14. Doll

1.1K 128 0
                                    

"Apa kau berprofesi sebagai boneka orang lain?"

Sebuah pertanyaan yang berhasil membuat seorang Qiran mendongak. Dia melihat pelaku yang memberikan pertanyaan tak berdasar itu. Terlihat menyebalkan dan sudah muak jika saja harus berbicara panjang lebar lagi bersama manusia bernama Refan Arianto. Lantas dia memilih untuk melanjutkan mengerjakan tugasnya, lebih tepatnya pekerjaan rumah milik orang lain.

"Hei, kau mengabaikanku?"

"Apa kau mempunyai urusan penting denganku?" jawab Qiran balik bertanya.

Refan, dia tahu bahwa perempuan yang akan diganggunya ini sudah muak padanya dan berencana akan tetap diam saja meskipun berkali-kali diganggu.

Tidak ingin merasa bosan karena bahan kesenangannya tak lagi asyik. Refan menarik buku catatan yang sedang Qiran gunakan membuat tinta hitam dari pulpen menggaris panjang di bukunya karena ditarik tiba-tiba saat menulis.

"Refan!!" bentak Qiran tak tertahan.

Sementara itu, Refan tersenyum pertanda kesenangannya akan segera dimulai. Dia mengangkat bukunya tinggi ketika Qiran berusaha mengambilnya dan berlari menghampiri sang pemilik buku dengan tujuan mengadukan Qiran.

"Lihatlah Chelsea, bukumu kotor karena dia yang ceroboh menggoreskan pulpen dan merusak kerapihan buku catatanmu ini!"

"Refan kembalikan! Itu buku milikku!!" teriak Qiran.

Teriakan yang hanya ditertawakan. Gadis yang bernama Chelsea Briana, merebut bukunya dari Refan. Dia melemparkan buku itu pada Qiran, tepatnya di kepala dan itu tentu membuat Qiran meringis. Namun Chelsea tidak membiarkan itu terjadi, dia membekap mulut Qiran menggunakan mulutnya dan berbisik di sebelah telinga Qiran.

"Kau harus segera menyelesaikannya, lagi pula itu memang bukumu bukan milikku. Jadi jangan kau pedulikan goresannya. Mengerti? Aku tak mau kau terlambat mencontek dan nilaimu jelek karena ketahuan oleh guru kita yang sebentar lagi akan tiba."

Qiran mengangguk, matanya berkaca-kaca bahkan hidungnya pun memerah pertanda bahwa air mata sebentar lagi bisa saja keluar membasahi pipinya. Tapi dia segera menulis lagi ketika Chelsea kembali pergi ke tempatnya.

Baru saja merasa tenang, Qiran mendapatkan tarikan kasar dan dorongan yang begitu terpburu-buru hampir membuatnya jatuh. Qiran sadar dia dipaksa masuk ke dalam lemari yang ada di dalam kelasnya. Pelaku yang melakukannya tentu Chelsea. Dia memberontak, menolak kesekian kalinya setelah beberapa kali terjebak selama beberapa jam di dalam lemari kosong itu.

"Kau terlambat! Guru kita sebentar lagi akan tiba. Jadi lebih baik kau bersembunyi dan aku akan membuatkan surat izin tak masukmu agar tidak disangka bolos."

Omong kosong yang Chelsea ucapkan digelengi kepala oleh Qiran. Tentu Chelsea semakin memaksa apalagi ketika temannya mengatakan bahwa guru di mata pelajaran jam pertama sudah dekat menuju kelas. Qiran tetap saja tak mau, dia menahan tubuhnya agar tak terdorong ke dalam dengan memegang pintu lemari. Sayangnya ada seseorang yang melepaskan tangannya, mendorong Qiran hingga terduduk di dalam lemari.

Qiran menangis tanpa suara saat melihat siapa yang membantu Chelsea. Wajahnya yang datar tanpa ekspresi begitu menakutkan di matanya. Qiran memeluk lututnya sendiri dan menunduk. Menunggu waktu yang berjalan sepuluh jam ke depan dan dia hanya terkurung di dalam lemari selama itu.

Never Want To Let Go { END }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang