Satu minggu kemudian suasana di dalam rumah masih di selimuti oleh duka, baik Rendra atau pun Aisyah masih cukup sedih setelah di tinggal oleh Jafar, ayah mereka, padahal mereka baru saja berjumpa beberapa bulan tapi takdir justru memisahkan mereka dengan cepat.
Aisyah cukup terpukul, karna untuk menolong dirinya lah Jafar akhirnya meninggal, harusnya waktu itu dirinya lah yang tertabrak tapi mertuanya itu justru mengorbankan dirinya sendiri.
Lalu, Rendra yang nampak selali tegar nyatanya merasa amat kehilangan, walau sempat membenci tapi ternyata ia sangat terpukul juga, kepergian sang ayah satu-satunya keluarga yang tersisa, dan kini ia hanya mempunyai Aisyah sang istri.
Baik Rendra dan juga Aisyak tidak menyangka kalau sang ayah akan pergi secepat ini, namun mereka juga merasa sedikit lega karna sang ayah sudah bertaubat sebelum meninggal.
Jafar di makamkan di samping pusara istrinya, ibunya Rendra, mereka berdua sengaja di tempatkan berdampingan, itu keinginan Rendra, di awali dengan kebersamaan dan di akhiri dengan kebersamaan juga.
Pertemuan mereka kembali bisa di bilang sangat singkat, tapi ada kesan tersendiri bagi Aisyah, ia yang selama ini tidak mempunyai kedua orang tua merasa bahagia karna tau ia mempunyai ayah mertua, baginya Jafar sosok yang sangat hebat, mau berubah di saat-saat terakhirnya.
Suasana di dalam rumah ini tidak jauh berbeda, masih sama seperti tidak ada cahaya di dalamnya, walau pun begitu Aisyah sudah mulai bisa bekerja kembali, ia tidak mungkin libur lebih lama lagi, namun untuk Rendra, usaha kecil-kecilannya masih tersedak karna kepergian sang ayah.
Seperti biasa sepulang bekerja, Aisyah langsung masuk ke dalam kamarnya, disana seperti biasa ia melihat Rendra yang masih termenung, sedih setelah kepergian ayahnya sendiri.
"Sayang!" panggil Aisyah lembut.
Rendra langsung menoleh. "Hmm, kenapa?"
"Kamu, masih kepikiran soal ayah?"
"Iya. Aku gak nyangka aja beliau akan pergi secepat ini."
"Sama. Aku juga gak nyangka kalau ayah akan pergi secepat ini, aku bahkan belum berterima kasih sama beliau karna sudah menyelamatkan aku waktu itu, kalau tidak, m-mungkin aku...hiks..."
"Kamu jangan nangis, aku jadi sedih juga sayang."
"Ya habis, hiks..."
Tidak ingin melihat sang istri sedih, Rendra langsung membawanya masuk ke dalam dekapannya sendiri, mereka berdua sama-sama kehilangan, hanya satu orang dan kebersamaan yang singkat tapi sangat berkesan dalam ingatan.
Rendra menyapu air mata yang menetes dari kedua mata sang istri, ia tidak suka melihat sang istri bersedih, itu tidak baik untuknya dan si jabang bayi, itu akan sedikit mengguncang mental.
"Jangan sedih atuh! Kasihan dede bayinya sayang," ucap Rendra.
"Hiks... M-maaf!" balas Aisyah sambil menangis.
"Hmm, maafin aku ya! Aku terlalu lama larut dalam kesedihan."
"Aku juga minta maaf! Karna aku ayah meninggal."
"Tidak-tidak. Itu bukan salah kamu, itu semua takdir, ayah sudah memilih jalannya sendiri, kamu tidak boleh menyalahkan diri kamu sendiri."
"Ya tetap aja semuanya gara-gara aku."
"Jangan begitu, gak baik. Ayah pasti sedih kalau lihat kamu kayak gini."
"M-maaf!"
"Sudah. Jangan di pikirkan."
Aisyah semakin menenggelamkan wajahnya di dada Rendra dan membuat bajunya itu basah terkena air mata, walau memakai kacamata tapi tetap saja air yang mengalir di pipi yang membuat bajunya basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRONDONG HUSBAND ✅ [SELESAI]
Romansa(END) ----- "Bu Dokter, nikah yuk!" "Saya lagi kerja, jangan ganggu!" "Ya udah nanti aja sepulang kerja nikahnya." "Kamu lebih muda dari saya." "Saya bisa kok pakai kumis biar kelihatan tua, saya juga bisa cat rambut yang sama persis seperti uban." ...