dengar, apa kau sungguh mengenal pria itu? Kailash Mahatma? Dia seorang kriminal, hidup menggunakan identitas palsunya dan tak berpendidikan. Tidak memiliki orang tua, dia sangat berandalan bukan? Buktinya dia mampu mencuri banyak informasi termasuk kehadiran putrimu. Bukankah dengan kau mengetahui putrimu yang masih hidup, sudah sangat membuat hidupmu semakin rumit, 'kan?"

Never Want To Let Go { END }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang