Chapter 24-

99 30 15
                                    

Dari pusat kota India, bersama Piya sebagai sopir bayaran. Para anggota Garuda The Avengers pun tiba di Benggaluru lalu bertolak pada gedung nasional ISRO.

Sebelum memasuki gedung utama. Mereka diberhentikan di depan sebuah gapura besar. Akses kendaraan keluar masuk setelah mendapatkan pemeriksaan oleh petugas jaga.

Sekali lihat, besar kemungkinan mereka tidak diizinkan masuk jika tanpa ada reservasi dari pihak pengundang.

Luna memantau pergerakan orang-orang dengan sistem identifikasi milik Lydia. Beberapa wajah orang yang tertangkap di layar, memunculkan informasi orang tersebut.

Acrux memandang area tersebut dengan penuh minat. Meneliti setiap jejak yang ada di sekitar. Lalu menggeleng pelan.

"Leo tidak di sini."

Luna dan yang lainnya refles menoleh.

"Kau yakin?" selidik Sadr

"Batu meteoritmu ada di tempat ini," seru Luna. "Bagaimana bisa kau bilang Leo tidak ada di sini?"

Menanggapi hal tersebut, Acrux tersenyum tipis.

"Ikatan batin antara pemilik dan hewan peliharaan." Dia berujar bangga. Lalu melemparkan senyum penuh misteri pada Sadr. "Tidak ada gunanya kita ke sana. Teknologimu tidak bisa menembus informasinya bukan?"

Luna menggeram kesal. "Maka dari itu, kita perlu masuk ke sana dan menyadap informasi mereka. Kau tidak akan tahu sebelum mencoba."

Acrux terkekeh pelan. Ia melangkah menepi dari lalu lalang para pejalan kaki.

"Tunggu saja di sini. Tapi jika mau masuk. Bagaimana caranya? Kau punya rencana?"

Luna tidak menjawab, rahangnya berubah mengeras. Dia bisa saja meminta surat rekomendasi berdasarkan perusahaan ayahnya. Tetapi jika itu dilakukan, Paman Max akan tahu kalau Luna tidak berada di rumah.

Dia menghela napas panjang. Itu bisa jadi satu-satunya pilihan yang akan ia lakukan demi membawa hewan peliharaan Acrux. Namun, untuk seperkian detik, Luna menyadari sesuatu.

"Sepertinya kau punya ide. Kau jauh terlihat lebih santai dari pada biasanya."

Acrux hanya bisa senyam-senyum.

"Bagaimana kalau kita jalan-jalan melihat wisata di sekitar India? Taj Mahal misalnya?" Ia melirik Mintaka. "Aku yakin, kau mau berfoto di sana."

Mintaka mengganguk semangat. Lalu menggandeng lengan Luna.

"Aku setuju dengan usul Acrux. Ayo, Luna, kita ke sana. Aku mau lihat bangunan yang pernah menjadi bagian dari keajaiban dunia."

Luna hanya bisa terdiam. Tetapi, jika Acrux punya ide tentang membawa hewan peliharaannya. Luna akan mempercayai itu.

.
.
.

Dari Benggaluru, mereka bertolak ke Agra. Di mana lokasi Taj Mahal dibangun. Atas keinginan Kaisar Mughal Shah Jahan untuk mediang istrinya Arjumand Banu Begum atau lebih dikenal sebagai Mumtaz-ul-Zahmani atau Mumtaz Mahal.

Luna tidak ikut masuk ke dalam bangunan. Ia lebih memilih duduk di taman Taj Mahal. Sedangkan Mintaka dan Sadr memilih untuk menjelajahi tempat itu.

"Acrux," panggil Luna. Saat mereka duduk bersebelahan.

"Kau terus senyum-senyum tidak jelas dari tadi. Sebenarnya, kau merencanakan apa?"

Acrux melirik Luna sekilas. Lalu kembali menoleh ke arah kolam air mancur di depan mereka.

"Leo akan ke sini."

Luna menatap tidak mengerti.

"Apa maksudmu?"

Tanpa merasa canggung. Acrux pun merangkul pundak Luna. Gadis remaja itu merasa jengah dengan sikap Acrux. Namun, pria Argian itu tidak peduli.

"Aku belajar banyak hal tentang Bumi, Luna. Aku memahami konsep dari sifat dan ego manusia. Untuk itu, kau perlu bersabar."

Dia melirik Luna dan Luna memutar bola matanya.

"Leo akan segera datang. Di suatu tempat di sini. Dia akan menangkap bauku. Hanya menunggu waktu hingga---"

Kalimat Acrux terpotong. Bunyi sirine mendadak terdengar dari arah depan pintu masuk Taj Mahal. Orang-orang saling menatap, lalu kembali sibuk dengan aktifitas mereka.

Luna! Ada hewan aneh berukuran 2x besar dari beruang sedang berlari ke arah Agra!

Layar kacamata Luna berganti menampilkan proyeksi sebuah siaran televisi lokal. Seorang pembawa acara menjelaskan kejadian tersebut dengan mimik wajah panik dalam bahasa India.

"Sepertinya ada kecelakaan di luar sana," komentar Acrux.

"Bodoh!" Luna sekonyong-konyong bangkit berdiri. "Leo-mu sedang berlari ke sini. Kita harus segera memberitahu Sadr dan Mintaka. Pemerintah sedang meminta evakuasi."

Luna pun bergegas menghubungi ponsel Sadr dan meneleponnya. Sementara itu, Lydia terus menayangkan siaran berita tentang Leo.

Aku baru saja mendapatkan informasi. Bahwa sebuah terowongan di dekat Simla mengalami longsor. Hewan itu muncul di sana dan berlari dengan kecepatan di atas Cheetah. Sulit bagi orang-orang untuk mengejar dan menangkapnya.

Dia meninggalkan bekas terbakar di setiap pijakannya. Luna ... kalian harus pergi dari Taj Mahal secepatnya. Orang-orang di sini bisa dalam bahaya.

Luna mengganguk mengerti. Akan tetapi, Sadr tidak menjawab teleponnya.

"Luna." Acrux meraih pundak Luna dengan tenang. "Tetap di sini. Aku tahu, jika Leo menuju Taj Mahal, kita semua bisa terkena masalah. Maka dari itu."

Seketika saja, pipi Luna memerah dan ia merasa seluruh wajahnya terbakar. Acrux, baru saja mengecup kening Luna dengan lembut. Lalu berlari ke arah depan pintu masuk.

Luna mematung dan dia tidak tahu harus bersikap apa. Sementara, panggilannya pada Sadr telah tersambung.

"Hallo Luna? Ada apa?" ujar Sadr.

__/_/_/___
Tbc

Garuda The Avengers ( GTA ) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang