"Huft!"
Aisyah menghela napas beberapa kali mencoba untuk meredakan emosi di hatinya, gara-gara seorang remaja tanggung akhir-akhir ini Aisyah sering merasa kesal sendiri, hari nya pun selalu buruk karna di ganggu oleh remaja itu.
Aisyah menyandarkan kepalanya di atas meja kerja, dengan kedua tangan yang di pakai sebagai tumpuan, Aisyah mencoba untuk melupakan, ia harus bisa santai seperti biasanya.
Di umur nya yang 28 tahun ini, Aisyah justru di godain oleh brondong tanggung yang masih berstatus sebagai pelajar di salah satu sekolah, padahal ia sudah tidak mau memikirkan kata 'brondong' lagi.
Setelah kehilangan orang yang di cintai nya membuat Aisyah tidak kepikiran untuk memiliki seorang kekasih, apa lagi seorang brondong, saat ini Aisyah fokus untuk menjalin hubungan serius dengan laki-laki seumuran atau yang lebih tua.
Tapi, sampai saat ini, hatinya pun masih terbelenggu di bentengi oleh kisah masa lalu nya, Aisyah belum mau membuka hatinya untuk siapa pun juga.
Padahal laki-laki yang mendekatinya banyak, termasuk salah satu rekan kerjanya di rumah sakit. Ya, Aisyah tau, ia bukannya tidak peka, tapi ia terlalu malas untuk menanggapinya.
Sampai saat ini, Aisyah masih betah menjalani hari-harinya sebagai seorang single ladies yang bebas melakukan apa pun sesuka hati, tidak di bebani oleh tugas rumah tangga.
Namun, Aisyah juga sadar kalau ia tidak boleh begini terus, harus ada perubahan ke depannya, ia harus memiliki plening untuk masa depan nya sendiri, tidak boleh egois dan terkurung kisah cinta masa lalunya.
"Dor!"
"Astagfirullah!" Aisyah terperanjat saat seseorang mengagetkannya.
Itu suara Widia yang dengan sengaja mengagetkan Aisyah yang tengah termenung, reflek Aisyah menoleh sambil mengelus dadanya beberapa kali menetralkan detak jantungnya.
"Widia!" pekik Aisyah lalu memasang wajah masamnya.
Widia menarik kursi dan duduk di depan Aisyah. "Dokter Aisyah kenapa sih? Kok cemberut terus?"
"Jangan ngeledekin deh, aku lagi kesel tau."
"Lho! Siapa yang ngeledekin sih? Coba dong cerita, ada apa heum?"
"Jangan di bahas, aku males."
"Hihi, pasti ulah si brondong lagi."
Aisyah menoleh dengan kedua mata melotot kala Widia nyebut kata 'brondong', tidak perlu di jelaskan juga Aisyah paham siapa yang di maksud oleh sahabatnya itu.
Selama seminggu di gangguin oleh brondong itu, tentu nya rekan spropesi seperti Widia tau kalau Aisyah selalu di gombali oleh brondong yang berstatus sebagai pelajar itu, apa lagi brondong itu secara terang-terangan menggodai Aisyah.
Widia selalu menjaili atau menggoda Aisyah dengan kata brondong, itu di tujukan untuk membuat kesal Aisyah. Namun di lain sisi ada juga yang iri dan tidak suka dengan sikap brondong itu, dia adalah niko yang selalu berusaha mendekati Aisyah.
"Ay! Kenapa lo gak coba buka hati lo buat si brondong itu, gue lihat dia beneran suka sama lo, di tolak berapa kali pun tuh brondong gak nyerah juga buat deketin lo." Ucapan Widia yang lebih tepat di sebut saran.
Aisyah mendengus kesal. "Kamu gila ya! Dia masih bocah Wid, masih seragam putih abu, nanti aku di kira tante-tante girang lagi. Lagian aku juga belum mau punya pasangan."
KAMU SEDANG MEMBACA
BRONDONG HUSBAND ✅ [SELESAI]
Romance(END) ----- "Bu Dokter, nikah yuk!" "Saya lagi kerja, jangan ganggu!" "Ya udah nanti aja sepulang kerja nikahnya." "Kamu lebih muda dari saya." "Saya bisa kok pakai kumis biar kelihatan tua, saya juga bisa cat rambut yang sama persis seperti uban." ...