Luna mengepalkan tangannya. Dia terlihat ketakutan. Wajahnya berubah pucat dan peluh berupa butiran jagung mulai menetes dari pelipis. Dia ingin berdiri tapi tungkainya tidak mampu bergerak.
"Luna." Tahu-tahu saja, Acrux sudah berdiri di samping Luna. Sadr membisikkan sesuatu agar pria itu tetap duduk.
Acrux menatap bola mata cokelat Luna. Ia pernah melihat kilasan trauma Luna lewat ciuman tempo hari. Gadis itu pasti sedang merasakan sebuah trauma yang dalam.
"Biar aku saja."
Sekonyong-konyong, Luna berdiri. Lalu memegang tangan Acrux.
"Jangan!" Suaranya tercekat. "Biar ... biar aku saja."
Mintaka dan Sadr saling tidak mengerti apa yang terjadi. Namun para pramugari yang melihat dari kabin belakang. Sepertinya menyadari apa yang terjadi. Luna menoleh ke arah mereka. Lalu mengganguk mantap pada Acrux.
"Tolong jaga, Sadr dan Mintaka."
Lalu dia mulai menyeret dengkulnya yang terasa lemah. Pesawat pengintai itu pasti masih berada di luar dan komplotan mereka ada di dalam pesawat. Luna tidak ingin, gara-gara dirinya. Orang lain harus menderita.
Saat ia berjalan. Ia memandang pria dan wanita paruh bayah. Mereka punya keluarga di rumah yang sedang menanti kedatangannya. Ada anak-anak kecil yang punya masa depan. Semua orang tidak boleh mati sia-sia gara dirinya.
Baru beberapa melangkah. Acrux sekonyong-konyong meraih telapak tangan Luna. Lalu menggenggamnya erat-erat.
"Aku tahu apa yang terjadi. Jangan berjalan sendiri."
Luna tersentak, lalu menatap lekat-lekat bola mata biru Acrux.
"Te- Terima kasih."
Hanya itu yang mampu Luna ucapkan. Lalu keduanya berjalan bersama ke kabin belakang. Dua orang pramugari menanti menyambut mereka. Tidak ada yang terlihat aneh. Namun raut wajah mereka jelas terlihat khawatir.
"Anda ... Nona Luna Lesnata?" seru salah seorang pramugari. Luna mengganguk takzim. Lalu mereka menyorot ke arah Acrux.
"Dan dia?"
"Aku pacarnya. Apa kalian pikir, aku akan membiarkan kekasihku menantang maut sendirian?"
Kedua pramugari saling melempar pandangan. Lalu menoleh menatap Luna.
"Kapten menghubungi kami. Dia ingin kau bersiap, Nak. Kita akan melakukan pendaratan darurat di Singapura."
"Apa yang terjadi?" Acrux menatap mereka dengan tajam.
"Pesawat sedang dibajak. Salah satu penumpang adalah pembajak. Pesawat kita telah di kawal oleh dua pesawat tempur. Aku tidak mengerti mengapa orang-orang itu membajak pesawat ini karena pacarmu." Dia menatap Luna.
"Tapi kumohon. Tolong rahasiakan ini dari penumpang lain. Sejauh ini turbulensi terjadi karena pesawat tempur itu memancarkan sesuatu ke badan pesawat."
Luna tersentak, benar dugaan Lydia. Dua pesawat tersebut, rupanya adalah pesawat tempur milik OCHA. Mereka pasti telah mengetahui keberadaan Luna di India. Tetapi masalahnya. Dari mana mereka tahu?
15 menit lagi pesawat tempur ALA akan tiba.
Luna termanggu mendapatkan pesan dari Lydia. Genggaman tangannya pada Acrux semakin mengerat. Dia berpikir sebentar. Tidak mungkin baginya kembali ke tempat duduk. Komplotan pembajak itu pasti telah melihatnya berdiri bersama Acrux.
"Luna."
Sekonyong-konyong, Luna mendongak ke arah Acrux. Pria itu baru saja melepaskan topi hitam yang selama ini ia pakai. Rambut perak panjangnya pun terurai indah.
"Kau harus menutupi wajahmu."
Sekarang, rasanya ... justru Luna yang membutuhkan perlindungan.
"Tapi kau," ujar Luna.
"Tetap tinggal bersama pramugari."
Acrux pun menyerahkan Luna pada dua pramugari yang menatapnya heran. Mungkin karena penampilan Acrux yang terlihat seperti seorang Idol membuat keduanya ternganga.
"Sadr," seru Acrux yang langsung duduk di samping Sadr.
"Acrux!" tegur Mintaka yang penasaran. "Apa yang terjadi?" Ia mendesak ke arah kursi depan. Berusaha mencuri dengar apa yang terjadi. Akan tetapi, Acrux sengaja memelankan suaranya agar hanya dapat di dengar oleh Sadr.
"Dibajak?" Sadr mengatakannya tanpa suara. Dia panik, pucat dan ingin pingsan saat itu juga. Sepertinya, dia harus bisa membiasakan diri tentang segala sesuatu yang akan menimpa Garuda The Avengers.
"Jadi bagaimana?" Sadr berbisik lirih.
"Bawa Mintaka turun bersamamu." Lalu Acrux diam-diam mengeluarkan Leo dari dalam kaos bajunya.
"Bawa dia. Leo akan membantumu. Biarkan aku mengurus Luna."
Sadr, walau enggan dengan Leo. Dia tetap pasrah saat makhluk itu berlari ke atas telapak tangannya.
"Kenapa mereka membajak pesawat hanya untuk menangkap Luna? Apa yang mereka cari dari Luna?"
Acrux terdiam. Dia tidak bisa menceritakan masa lalu Luna pada orang lain. Dia tidak ingin Luna merasa tersinggung dan kecewa.
"Kau bisa bertanya langsung padanya."
"Kurasa percuma saja," bisik Sadr dengan lemas. "Luna tidak akan menceritakannya."
Acrux hanya menepuk pundak Sadr sebagai bentuk dukungan. Mintaka yang duduk di belakang merasa gemas karena tidak diberitahu apapun.
"Woi Alien!" sindir Mintaka. Tatkala, Acrux ingin berjalan menyuusl Luna di belakang.
"Apa kau bilang?"
Akan tetapi, Sadr sudah keburu duduk di samping Mintaka menggantikan Luna.
"Akan kuceritakan." Sadr menoleh pada Mintaka. Lalu berpaling pada Acrux. "Akan kuurus."
Mintaka menggeram kesal. Lalu sekonyong-konyong. Pesawat kembali mengalami turbelensi. Acrux mendadak terjatuh ke lantai kabin. Penumpang kembali berteriak histeris.
Dari luar, lima pesawat tempur tipe Boeing F-23 Raptor terbang mendekati maskapai penerbangan komersial yang di tumpangi GTA.
Pesawat ini dilengkapi peralatan untuk serangan darat, udara, alat eletronik canggih, radar yang canggih dan sinyal intelijen. Awalnya, dua pesawat tempur milik OCHA yang melihat kehadiran pesawat tempur ALA mulai mengambil jarak menjauh dari pesawat Rajawali Airlines.
Belum sempat mereka melancarkan serangan. Seluruh kokpit pesawat mendadak mati hingga tidak bisa dikontrol.
ALA telah tiba Luna. Mereka akan mengawal kita sampai Jakarta. Akan tetapi.
Lydia menampilkan sebuah pesan singkat dari Paman Max.
Lucas akan menjemputmu di Bandara. Kau harus mengucapkan salam perpisahan untuk teman-temanmu.
Mulai lusa, kau akan tinggal bersamaku.
Luna hanya bisa menelan senyum pahit. Air matanya tumpah. Lantas, dirinya yang ingin jongkok dan menangis dalam diam. Mendadak ditarik oleh sebuah tangan dan membawanya jatuh dalam pelukan.
"Jangan takut, Luna. Semuanya akan baik-baik saja." Acrux berbisik hangat pada pucuk kepala Luna. Kemudian menambahkan. "Aku bisa menghancurkan pesawat pengintai itu kalau kau mengizinkanku menggunakan kekuatanku sekarang."
Luna hanya menggeleng dalam pelukan Acrux. Dia tidak ingin itu. Dia hanya ingin dibiarkan tinggal di rumah orangtuanya. Namun semua itu telah berakhir. Paman Max tidak lagi mengizinkan Luna berada di sana.
__/__/_/____
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Garuda The Avengers ( GTA ) End
Science FictionHujan meteor jatuh di Ibukota. Itu bukan hanya sekedar hujan meteor biasa. Mereka membawa sesuatu. Seorang makhluk yang memperkenalkan dirinya sebagai Acrux A. Seorang makhluk luar angkasa dari planet bernama Argian. Datang meminta perlindungan pad...