Chapter 25

97 32 8
                                    

Sadr dan Mintaka segera kembali. Luna pun sudah menjelaskan semuanya di telepon. Makanya, kedua sahabatnya berlari cepat.

Sirene terus berbunyi. Beberapa orang India dan para petugas saling berteriak-teriak dengan bahasa yang tidak mereka pahami. Akan tetapi, melalui bahasa tubuh. Semua orang disuruh tetap tenang di dalam Taj Mahal. Bahkan gerbang depan telah ditutup.

Beberapa wisatawan asing menaruh curiga. Sepertinya mereka belum melihat siaran berita. Namun, penduduk asli kota tersebut tahu apa yang terjadi melalui smartphone masing-masing.

"Apa kita bertiga hanya menunggu?" Mintaka berubah panik. Sekarang, ia baru menyadari ... betapa berbahaya hal yang mereka lakukan. Apalagi jauh dari tempat tinggal.

"Acrux menyuruh kita menunggu. Kita harus mempercayainya," ujar Sadr. Ia berusaha menenangkan kedua sahabatnya. Mintaka semakin gelisah. Deru napasnya terdengar memburu.

Sedangkan Luna, pikirannya terpecah belah. Iya, jantungnya berdegup kencang. Napasnya seperti tercekat. Dia gelisah, berusaha menyakinkan apa yang ia lakukan telah benar. Tetapi dia tidak bisa. Ditambah, aksi mengangetkan yang di lakukan Acrux sebelum ia berlari pergi.

"Dia pasti mendiskusikan ini denganmu!" semprot Mintaka. Ia terus-menerus memutar siaran streaming yang terjadi di Agra. Penyiar berita melaporkan mereka kehilangan jejak hewan misterius tersebut. Berbagai macam spekulasi mencuat ke permukaan.

"Kau benar. Tapi aku sudah berjanji pada Acrux. Aku tidak bisa membocorkan rahasianya. Kita bertiga hanya perlu percaya."

Sadr menatap Luna dan Mintaka bergantian. Dia pun meraih telapak tangan keduanya dan menggenggam erat.

"Apapun yang terjadi. Kita bertiga tidak boleh terpisah. Ayo, duduk dulu. Acrux tidak akan melakukan hal berbahaya bagi orang lain. Ingat, dia itu seorang Pangeran."

"Pangeran yang menyebalkan," sela Luna

"Dan narsis," timpal Mintaka. Ia terus memperhatikan berita. Berharap, kameramen menankap bayangan Acrux sedikit saja.

.
.
.

Sementara itu, Acrux memilih untuk berlari ke arah di mana intesitas kerumunan sangat kecil. Dia perlu membimbing Leo ke tempat itu.

Dia juga tidak ingin ketahuan, apalagi sampai identitasnya terekspos. Lalu di antara rumah-rumah warga dan gang sempit. Acrux memilih berdiam diri di sana. Ia sudah mengeluarkan serbuk dan partikel kecil ke udara selama di India agar diendus oleh Leo.

Semua itu dilakukan Acrux melalui partikel ion dari kekuatan yang ia miliki ditambah sedikit jejak darahnya. Semakin kecil partikel tersebut bercampur ke udara, itu akan semakin bagus bagi Leo melacak.

Waktu semakin bergerak. Semenit hingga beberapa menit ke depan. Lalu, sebuah bayangan masuk ke dalam lorong. Acrux tersenyum lebar lalu mengulurkan tangan ke arah depan.

"Hallo, manis. Apa kau baik-baik saja?"

.
.
.

Kekacauan yang terjadi di Agra terus berlanjut hingga sore. Taj Mahal menjadi zona yang sangat dijaga dan di waspadai.

Jika biasanya tempat itu buka sampai jam 7 malam. Kini, jam 4 sore saja seluruh pengunjung di suruh pulang. Pemerintah India mengeluarkan perintah kewaspadaan. Jika hewan misterius itu muncul kembali.

Luna, Sadr, dan Mintaka tidak bisa kembali ke Hotel sendirian. Mereka harus menunggu Acrux di sekitar lokasi Taj Mahal.

Tak lama berselang, Acrux mendadak muncul di hadapan mereka. Dia terkekeh pelan, lalu menepuk pundak Sadr.

"Apa semuanya baik-baik saja?"

"Seluruh Agra kacau balau," sela Mintaka. Ia memandang Acrux mulai dari ujung kaki hingga ujung rambut.

"Bagaimana dengan hewan peliharaanmu?"

Acrux memang datang dengan tangan kosong. Tidak ada, sosok hewan yang bisa disebut hewan peliharaan. Kalau pun ada, pasti akan membuat geger orang-orang yang melihatnya.

"Dia aman. Bagaimana jika kita pulang dan makan malam? Aku lapar."

Luna ... yang sedari tadi khawatir tentang Acrux dan keberadaannya. Meraih lengan Acrux lalu melototinya tajam.

"Apa yang kau perbuat? Kenapa kau tampak baik-baik saja?"

Berdasarkan satelit pemantau dia terakhir kali terlihat di pemukiman padat penduduk, Luna.

Aku tidak tahu, apa yang dilakukan oleh Acrux, karena dia berada di area yang tertutup. Jadi sulit untuk kamera pengawas menembus.

Luna bergumam sebagai tanggapan pada Acrux. Jika dia pergi ke sana, pasti sosok hewan itu terdeteksi. Namun yang ada. Area itu justru berada di luar area pengawasan. Jadi, apa yang dilakukan Acrux di sana?

"Kau mengkhawatirkan aku?" tanya Acrux dengan seringai khasnya. "Seperti yang kau lihat. Aku baik-baik saja."

Tanpa diduga oleh Mintaka dan Sadr. Tangan Acrux malah mendarat di atas pucuk kepala Luna. Lalu ia menepuk pelan-pelan hingga sesuatu yang terdengar mencicit berlari keluar dari dalam kaos pakaian Acrux dan berdiri di bahu kanannya.

"Iuhh!!! Hamtaro?!" pekik Mintaka dengan geli.

"Hamster?" timpal Sadr

"Ini Leo, guys." Acrux tersenyum lebar. "Ayo beri salam pada sahabat bumi kita, manis."

"Apa?!" Mata Sadr, Mintaka serta Luna terbelalak lebar.

_/_/_/___///____
Tbc

Garuda The Avengers ( GTA ) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang