Hari pertama menjadi sepasang suami istri menjadi hari yang paling berat bagi Aisyah, pasalnya selain ia harus mengurisi janin yang ada dalam perutnya, ja juga harus mengerjakan pekerjaan rumah sepertu biasanya.
Aisyah hampir lupa kalau saat ini ia sudah mempunyai seorang suami, Aisyah hanya menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri, dan tidak menyiapkan makanan untuk suaminya.
Kebiasaan hidup sendiri selama ini membuat Aisyah selalu bebas melakukan apa pun, sarapan seperlunya dan membereskan pekerjaan rumah seingatnya.
Di hari pertama ini bahkan Aisyah lupa dengan tugasnya sebagai seorang istri, ia bangun sebagai mana mestinya, justru Rendra lah yang ingat dengan tugasnya sebagai seorang suami.
Rendra bangun lebih dulu dan langsung menyiapkan sarapan untuk istrinya itu, sarapan ringan namun bergizi di pagi hari, serta ada juga bubur kalau-kalau Aisyah enek dengan makanan yang lainnya.
Selain itu, Rendra juga membereskan seisi rumah sendirian, tidak lupa juga mengepel lantai dan memberi beberapa wangi-wangian yang menyegarkan, dan juga Rendra lah yang mencuci baju mereka berdua.
Rendra memakai mesin cuci yang memang Aisyah beli untuk menghemat tenaganya, namun Rendra hanya memakainya untuk sebagian karna ada beberapa pakaian yang memang harus di cuci dengan tangan, seperti gaun pengantin Aisyah serta jas miliknya.
Saat Aisyah bangun, ia langsung tercengang dengan kondisi di dalam rumahnya itu, ia juga tidak percaya dengan apa yang ia lihat, seisi rumag beres dengan makanan yang sudah tertata rapih di meja.
Aisyah bahkan sedikit merutuki dirinya sendiri, ia justru kalah dari suaminya itu, padahal tugas seperti ini harusnya di kerjakan oleh dirinya bukan sang suami.
Namun, karna gengsi yang cukup tinggi, Aisyah tidak peduli dan lebih memilih untuk diam di meja makan sambil menatap semua makanan yang terlihat menggoda.
Rendra yang baru saja selesai menjemur pakaian, langsung tersenyum puas kala melihar kedua mata sang istri berbinar saat melihat hasil masakannya.
"Gosah di lihatin terus, ayo makan sama-sama!" ucap Rendra.
Aisyah tersentak, namun tidak membalas perkataannya. Rendra tau kalau dirinya masih belum bisa di terima, tapi ia akan berusaha untuk dapat di terima oleh sang istri.
"Silahkan!" Rendra menarik satu kursi untyk Aisyah duduk.
Namun Aisyah menolaknya. "Aku disini, kamu aja disana."
Rendra tersenyum kecut, "baiklah."
Mereka berdua langsung duduk, Rendra mencoba untuk membuat kesan yang bagus, tapi lagi-lagi di tolak oleh sang istri.
Rendra mengambilkan sarapan namun lagi-lagi di tolak, Aisyah justru mengambil sarapannya sendiri, mau tidak mau makanan yang sudagh di sendok oleh Rendra tadi di letakan di dalam piringnya sendiri.
Aisyah sempat ragu dengan masakan suaminya itu, namun entah kenapa aromanya itu sangat menggiurkan seperti sebuah candu yang sangat memabukan.
Aisyah memasukan sedikit makanan ke dalam mulutnya, setelah dirasa enak, ia kembali menyedok makanan itu beberapa kali, Aisyah dengan lahap menyantap masakan sang suami.
"Gimana? Masakan aku enak kan?" tanya Rendra antusias.
"Hmm. Lumayan lah untuk mengganjal perut," balas Aisyah bohong, padahal dalam hati berkata enak banget.
"Syukurlah kalau kamu suka." Rebdra mengulas senyum di bibirnya.
Mereka kembali menyantap makanan dengan lahap, tanpa terasa makanan yang ada di atas meja hampir habis semuanya, tinggal menyisakan sedikit itu pun berupa sayuran yang sedikit membuat Aisyah enek.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRONDONG HUSBAND ✅ [SELESAI]
Romance(END) ----- "Bu Dokter, nikah yuk!" "Saya lagi kerja, jangan ganggu!" "Ya udah nanti aja sepulang kerja nikahnya." "Kamu lebih muda dari saya." "Saya bisa kok pakai kumis biar kelihatan tua, saya juga bisa cat rambut yang sama persis seperti uban." ...