Part 8

10.9K 447 7
                                    

Aisyah menghirup minyak angin yang sedari tadi di pegangnya, rasa mual yang ia rasakan kembali terasa dan membuatnya sedikit kesal, apa lagi sedari tadi ia hanya memuntahkan cairan bening saja.

Ia juga tidak makan apa pun karna sejak tadi makannya di muntahkan begitu saja, satu suap yang masuk lalu setelah itu di keluarkan kembali, terus seperti itu sampai saat ini.

Maka dari itu, Aisyah tidak makan lagi, ia hanya menyandarkan tubuh nya di tepian ranjang sambil menghirup aroma dari minyak angin yang sedikit menghangatkannya.

Kenyataan kalau dirinya tengah mengandung justru di perparah dengan kondisinya saat ini, mungkin ini bawaan hamil yang membuatnya seperti ini.

Sesekali Aisyah menangis meratapi nasib malangnya, dirinya tidak menyangka kalau keputusannya untuk pindah ke Bandung adalah awal dari semua ini, ia tidak mengira kalau takdir bisa seperti ini.

Sekarang yang jadi permasalahan adalah janin yang sedang ia kandung, ia tidak bisa abai dan acuh, ia bukan wanita buruk yang akan tega menggugurkan janinnya, ia hanya berkaca dari masa lalu nya yang seorang yatim piatu, ia tidak ingin janin nya merasakan hal yang sama seperti dirinya.

Maka dari itu, Aisyah akan berusaha sekuat mungkin untuk menjadi ibu yang baik, walau harus membesarkan anaknya seorang diri, tapi itu lebih baik dari pada harus menikah dengan orang yang gak ia cintai.

Ternyata perjuangan jadi seorang ibu itu sangatkah berat, dari awal kehamilan sampai suatu saat nanti, ia tidak menduga kalau semua akan seberat ini, kalau tau seperti ini mungkin ia akan meminta bantuan dari Widia.

Sahabatnya itu menawarkan diri untuk ikut menjaganya tadi, namun Aisyah tolak dengan alasan sudah baikan, tapi pada kenyataannya, ia tidak baik-baik saja, kalau pun juga ia meminta bantuan Widia saat ini mungkin sahabatnya itu gak akan menanggapi karna Aisyah tau kalau Widia saat ini sedang jalan sama tunangannya.

Ya. Sungguh malang sekali, Aisyah harus menerima nasib sepertu ini.

"Stt! Oi! Bu Dokter!"

Aisyah langsung terperanjat kala mendengar suara si brondong, lamunan nya juga buyar seketika, apa lagi suara si brondong terdengar ssngat jelas di telinganya.

Aisyah menoleh dan langsung mendapati sosok Rendra si brondong tengah menyengir lebar di sampingnya, kedua bola mata Aisyah membulat dengan mulut yang menganga.

"K-kamu!" Aisyah tercengang.

Rendra menyengir lebar, "malem bu Dokter!"

"Ngapain kamu disini? Keluar dari rumah saya, cepat." Aisyah tentu saja mengusir Rendra.

"Kok saya di usir sih? Saya kan mau nengokin calon istri sama anak saya doang bu Dokter."

Aisyah tercekat. "D-dari mana kamu ta---"

"Teman bu Dokter datangin saya tadi, ngasih tau soal kondisi bu Dokter, dan saya kesini mau ngelamar bu Dokter, saya serius lho!"

"Gak. Saya gak sudi menerima lamaran kamu, saya gak sudi sedikit pun."

"Tapi itu anak saya. Kamu gak bisa seenaknya misahin saya sama anak saya."

"Ini anak saya. Saya bisa besarin anak ini sendiri."

"Saya yang buat. Saya juga berhak atas anak dalam kandungan kamu itu."

"Saya gak sudi mengakui kamu sebagai ayah dari anak ini."

"Terserah, mau kamu tentang pun percuma, darah saya mengalir deras dalam janin itu, kamu gak bisa menyembunyikan fakta kalau saya adalah ayah kandungnya."

"Pergi! Saya gak sudi lihat muka kamu disini, cepat pergi saya bilang!"

"Gak akan."

"Pergi. Kalau tidak saya akan panggil polisi."

BRONDONG HUSBAND ✅ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang