Chapter 30

91 29 14
                                    

Di samping Luna, duduk Acrux yang terlihat menahan kekesalan karena Luna telah menceritakan identitasnya pada Lucas.

"Aku tidak bisa berbohong pada Lucas. Akan jadi lebih mudah, jika Lucas ikut membantu menjagamu."

"Maaf," sela Lucas yang agak kaget dengan kalimat Luna barusan. Ia yang duduk saling berhadapan mengerutkan kening menatap Acrux.

"Aku tidak bilang, akan menjaganya."

"Aku juga tidak bilang, ingin dijaga," balas Acrux dengan nada ketus.

Melihat gelagat dua pria tersebut, serta merta membuat Luna menghela napas berat.

"Aku sudah berjanji pada Acrux." Luna menekankan itu pada Lucas. "Waktu itu aku tidak punya pilihan."

"Tapi dia membawa kehancuran pada bumi. Ingat? Berapa kerusakan yang ia perbuat karena hujan meteor kemarin? Luna, kau dikejar oleh makhluk bumi saja sudah membuat nyawamu terancam. Coba pikirkan, kalau kau dikejar satu planet asing? Gila gak?"

Lucas menatap masam ke arah Acrux. Sekarang, dia tahu. Alasan Luna meminta ruangan di laboratorium kapal adalah karena permintaan Acrux dan mulai detik ini. Setelah dia mengetahui semuanya. Tidak akan, dia biarkan Acrux memperalat Luna lagi.

"Aku minta maaf soal hujan meteor itu. Cuma, ya ... planetmu saja yang masih amatir. Tidak punya perisai apapun untuk mengahalu benda asing," komentar Acrux dengan skeptis. Ia mulai bersandar dan merentangkan tangan melewati bahu Luna.

"Jika saat itu, kami punya pelindung. Kau mungkin saja sudah mati."

"Cukup!" sela Luna. Wajahnya memerah. "Lucas. Kau harus menyakinkan Paman Max saat kita tiba nanti. Kau sudah tahu semuanya tentang Acrux. Makhluk yang ada di India adalah peliharaan Acrux dan kami ke sana untuk itu."

Lucas mengganguk, lalu menekan layar tablet di hadapanya. Acrux pun melirik sekilas ke arah Luna. Lalu beralih menatap pinggulnya yang masih terbalut perban.

"Terima kasih," lirih Luna. Ia sadar sampai detik ini belum mengucapkan itu pada Acrux.

"Bukan apa-apa," balas Acrux acuh. "Aku tidak bisa membiarkanmu terluka. Kau, 'kan ATM berjalan---Hey!"

Sebuah bantal duduk dilemparkan Lucas tepat di wajah Acrux. Bagaimana bisa pria Argian itu bersikap tidak tahu malu pada Luna.

"Perhatikan sikapmu. Aku tidak akan segan-segan menghajarmu jika kau berbicara seperti itu pada Luna. Kuakui, dia memang polos---"

"Apa kau bilang?!"

Nah, sekarang giliran Luna yang tidak terima.

"Aku tidak sepolos itu!"

"Bukan maksudku seperti itu, Luna," jelas Lucas. "Polos yang kumaksud ... baiklah, aku salah."

Rasanya tidak akan habis, jika dia berdebat dengan Luna. Tapi mau bagaimana lagi, kalau pemicunya ada di dekat mereka. Lucas lebih memprioritaskan Luna di atas segalanya. Dan juga, dia akan membalas Acrux jika saatnya tiba. Akan dia ajarkan, bagaimana bersikap yang baik di bumi kalau dia ingin menggunakan Luna sebagai tameng.

.
.
.

Sebelum memasuki rumah yang berada di atas bukit kota Kirrin. Paman Max menginterogasi Luna, Lucas dan ... Acrux yang secara terhormat tidak di undang kehadirannya. Jadi sebelum memarahi Luna. Dia melirik ke arah Lucas untuk meminta pertanggungjawaban mengapa pria itu ikut ke Amerika.

"Pacar Luna," seru Lucas singkat. Lalu melirik ke arah Acrux. "Dia bersikeras ingin ikut. Bagaimana pun, Luna selamat karena ada dia di dekat Luna."

Paman Max masih menatap Acrux lamat-lamat. Menilai penampilannya yang tanda kutip sedikit berbeda. Rambut peraknya ia biarkan terurai. Tatapan dari mata biru Acrux pada Paman Max seolah menantang. Dan Paman Max tahu, bocah di hadapannya ini harus diperlakukan dengan cara berbeda.

"Bawa Luna masuk ke dalam. Aku akan berbincang sedikit dengan dia."

"Tapi Paman, Acrux," sela Luna. Berharap sang Paman tidak akan melakukan hal aneh.

"Kenapa kau tidak bilang saat aku di Jakarta? Dan sekarang kau membawanya ke sini. Masuk!"

Luna hanya bisa mengigit bibir bawahnya. Kemudian bergegas masuk dalam rumah.

Halo, Luna. Selamat datang di rumah. Saya Virgo asisten rumah Tuan Max.

Entah dari mana suara itu berasal. Namun, sebagai respon. Lydia melakukan scaning data terhadap kecerdasan buatan milik Paman Max.

Asisten rumah tangga. Mengatur segala hal di dalam rumah Paman Max. Sayang, kapasitasnya masih skala kecil. Programnya pada jaringan lunak masih dalam tahap pengembangan.

Setidaknya, kemampuan Tuan Aditya masih unggul.

Ujung bibir Luna tertarik tipis. Sejujurnya, untuk kalimat terakhir. Dia merasa, Lydia sedang menyombongkan diri.

Tentu sebagai kecerdasan buatan ayahnya. Lydia di program untuk mengatur segala hal yang ada dalam perusahaan tanpa terbatas. Bahkan dapat mengakses komunikasi luar dengan kemampuan penyadap menggunakan mikro terkecil sebuah jaringan nirkabel.

Kamar Nona Luna telah disediakan di lantai atas. Kamar dengan pintu terbuka yang memiliki balkon ke arah laut lepas.

Segala hal yang diperlukan telah disiapkan. Silakan mendekati scaning di dekat lukisan keluarga untuk memindai data retina.

Luna pun beranjak mendekati Lukisan yang di maksud. Di sana, ada sketsa wajah nenek dan kakeknya berserta ayah dan pamannya.

Gambar itu dilukis saat orangtuanya masih berusia anak-anak. Kakeknya terlihat gagah dan perangai neneknya terlihat lembut.

Sayang, ketika Luna lahir. Keduanya telah kembali ke Maha Kuasa. Saat Luna melirik ke layar detector. Sebuah scaning retina berhasil dilakukan oleh Virgo.

Selamat Nona Luna. Anda diberi hak untuk mengakses seluruh hal di dalam rumah.

Dibandingkan itu, dia lebih memilih menunggu Acrux di ruang tunggu. Sesekali dia melihat ke depan pintu. Berharap percakapan mereka segera berakhir.

"Kau bisa pulang besok malam. Lucas akan mengurusmu."

Singkat, jelas dan padat. Cara mengusir yang halus. Paman Max tidak ingin repot-repot berurusan dengan bocah bau kencur.

"Tapi Tuan. Acrux tidak bisa meninggalkan Luna."

Lucas telah bersikap sebagai tameng sesuai janjinya pada Luna. Paman Max yang ingin segera menyusul Luna ke dalam pun mengerutkan kening.

"Lucas. Aku tidak ingin mengurus hal merepotkan. Bawa dia bersamamu."

Langkah Paman Max acuh tak acuh. Jelas, dia tidak diizinkan masuk bersama Acrux. Lagi pula, dia tidak ingin tinggal sekamar dengan seorang Alien.

Acrux yang tidak terima ditinggalkan pun tanpa punya rasa malu melangkah masuk ke dalam rumah. Hingga secara mengejutkan. Sebuah dentuman keras mendorong dirinya terpental ke arah rumput halaman.

Paman Max yang mendengar hal tersebut hanya  melirik sekilas dengan senyum miring.

"Acrux!" seru Lucas yang bergegas menghampiri. "Dasar bodoh! Kau akan dipanggang hidup-hidup jika memaksa masuk ke dalam rumah itu."

"Apa maksudmu?" Acrux mencoba bangun dari rasa terkejutnya.

"Rumah itu memiliki sistem pertahanan. Siapapun yang masuk tanpa izin masuk, akan terpental oleh dorongan kinetik yang diciptakan Paman Max."

__/_/_/___/____

TBC

Garuda The Avengers ( GTA ) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang