Chapter 18
Kelereng BiruSadr memijit pelipisnya. Dalam bayangannya, ia membayangkan bom itu menghancurkan satu negara dalam sekali ledakan hanya untuk membasmi sesuatu yang namanya hama. Layaknya apa yang menimpa Nagasaki dan Hiroshima.
Kemudian Sadr menggeleng, itu tidak mungkin dan tidak mungkin terjadi.
"Jangan bergurau Acrux. Sekarang, kau bisa melakukan apa yang kau inginkan. Aku akan menunggu di sana." Luna menunjuk ke arah sofa-sofa empuk yang menempel di dinding.
"Ya, ya, ya. Tenang saja."
Acrux pun mendekat ke arah meja yang juga mirip dengan dimiliki Luna di ruang bawah tanah. Warnanya putih dengan beberapa panel. Di atasnya, telah ditata sedemikian rupa alat-alat teknologi yang telah diminta. Sadr memilih nimbrung di samping Acrux.
"Jadi... apa yang akan pertama kali kita buat?" tanya Sadr penasaran.
Senyum tipis di bibir Acrux tercipta. Tangan kanannya meraih sebuah pistol hitam yang tak jauh darinya.
"Itu pistol!" jerit Sadr dengan terkejut. "Kenapa benda itu ada di sini?" Berbalik menatap Luna.
"Luna! Kau ingin membuat kita menjadi kriminal?"
Luna yang nampak sedari awal sudah tahu kehadiran benda tersebut hanya bergumam kecil.
"Itu hanya senjata tanpa peluru." Matanya memincing tajam pada Acrux yang sedang memegang benda tersebut dengan tatapan menilai.
"Aku juga sangat kaget saat dia meminta itu. Pistol itu aman Sadr. Bukan senjata ilegal. Jangan tanya dari mana Lucas mendapatkannya."
"Ini pistol Glock," sela Acrux dengan sebuah seringai. "Pistol yang diproduksi oleh Austria."
Sadr menatap benda itu. Pistol tersebut memiliki warna hitam metal pada tubuhnya.
"Pistol Glock ini digunakan oleh angkatan bersenjata dan lembaga penegak hukum di seluruh dunia, termasuk sebagian besar lembaga penegak hukum di Amerika Serikat," lanjut Acrux. Bahkan Sadr tampak terkejut mendengarnya.
"Memiliki panjang 204 mm/8,03 inci dan lebar 32 mm/1,26 inci. Kapasitas tempat mesiu sebanyak 15 putaran. Glock juga termasuk senapan semi otomatis dan senapan mesin."
Acrux nampak benar-benar puas. Tetapi tidak dengan Sadr. Pengetahuan itu terdengar sedikit menakutkan.
"Dari mana kau mengetahui hal seperti itu?" ucap Sadr.
"Tentu saja internet. Kau yang mengajari semua itu bukan?"
Sadr menelan salivanya. Sepertinya dia mengajari Acrux terlalu jauh. Atau pria itu telah menggunakan seluruh kapasitas otaknya secara 100% untuk berpikir.
Luna tidak lagi duduk di sofa. Ia pun turut ikut bergabung bersama Acrux dan Sadr. Dia rasa, ia perlu mengawasi Acrux dengan benda tersebut. Senjata api adalah hal yang sangat sensitif.
Acrux mulai mengambil obeng dan kunci-kunci perkakas. Tangannya gesit membuka badan pistol Glock. Lalu menyusun semua kerangkanya dengan rapi di atas selembar kain kecil yang telah disediakan.
"Sekarang apa yang akan kau lakukan?" tanya Sadr penasaran. Pasalnya, ketika ia melirik ke atas meja besar itu. Ia rasa, Luna tidak menyediakan benda yang disebut peluru.
Sekonyong-konyong, Acrux mengeluarkan sekantong bungkusan kecil bola-bola berwarna biru yang mirip kelereng. Pria itu mengambil satu. Lalu tersenyum lebar.
"Mutiara?" tebak Luna
"Bukan. Ini kelereng," seru Acrux.
Lalu dia mulai mengambil beberapa benda yang Luna dan Sadr sama sekali tidak tahu nama benda tersebut. Kemudian mulai merakitnya kembali hingga menjadi pistol dengan sebuah kelereng berwarna biru polos di dalamnya.
"Aku sama sekali tidak paham. Tapi aku akan bertepuk tangan." Sadr menepuk kedua tangannya. Luna hanya menggeleng pelan.
"Mau lihat?" pamer Acrux. Lalu ia mulai membidik ke arah kursi sofa. Dan sebuah laser biru melesat keluar dalam satu garis lurus membakar sofa hingga menciptakan asap gosong.
Sontak, alarm kebakaran berbunyi. Air dari atas langit-langit keluar dan menyembur ke segala arah.
"Acrux!" jerit Luna. Lalu bersamaan dengan itu. Terdengar gedoran di depan pintu ruangan.
"Nona! Apa Anda baik-baik saja?" teriak Lucas.
Sadr menepuk jidatnya. Sedangkan Acrux tersenyum tanpa dosa seperti biasa.
"Mudah bukan?" ujarnya pada Luna. "Senjata ini lebih canggih dengan senjata primitif kalian. Daya pistol ini tidak akan habis selama kelereng biru ini ada di dalamnya."
Luna menggeram kesal. Dia lalu melirik ke arah Sadr.
"Tolong buka pintunya Sadr," pinta Luna. Lalu beralih menatap Acrux. "Dan kau Acrux!" marah Luna. "Jangan menembak seenak jidat! Kau menghancurkan perabotanku lagi!!!"
"Kau kan kaya. Beli lagi, gampang kan? Lagipula ini." Acrux memberi pistol buatannya pada Luna.
"Buatmu. Kuberi nama Pistol Kelereng Biru? Bagaimana? Terlalu panjang? Hm... Kurasa tidak juga. Aku tidak menemukan nama yang tepat. Apa kau ada saran?"
Tepat saat itu. Lucas menabrak masuk. Ia segera berlari menghampiri Luna dengan kedua tangan mencengkram bahu si sang Nona Muda.
"Apa Nona baik-baik saja?" Mata Lucas pun melirik ke arah pistol di tangan Luna. Lalu beralih pada sofa hangus di ujung ruangan. "Anda telah membakar sofa tersebut dengan senjata ini? Atau sesuatu sedang terjadi dengan percobaan Nona?"
Acrux tampak membuang muka. Lucas baginya terlalu membosankan. Di ambang pintu. Ia mendapati Mintaka yang sedang berdiri di samping Sadr.
Tatapan mata Mintaka seolah berkata apa kalian ingin meledakkan laboratorium?
Acrux kembali memalingkan wajahnya dengan jengah ke arah punggung Lucas yang menghalangi pandangannya dari wajah Luna.
"Apa Nona baik-baik saja?" tanya Lucas kembali.
Luna yang mendapati perlakuan tersebut terbelalak dengan tatapan mengintimidasi Lucas. Acrux yang telah berdiri menyamping, segera menarik lengan Luna menjauh dari pria tersebut.
"Kau membuatnya takut," tegur Acrux.
Mata cokelat Lucas balas melirik tajam mata biru Acrux.
"Kau malah membuatnya dalam bahaya," tegas Lucas.
Dari jauh, Mintaka menyiku perut Sadr seraya berbisik.
"Aku tidak pernah melihat adegan drama di dunia nyata. Menurutmu apa, Sadr?"
Sadr menghendikkan bahu.
"Kurasa... Acrux bahkan terkena masalah. Ia membuat seorang pewaris dalam bahaya."
"Kau benar," sahut Mintaka. "Acrux benar-benar harus mengontrol sikapnya."
__//_/_////____
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Garuda The Avengers ( GTA ) End
Science FictionHujan meteor jatuh di Ibukota. Itu bukan hanya sekedar hujan meteor biasa. Mereka membawa sesuatu. Seorang makhluk yang memperkenalkan dirinya sebagai Acrux A. Seorang makhluk luar angkasa dari planet bernama Argian. Datang meminta perlindungan pad...